Melanjutkan topik mengenai meditasi di postingan terakhir, sekarang saya ingin membahas masalah yang dihadapi rata-rata meditator pemula, yakni ketiduran saat meditasi. 

Ketiduran saat meditasi biasa terjadi pada banyak meditator, dari meditator pemula maupun yang sudah berpengalaman. Saya bahkan pernah bersama-sama bermeditasi dengan seorang Bikkhu, dan saya melihat beliau pun terkantuk-kantuk di tengah meditasi. Ada beberapa penyebab mengapa kita ketiduran saat meditasi :

1. Badan terlalu lelah dan kurang tidur

2. Posisi meditasi terlalu nyaman

Badan yang terlalu lelah setelah beraktifitas membuat otak butuh beristirahat. Secara otomatis, tidur merupakan sistem charging tubuh setelah energi terkuras. Sama seperti handphone, jika baterai sudah hampir habis, satu satunya cara untuk mengembalikan daya adalah dicharge. Walau anda mau menggunakan aplikasi penghemat baterai sekalipun, baterai anda tidak akan bertahan lama. Sama seperti tubuh kita yang memiliki sistem kerja otomatis. Jika tubuh lelah dan butuh mengembalikan energi, maka tidur adalah solusi satu satunya. Maka jika tubuh anda lelah, lebih baik jangan memaksakan bermeditasi. Mengikuti apa kebutuhan tubuh juga sebuah meditasi. Anda tahu kebutuhan tubuh anda, dan anda mengikutinya. Toh meditasi bukan kegiatan rutin wajib seperti berangkat ke kantor. Meditasi yang baik justru dilakukan saat badan fit. Maka jika badan anda lelah, tidurlah terlebih dahulu. Setelah bangun dan merasa fit, barulah anda bisa bermeditasi. 

Kedua, anda harus membuat diri anda nyaman, namun jangan juga terlalu nyaman. Jangan mengkondisikan sesuatu yang menyebabkan anda bisa lelap tertidur. Itulah mengapa salah satu fungsi menegakkan tulang belakang, selain untuk melancarkan jalur energi di tulang belakang, posisi tulang belakang tegak namun rilek juga akan mencegah anda tertidur saat meditasi. Memang posisi yang disarankan untuk berlatih meditasi juga hanya duduk bersila (apapun posisinya) dan duduk di kursi. Tidak disarankan bermeditasi sambil bersandar di sandaran kursi, apalagi kursi anda adalah kursi empuk bersandaran tinggi. Hal itu akan membuat anda terlalu nyaman dan tertidur. Tidak disarankan pula bermeditasi sambil tiduran, karena hal itu juga akan membuat anda mudah terlelap. Namun jika anda sudah berpengalaman, anda baru bisa bermeditasi sambil tiduran. Bahkan ada teknik meditasi tidur, dimana anda tetap berkesadaran saat anda tidur. Jadi saat tertidur, anda tahu jika anda tertidur. Namun teknik ini sangat sulit dipelajari jika anda belum berpengalaman.

Jadi sebelum memulai meditasi, persiapkan vitalitas tubuh anda. Jika anda terbiasa bermeditasi malam hari, saran saya tidur terlebih dahulu. Selain untuk menjaga kesehatan tubuh anda yang butuh beristirahat, hal itu juga akan membantu anda bermeditasi dengan baik. 

Lalu ada pertanyaan, "Badan saya fit, tidur saya cukup, dan posisi meditasi saya juga tidak membuat saya terlalu nyaman, namun mengapa saya tetap tertidur?"

Jawabannya adalah kesadaran. Ketika anda bisa menjaga kesadaran secara stabil saat bermeditasi, maka anda tidak akan tertidur. Tertidur bisa juga disebabkan karena kesadaran anda hilang, hanyut oleh permainan pikiran, dan menyebabkan anda tertidur. Maka bagi meditator pemula disarankan anda membuat jangkar saat gelombang otak anda terus menurun ketika bermeditasi. Jangkarnya adalah nafas. Ketika anda mulai terhanyut dan tertidur, kembalikan kesadaran dengan cara merasakan proses anda bernafas. Selain nafas, scanning bagian tubuh satu persatu juga akan mengembalikan kesadaran. Bisa juga menyadari suara, rasa, atau bau. Mendengarkan musik yang membuat anda nyaman mungkin bisa membantu. Sadari musik yang anda dengar.

Mengapa perlu jangkar?Salah satu alasannya karena ketika anda mengantuk, ada sesuatu yang anda pegang untuk memulihkan kesadaran. Namun memulihkan kesadaran BUKAN berarti menolak apapun yang datang di pikiran. Sadar berarti tahu dan memperhatikan. Hanya sekadar Tahu....

Terakhir, satu tips jika anda mengantuk saat bermeditasi, maka berlatihlah meditasi dengan mata terbuka. Latihan ini sangat bagus untuk berlatih mengenali kesadaran dan tentunya mencegah anda mengantuk. Buka mata dan sadari semua yang ditangkap panca indera anda. Syaratnya satu : jangan gunakan otak analitis anda untuk menganalisa data dari semua hal yang anda tangkap dengan panca indera. "Cukup tahu.... " itu saja...Selain itu anda juga bisa berlatih meditasi jalan setiap pagi. Caranya sama...Bedanya hanya meditasi dilakukan sambil berjalan. Sadari langkah demi langkah anda tanpa terdisktraksi pikiran yang akan membawa anda ke masa lalu atau masa depan. Saat saya berlatih meditasi di vihara Mendut, para Bikkhu vihara Mendut rutin melakukan meditasi jalan setiap pukul 03.30 pagi, sebelum nantinya melanjutkan dengan meditasi duduk. Meditasi berjalan juga sangat baik untuk menjaga kesehatan anda, terutama orang tua atau anda yang memiliki hipertensi dan kelainan jantung..



Wahyu Juniawan April 15, 2023
Read more ...

Banyak orang yang salah mengira jika meditasi dilakukan untuk mencapai ketenangan. Akibatnya saat bermeditasi, justru pikiran menjadi liar serta melompat-lompat ke masa depan dan masa lalu. Saat hal itu terjadi, yang bisa dilakukan hanyalah mengamati gerak pikiran. Namun bagi meditator pemula, hal itu justru akan membuat jengkel karena ketenangan yang ingin dicapainya tidak terwujud. 

Akhirnya ia berpikir meditasi tidak berguna apa-apa bagi dirinya.

Lalu bagaimana sebenarnya melakukan meditasi?

Meditasi seharusnya dilakukan tanpa tujuan apapun guna menghindari keterikatan pada tujuan yang memunculkan kekecewaan saat tujuan tersebut tidak tercapai. Lakukan meditasi hanya sekadar untuk berhenti sejenak dari aktifitas, atau bahasa lainnya mengistirahatkan tubuh dan pikiran anda yang terus menerus bekerja. Namun yang lebih penting adalah mengembalikan kesadaran kita bahwa hidup hanyalah saat ini saja. Terima apa yang kita miliki saat ini, walau sebenarnya semua hanya fasilitas pinjaman saja selama kita hidup. Sadari jika kebutuhan kita untuk hidup sebenarnya sangat sederhana, yakni makan (hanya apa yang tersedia), minum (hanya apa yang tersedia), dan tidur dimanapun kita bisa tidur dengan nyenyak. Selebihnya adalah fasilitas tambahan yang disediakan Tuhan untuk menyempurnakan kebahagiaan kita dan menunjang tugas kahidupan kita. Jika kita menyadari hal itu, pasti akan ada penolakan dari ego yang terus menerus membisikkan segala hal yang mendorong anda untuk membahagiakan diri anda dengan kebahagiaan semu dan membuat anda terus ingin mencapai sesuatu. Sadari saja jika itu adalah ego anda, dan bukan kebutuhan hidup anda.

Jika sudah, langkah berikut ini yang jarang dipahami para meditator : Buat diri anda rilek dan senyaman mungkin! Rata-rata saat memulai meditasi, para meditator terutama pemula, akan langsung mengambil posisi bersila atau duduk di kursi. Banyak yang memaksakan memulai meditasi tanpa membuat dirinya tenang atau rilek terlebih dahulu. Kondisi rilek dan nyaman bisa dicapai dengan mencari tempat yang tenang (bagi pemula),  duduk di kursi atau tempat yang nyaman. Jika anda tidak nyaman duduk di lantai, gunakan alas yang empuk agar pantat tidak sakit. Dan jika anda tidak nyaman duduk bersila atau posisi lotus, jangan paksakan diri untuk melakukan itu. Duduklah di kursi yang anda miliki, dengan posisi kaki menyentuh lantai. Namun yang penting jangan bersandar, karena bersandar akan membuat anda ngantuk dan tertidur. Cari posisi yang paling membuat anda nyaman dan rilek. Jangan terikat dengan posisi ini itu, tangan harus ini harus itu dan lain lain. Apapun posisinya yang penting satu : posisi tulang belakang tegak namun rilek untuk menjaga agar aliran energi yang melewati jalur tulang belakang menjadi lancar. Tulang belakang adalah jalan tol bagi setiap lalu lintas informasi dan energi di tubuh anda. Jangan pernah menargetkan berapa lama anda akan bermeditasi. Mengalir saja.. Lebih baik bermeditasi secara singkat, sekitar 10 menit, namun dilakukan berulang-ulang daripada meditasi panjang, namun jarang dilakukan dan malah akan membuat anda trauma atau tidak nyaman.

Jangan langsung memulai meditasi dengan memejamkan mata. Rasa senang, bahagia dengan apa adanya yang anda miliki, serta mengembalikan kesadaran ke saat ini adalah faktor sangat penting sebelum memulai meditasi. Atau jika anda sudah terbiasa berlatih meditasi, awali dengan meditasi membuka mata. Hanya melihat, hanya mendengar, hanya mencium, dan hanya merasa tanpa menganalisa apapun. Scan tubuh satu persatu untuk merasakan setiap jengkal tubuh manusia anda. Hal ini untuk memaksa pikiran ikut merasakan tubuh anda saat ini. Bawalah si pikiran menyatu dengan kondisi yang anda lakukan saat ini. 

Setelah melakukan hal di atas, anda akan merasakan rilek karena pikiran menjadi diam dan menyatu dengan apapun gerak tubuh anda saat ini. 

Tahan selama mungkin kondisi rilek tersebut dengan hidup apa adanya. Hanya amati apapun yang terjadi dan ditangkap panca indera anda, karena apapun yang ditangkap panca indera kita tidak akan bertahan lama. Ia selalu akan selesai dan lewat, seperti juga setiap hal dalam kehidupan dan sistem alam semesta. Tidak ada yang akan sama dan menetap terus menerus. Misal ada suara yang mengganggu, cukup amati saja dan tahu ada suara. Jangan menganalisa suara apa, darimana, siapa, dan lain-lain karena hal itu akan menimbulkan rasa jengkel akibat anda merasa jika suara itu menganggu situasi rilek anda. Cukup amati dan tahu saja, suara itu pasti akan berlalu.

Jika sudah dalam posisi rilek, mulailah memejamkan mata dan bermeditasi. Jangan memulai meditasi dengan kondisi pikiran kacau dan  tubuh anda tidak nyaman. Kondisi rilek ini akan mempercepat gelombang otak anda turun menjadi gelombang otak theta atau kondisi meditasi mendalam. Saya tidak akan menceritakan lebih lanjut seperti apa pada saat meditasi karena pengalaman masing masing orang berbeda-beda. Cukup lakukan teknik persiapan seperti di atas, dan alami sendiri apa yang terjadi dalam meditasi anda. 

Lalu bagaimana jika di tengah meditasi malah ngantuk?

Ini akan saya bahas di tulisan selanjutnya...

Selamat mencoba...



Wahyu Juniawan April 15, 2023
Read more ...

Kesadaran bagi orang orang biasa sulit sekali dipahami. Bahasa bahasa tradisi spiritual juga banyak yang sulit dipahami oleh orang orang awam. Bahkan banyak orang belajar spiritual, memiliki daya atau kelebihan dibanding manusia normal, namun tidak memahami apa itu kesadaran. Banyak pula yang langsung melakukan ritual ritual berat namun lupa memahami apa itu kesadaran. Agama pun hampir mayoritas pengikutnya tidak memahami kesadaran, namun sudah menghakimi ini benar itu salah. 

Mengapa kesadaran begitu penting? Saya sendiri sudah menulis beberapa artikel tentang kesadaran. Namun banyak yang menyepelekan pentingnya berkesadaran dan memahami apa itu kesadaran. Perjalanan belajar saya pun dimulai dengan hal sederhana, memahami dulu apa itu kesadaran yang saya tempuh hampir 5 tahun lamanya. Kesadaran adalah pondasi paling dasar jika anda ingin memahami hidup dan kehidupan. Tanpa kesadaran, walaupun ilmu anda sudah tinggi, anda hanya akan berkutat di situ situ saja dan menggunakan kelebihan anda justru untuk kepentingan ego anda.

Lalu pertanyaannya apa itu kesadaran, dan mengapa begitu penting? Ini adalah kisah dari pengalaman saya memahami dan menerapkan kesadaran saya, dari mulai betapa sulitnya memahami kesadaran hingga dengan mudah menerapkan kesadaran dalam kehidupan saya sehari hari, walaupun secara alamiah, kesadaran saya juga belum stabil.

Kesadaran adalah tahu apa yang sedang anda lakukan. Anda sedang makan, maka anda tahu anda sedang makan. Bagi orang orang biasa, kebanyakan merasa jika selama ini sudah sadar. Selama tidak pingsan, atau tidur maka ia menganggap dirinya sadar. Bagi para penganut agama juga sama saja, sadar berarti sudah memahami kesalahan yang diperbuatnya. "Saya sadar telah salah..." adalah kata kata yang sering di sinonimkan dengan kesadaran. Padahal kesadaran bukan hal hal di atas. Kesadaran sekali lagi adalah tahu apa yang anda lakukan. Ketika anda makan, anda sadar atau tahu sedang makan sepanjang anda makan. Rata rata untuk makan saja orang tidak sadar. Tangannya memegang sendok penuh nasi dan lauk, mulutnya mengunyah, namun pikirannya ada di kantor, ada di rumah, ada di masa lalu, atau bahkan ada di masa depan. Mengunyah namun pikirannya berpikir nanti setelah makan ini bagaimana presentasi di depan klien?Atau sambil makan berpikir mengapa tadi saya melakukan ini kepada si A ya? Jadi kesadaran adalah keselarasan antara pikiran dan tubuh. Tubuh melakukan sesuatu, pikiran pun melakukan hal yang sama dengan tubuh. Tubuh sedang makan, pikiran pun ada di tempat dan waktu anda makan, bukan kemana mana. 

Kesadaran sendiri sebenarnya selalu ada dengan kita, namun pikiran manusia yang melompat lompat seperti monyet membuat kesadaran yang sangat mudah dan sederhana ini menjadi tak lagi dikenali. Maka fungsi awal meditasi adalah untuk mengenali kesadaran anda yang tertimbun oleh pikiran pikiran anda yang banyaknya bisa berkontainer kontainer jika anda nantinya bisa mengamati pikiran. 

Kesadaran begitu penting bagi manusia, karena dengan kesadaran manusia akan selalu waspada. Kesadaran juga yang mengenali benar dan salah. Kesadaran juga membuat manusia sangat teliti dan peka terhadap lingkungan sekitarnya. Namun yang paling penting adalah dengan kesadaran, manusia bisa mengenali bentuk pikirannya dan mengendalikan emosi dan perilaku yang akan diperbuatnya untuk merespon apapun yang menimpanya. Ketika anda terus menerus terbiasa dengan kesadaran, entah mengapa ilmu ilmu rahasia alam semesta tiba tiba akan melimpah ruah dalam pemahaman anda. Tidak perlu kitab suci, tidak perlu orang yang berceramah berbusa busa mengenai aturan ini aturan itu supaya anda hidup dengan benar. Apapun yang anda temui dan alami akan menjadi kitab anda, pengingat anda. Apapun gerak alam semesta pun akan membuat anda mengetahui pertanyaan pertanyaan yang sulit terjawab, seperti mengapa kita hidup, apa itu kehidupan, apa itu kelahiran, apa itu kematian, dan termasuk  pertanyaan paling tabu ditanyakan di agama apapun, yakni "apa" atau "siapa" sebenarnya yang disebut Tuhan.

Kesadaran akan menjadi rem anda di rumah, di kantor, di cafe, dan dimana saja. Ketika rata rata manusia dikendalikan pikiran dan emosinya, orang orang yang sadar justru mengendalikan pikiran dan emosinya. Ia tak lagi diperbudak emosi, sehingga respon terhadap apapun yang menimpanya menjadi sangat terukur dan aman. Dan semua berujung pada kedamaian dan kebahagiaan. 

Saya menceritakan pengalaman saya saja. Saya dahulu adalah seorang yang sangat temperamental alias emosional. Ribut dengan orang, gampang tersinggung, berkelahi adalah masa lalu saya yang tidak bisa saya sembunyikan, namun sekarang bisa saya terima dengan baik. Setelah saya mengenal kesadaran, istri saya yang tadinya penganut agama yang cukup kaku pun kini tervibrasi dan mengenal serta menerapkan kesadaran dengan baik, tanpa saya minta. Sekarang jarang sekali terjadi keributan di tengah keluarga kami. Perbedaan diselesaikan tanpa ego dan marah. Namun apakah marah tetap ada?pasti! Emosi tidak akan hilang, namun menjadi lebih terkendali. Ketika saya marah, saya hanya mengasingkan diri di kamar meditasi di rumah saya untuk berdiam diri. Dan istri saya tahu itu, dan membiarkan saya diam untuk menyadari semuanya dan kembali ke jalurnya. Dan benar, tak sampai satu jam, semuanya kembali baik.

Rata rata orang yang emosi, ledakannya hanya berlangsung sesaat. Namun satu ledakan tanpa terkendali sudah membuat hidup anda runyam dan kebahagiaan serta kedamaian anda lenyap. Setelah emosi anda meledak, tak lama kemudian rata rata orang menyesali mengapa ia emosi? Dengan kesadaran, anda bisa mengendalikan emosi anda dan tidak membiarkannya meledak serta membuat kacau hidup anda. Rata rata orang yang meledak emosinya karena ia tidak berkesadaran sehingga pikirannya dikuasai emosi, tidak bisa berpikir jernih dan tidak rasional tindakannya. Haha..Saya mengalami itu bertahun tahun lalu! Sekarang, bahkan ada orang yang marah marah di depan saya, tindakan respon saya pun menjadi terukur, tidak langsung berkelahi seperti dulu. Saya hanya mengamati pikiran saya yang hanya bisa dilakukan saat saya sadar. Selain mengamati pikiran, saya juga mengamati dan mengenali emosi yang saya rasakan. Saya tahu ada orang marah marah kepada saya. Jika saya tahu saya salah, saya akan meminta maaf. Namun jika saya merasa semua baik baik saja, saya akan mengamati gerak pikiran saya yang ditimbulkan oleh marahnya orang itu kepada saya. Orang ini marah karena hal ini, saya lantas menganalisa apa yang terjadi. Lalu sepersekian detik ketika pikiran selesai mengolah, emosi muncul, Ketika emosi muncul, saya segera mengenali ini adalah emosi marah saya, jengkel saya, dan rasa tersinggung saya. Jika anda belajar lebih mendalam, maka anda akan tahu semua pikiran dan emosi memiliki bahan yang sama : egoisme kita. Ketika saya mengenali ini adalah emosi marah, jengkel, dan lain-lain, ajaibnya reaksi menjadi datar karena saya tahu untung ruginya tindakan atau respon yang akan saya kembalikan kepada orang itu. Tak lama kemudian, emosi menjadi datar dan tidak jadi meledak. Semua ada di bawah kendali kesadaran. Bahkan kadang orang yang marah tadi, ketika respon saya pasif, dia pun menjadi tidak enak karena melampiaskan amarah kepada saya dan minta maaf. Bagi saya ini adalah magic dari kesadaran! Bahkan karena genetik dan dulu emosional, saya kini menderita hipertensi. Namun ketika suatu hari saya cek kesehatan di rumah sakit di Yogyakarta, dokter heran mengapa tekanan darah saya stabil tanpa minum obat. 

Namun lagi lagi, sulitnya menjelaskan kesadaran yang abstrak  membuat orang tidak memahami apa itu kesadaran. 

Bagi sahabat sahabat muslim maupun Kristiani pun, sebelumnya saya mohon maaf, banyak yang beribadah tanpa kesadaran. Gerakannya sholat, namun pikirannya di tempat kerja. Tubuhnya di gereja, namun pikirannya di rumah. Ibadahpun kemudian menjadi ritual yang sia sia dan hanya memenuhi kewajiban semata, anda tidak dapat apa apa. Padahal setiap perintah ibadah pasti selalu memiliki nilai atau value yang berguna untuk diri anda sendiri.

Jadi sekali lagi kesadaran adalah terintegrasinya gerak tubuh dan pikiran. Saya sedikit punya tips yang mungkin berguna untuk anda, untuk mengenali kesadaran dengan mudah. Ini adalah yang saya lakukan sendiri selama perjalanan saya mengenali kesadaran saya selama 5 tahun sampai sekarang saya menerapkan kesadaran di kehidupan sehari hari saya.

1. Pertama anda harus tahu bahwa hidup hanya saat ini, masa lalu sudah tidak ada dan masa depan belum terjadi. Jadi kapan anda hidup ya hanya saat ini. Maka bawa pikiran anda selalu di masa kini. Ini harus dilatih secara telaten karena stabil membawa pikiran ke masa sekarang sangatlah sulit.

2, Kesadaran adalah yang tahu anda sedang melihat, mendengar, mencium, merasa, dan lain lain. Panca indera hanya alat, namun yang tahu ini asin, manis, tinggi, rendah siapa?Apakah otak?jelas bukan. Otak hanya organ pengolah data, dia hanya alat. Namun yang mempergunakan alat itu adalah kesadaran.

3. Kesadaran tidak terpengaruh oleh emosi anda, atau pikiran anda. Justru kesadaran seperti ruang tempat emosi anda atau pikiran anda menjadi tamu, Kesadaran ibarat langit biru, sementara emosi dan pikiran ibarat awan awan mendung yang mendatangkan hujan. Apakah ketikah hujan langit menjadi kelabu? Tidak, langit tetap biru karena warna kelabu akibat langit yang berwarna biru tertutup oleh awan awan emosi dan pikiran berwana kelabu. Dibelakang itu, langit tetap biru. 

4. Duduklah dengan santai, saya sarankan membuka mata, jangan menutup mata. Lalu bawa pikiran anda ke tempat dimana anda duduk. Lihat benar benar lihat apapun benda di depan anda, apakah tanaman, batu, pagar, tembok. Lihat dan pikiran anda pun juga ikut melihat tanaman, batu, pagar dan tembok tadi. Kuncinya satu : jangan menganalisa, membuat kesimpulan, atua pertanyaan atas apa yang anda lihat. Cukup lihat saja. Dan ketika pikiran mendesak anda untuk terbang ke tempat lain, ke masa lalu, atau ke masa depan, jangkarnya adalah nafas anda. Anda harus merasakan dan mengamati nafas anda sebagai jangkar kesadaran agar saat anda hanyut oleh pikiran anda akan kembali kepada kesadaran. Lakukan sepuluh menit saja, baik di rumah, di ruangan kantor, atau di tempat makan, bebas! Yang penting usahakan untuk awalan, carilah tempat yang sepi dan tidak terganggu orang lain. 

JIka anda sudah berlatih dengan melihat, berikutnya anda berlatih untuk mendengar. Dengar apapun suara yang anda tangkap di telinga anda. Bawa juga pikiran ke tempat anda mendengar, dan pikiran tahu ada suara, dan sekali lagi jangan dianalisa itu suara apa. Cukup anda tahu anda suara. Berlatihlah dengan cara yang sama dengan saat anda berlatih melihat. Setelah suara, berikutnya adalah berlatih dengan rasa saat anda makan. Sama dengan melihat dan mendengar, anda cukup tahu ada rasa dalam makanan yang anda makan tanpa menyimpulkan itu manis, asing, gurih, atau pahit. Cukup tahu ada rasa, titik!

Ini adalah cara yang saya lakukan untuk berlatih kesadaran. Saya melakukannya dengan mata terbuka kenapa? Karena ketika dilakukan dengan mata tertutup, anda akan mengantuk dan pikiran anda mudah melayang kemana mana. Nanti setelah anda mahir "hanya" melihat, mendengar, merasa, dan lain-lain, anda bisa berlatih meditasi dengan mata tertutup. Namun ingat, kesadaran yang sebenarnya bukan hanya pada saat meditasi, namun justru saat anda beraktifitas sehari hari. Percayalah, orang yang sudah mengenali kesadaran, ia akan lebih cerdik dan cerdas menghadapi segala sesuatu. Lama lama ia juga akan peka terhadap segala sesuatu yang sifatnya lebih halus dari materi padat. Semakin anda peka, insting anda dapat berkembang dengan semakin peka pula tanpa harus menggunakan pance indera anda. Inilah yang dinamakan mata ketiga. Tenang saja, jangan terprovokasi oleh ketidaktahuan dan propaganda sesat. Saya sendiri juga tidak mau menjadi pengikut setan atau kejahatan. Jadi yang dinamakan mata ketiga bukanlah simbol Dajjal atau kejahatan, namun justru mata pengetahuan kepada wajah asli alam semesta yang tidak bisa diakses dengan panca indera anda...Masalahnya jika anda sudah bisa mengaksesnya, anda tidak bisa ditipu lagi. Maka lalu dibuatlah fitnah jika mata ketiga adalah mata setan...

Pesan saya, berlatih kesadaran tidak bisa instan. Anda harus rutin dan telaten berlatih. Jangan mudah percaya dengan orang orang yang bicara kesadaran ini itu, harus bayar, dan lain lain..Percayalah, jika anda tekun berlatih, guru sejati anda masing masing akan menuntun anda menuju pencerahan yang sebenarnya...

Selamat mencoba dan semoga berguna...




Wahyu Juniawan April 15, 2023
Read more ...

Seseorang bertanya, "Bagaimana cara supaya pikiran menjadi diam?"

Jawabannya sederhana, "Saya tidak punya cara atau metode untuk membuat pikiran diam. Karena saat anda memiliki kehendak untuk melakukan sesuatu, di situ pikiran sudah berjalan". 

Ketika anda berniat atau memilih diam, di situ pula pikiran anda sedang tidak diam. Diam adalah diam. Segala sesuatu diam. Tidak ada cara untuk diam selain diam itu sendiri. Ketika anda menjalankan metode untuk diam, saat itu juga anda sedang menggunakan pikiran. Ibaratnya seperti anda berkata lantang kepada mulut anda sendiri untuk berhenti berbicara. 

"Saya dahulu selalu bertanya kepada guru, apa pentingnya berlatih mengenali kesadaran saat bermeditasi?". 

Namun guru selalu hanya tersenyum dan berkata, 

"Suatu hari kamu akan paham.."

Dan setelah bertahun-tahun meneliti ke dalam diri saya sendiri, saya akhirnya paham mengapa berlatih kesadaran sangat penting di tahap awal meditasi. Jawaban salah satunya adalah, supaya kita bisa mengenali yang mana pikiran kita yang mana yang bukan pikiran kita. 

Mengapa? 

Karena bagi mereka yang tidak berlatih, maka pikiran, emosi, ego, dan kesadaran bercampur aduk. Anda tidak akan melihat korelasi, sistem, dan fungsi masing masing tanpa mengenali satu persatu. Namun bagi mereka yang "telah melihat" dan "tak lagi terlelap", akan mengenali yang mana pikiran dan bagaimana cara kerjanya dalam satu kesatuan sistem yang saling pengaruh mempengaruhi. Ketika anda paham, maka anda akan tahu, jika selama ini hidup anda didominasi oleh pikiran anda. Bahkan tanpa sadar anda diperbudak pikiran anda. Pikiran yang berlebihan adalah sarang dari penderitaan batin anda. 

Pada dasarnya, manusia itu netral. Dalam kondisi netral, manusia penuh damai dan cinta. Ketika manusia tergelincir dalam dualitas, maka di situlah pikiran bermain. Semua dualitas adalah produk pikiran. Ketika itu, manusia mulai tidak lagi netral dan bergeser dari kemurniannya atau kesejatiannya. Munculnya rasa, emosi, ego, pun memicu munculnya penderitaan. 

Seorang sahabat saya mengibaratkan awalnya manusia adalah cahaya putih. Kemudian cahaya putih itu bertemu kristal segitiga yang kemudian memendarkan cahaya putih itu menjadi beragam warna warni cahaya. Batu kristal segitiga itu adalah pikiran kita. Cahaya warna warni hanyalah ilusi dari cahaya putih yang menerpa kristal. Cahaya sebenarnya adalah cahaya putih. Namun karena terhalang kristal, anda akan sulit sekali mengenali cahaya putih. Maka yang perlu anda lakukan adalah kenali dulu batu kristal dan sifatnya, baru anda akan mengenali bahwa diri anda adalah cahaya warna warni tersebut. Setelah itu barulah anda akan tahu sumber cahaya sebenarnya yang mana dan berwarna apa?

Satu satunya jalur untuk mengetahui dan memahami realitas kehidupan, serta berdialog dengan alam semesta adalah melalui jalur ke dalam diri sendiri dan diam. Jika anda tidak tertarik, itu karena anda masih memiliki 'harapan', ego dan pikiran yang menari-nari tanpa anda mengenalinya sama sekali. Hal ini membuat perjalanan meniti jalur ke dalam diri akan sangat tidak menarik bagi anda. Padahal tanpa meniti jalur ke dalam diri, anda hanya akan terombang ambing oleh ketidaktahuan anda akan pikiran anda.

Diam tidak harus anda gapai "nanti ketika...." atau "saat...".

Diam bisa mewujud saat ini juga, tanpa usaha, tanpa niat, tanpa keinginan, tanpa metode, tanpa pilihan, tanpa rencana, dan tanpa apapun. Anda hanya sadar saja. Cukup sadari saat ini dan amati apapun yang datang dan pergi di kepala anda, maka anda akan diam, walau pikiran terus datang dan pergi silih berganti. Anda seperti langit biru yang melihat awan awan putih bergerak silih berganti di bawah anda. Awan putih tidak pernah tetap dan tidak akan pernah mampu mempengaruhi langit biru. Langit biru adalah kesejatian anda, dan awan putih adalah pikiran anda.

Jika kondisi diam ini yang dimaksud tercerahkan, maka saat ini juga anda bisa tercerahkan. Tidak perlu menunggu bertahun tahun. Tidak perlu melakukan ritual apapun, tidak perlu ibadah apapun, tidak perlu puasa apapun yang menyiksa fisik anda, dan tidak perlu apapun karena semua hanyalah metode untuk anda berlatih diam. Jika anda telah mengenali diri anda dan pikiran anda, maka dengan mengamati pikiran sama dengan diam.

Diam sangat mungkin anda alami saat ini juga...



Wahyu Juniawan April 15, 2023
Read more ...

Aku tahu kita akan menua bersama..

Melewati kehidupan ini dengan berani..

Merasakan segala kepedihan kehidupan dengan tertawa

dan menganugerahkan kebahagiaan kepada diri kita sendiri...


Aku tahu waktu adalah sebuah imajinasi...

namun sebuah kebersamaan bukanlah mimpi..

Ia disatukan oleh cinta sejati..

dengan energi yang tak bisa dimusnahkan oleh mati...


Aku tahu ini bukan cinta yang mengikat..

Bukan cinta yang dipahami oleh sebagian besar manusia..

Cinta bukan ikatan melainkan rasa, 

yang bisa digapai tanpa ego yang fana...


Bukan..ini bukan cinta yang seperti itu..

Bukan cinta yang memiliki...

Bukan cinta yang berubah oleh fisik..

Bukan cinta yang dibatasi oleh waktu...


Aku tahu, ini cinta yang tak memiliki dan dimiliki...

Cinta yang menggenapi sebuah kesempurnaan..

Cinta yang tak dibatasi oleh ruang dan waktu...

Cinta yang tak terdeskripsikan....


Cinta yang hanya bisa digapai oleh rasa tanpa ego...

Cinta yang sempurna tanpa harus disempurnakan...

Bukan cinta yang berakhir ketika fisik menghilang...

Cinta yang telah ada tanpa kata....


Aku tahu, kita akan menua bersama

dengan cinta yang telah kita temukan...

bukan cinta yang kita ciptakan karena kebersamaan...

Karena cinta kita adalah cinta yang belajar...


Kerena dari awal kita tak pernah terpisah...

dan tak akan berakhir karena keterpisahan...

Karena keterpisahan itu sendiri tidak pernah ada..

Cinta akan menemukan jalan menuju dirinya sendiri...


Aku ingin duduk di bangku sepi ini bersamamu..

Menikmati hari tua dan semesta tanpa kata...

Tak perlu mengingat segala kepedihan dan perjuangan..

Hanya kita di sini dan sekarang....


Aku ingin duduk di bangku sepi ini bersamamu,,,

Menikmati purnanya tugas kita di kehidupan saat ini..

Menghayati sang senja yang dulu selalu kita lupakan...

Menjalani hening tanpa kata...


Hanya kita, senja, dan keheningan...

Aku tahu kita akan menua bersama....

Tidak ada lagi ambisi yang kita sebut sebagai mimpi...

Tidak ada lagi ego yang kita sebut sebagai perjuangan...


Aku hanya ingin duduk di sini bersamamu...

Berselimut cinta yang telah kita temukan...

Walau wajah cantikmu tiada lagi..

Namun bukan itu yang ingin aku nikmati...


Aku ingin menikmati perjalananku bersamamu..

Menemukan makna kehidupan dan pertemuan kita..

Menularkannya kepada si kecil yang telah menggantikan kita..

Agar mereka juga menemukan cinta, seperti kita saat ini..


Lalu apa yang akan terjadi esok?

Aku tak peduli lagi...

Karena kita bukan lagi aku dan kamu..

Kita adalah sebuah penyatuan dan peleburan..


Aku tahu kita akan menua bersama..

Melewati senja dan waktu yang tiada..

dan suatu hari kita akan pulang ke rumah...

melebur di antara bintang bintang...


Kita akan menjadi bintang dan langit malam

Menari seperti kupu-kupu dan bunga...

Terbang bersama mengikuti angin...

karena kita telah bertemu dan saling menemukan...



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Saya dahulu pernah ditunjuk sebagai produser sebuah program televisi, yang meliput kisah-kisah inspiratif tentang perjuangan seseorang dalam bertahan hidup, mulai dari sisi ekonomi maupun mereka yang sakit parah. Awal masuk program tersebut, saya mengira program tersebut benar-benar inspiratif mengangkat perjuangan hidup seseorang. Namun ternyata saya salah. Ternyata banyak orang yang tidak bisa membedakan antara rasa kasihan dan empati, termasuk mereka yang memproduksi program-program televisi. 

Setiap mengajar di sebuah kampus jurusan televisi, saya selalu mengingatkan agar mahasiswa bisa membedakan antara rasa kasihan dengan empati yang menginspirasi, ketika mengangkat sebuah topik program. Rasa kasihan dan empati jelas berbeda. Rasa kasihan adalah wujud dari rasa sombong yang jarang kita sadari. Contoh rasa kasihan adalah ketika kita melihat seorang ibu tua jualan minuman sambil lesehan di sebuah sudut jalan Malioboro Yogyakarta. Kita melihat ibu itu dan merasa tersentuh dengan kondisinya. Namun hanya sebatas itu saja. Tidak ada hal lain yang kita bisa ambil hikmah dari ibu tersebut selain rasa kasihan karena sudah tua masih jualan minuman yang untungnya tak seberapa demi bertahan hidup. Rasa kasihan kita akan memunculkan rasa ingin membantu, namun tanpa sadar kita sedang mengumbar kesombongan yang sangat halus. Padahal kita tidak tahu apa yang terjadi di balik layar. Permasalahannya bukanlah anda membantu atau tidak. Tapi sekali lagi rasa kasihan adalah wujud kesombongan yang sangat halus, menyamar seolah-olah menjadi rasa simpati. Padahal hal itu sama sekali bukan simpati, namun bentuk dari pikiran anda yang merasa "lebih" beruntung, lebih punya uang, lebih makmur, lebih "tinggi" derajadnya dari si ibu tersebut. Sekali lagi ini bukan masalah anda membantu atau tidak. Namun jangan salah, tidak semua hal yang ada di depan anda adalah seperti yang anda kira. Pengalaman saya di bawah ini menjelaskan hal tersebut. 

Di sebuah hutan di pedalaman Sumatera Barat, terdapat seorang ibu tua berumur kurang lebih 70 an tahun, yang dipanggil emak oleh warga sekitar. Emak memiliki seorang anak bernama Buyung. Buyung saat itu berumur 40 tahunan. Namun karena menderita keterbelakangan mental dan buta, sampai seusia itu Buyung belum berkeluarga. Ia membantu emak berjualan sapu lidi di pasar. Satu sapu lidi dihargai 10 ribu rupiah, dari harga modal 5 ribu rupiah. Setiap pagi sehabis sholat Subuh, mereka berdua berangkat ke pasar yang berjarak sekitar 30 kilometeran dari rumah emak dan Buyung. Lebih miris lagi adalah mereka berangkat ke pasar menggunakan gerobak kayu kecil beratap. Buyung yang masih kuat berjalan walau buta, menarik gerobak. Sementara emak yang masih bisa melihat, namun sudah tak kuat berjalan, duduk di dalam gerobak sambil mengarahkan jalannya Buyung yang menarik gerobak tanpa alas kaki. "Kiri buyung! Kanan buyung! awas depan belok kiri!..."

Setiap hari mereka berdua menempuh jarak 60 kilometeran pulang pergi, dan hanya menghasilkan keuntungan rata-rata 20-30 ribu rupiah setiap hari. Saya dan reporter merasa kasihan dengan nasib emak dan Buyung. Kami pun merencanakan memberikan sedikit uang kami untuk membantu kehidupan emak. Uang tersebut kami beri amplop dan kami berikan saat kami hendak berpamitan pulang ke Jakarta. Namun rasa kasihan kami ternyata malah menasbihkan kesombongan kami yang merasa orang lebih mampu, orang lebih beruntung, dan lebih segalanya. Ketika saya beri uang, emak menolak dengan tegas! 

"Bukan begini nak caranya bersilaturahmi. Kami membutuhkan uang, namun kami bukan pengemis. Kalau anak menganggap kami ini orang miskin, sebaliknya kami menganggap kami kaya sebagai rasa syukur kepada Allah. Saya masih diberi sehat, Buyung juga. Kami masih bisa makan walau seadanya. Kami masih bisa saling membantu, bahkan saya masih bisa membantu tetangga desa sebelah ketika ada yang sakit, walau uang kami pas-pasan. Semua orang butuh uang nak, namun tidak semua orang menganggap uang adalah pemecah masalah. Justru banyak orang yang tidak memahami, bagaimanapun kehidupan kita, susah senang itu kita sendiri yang menjalani. Orang lain hanya menghakimi kita miskin atau kaya, susah atau senang. Namun ketika kita terus berterima kasih, hidup akan menjadi berbeda. Orang lain hanya melihat luarnya saja, merasa kasihan, padahal saya tidak butuh dikasihani. Anak mengunjungi kami, kami bertambah saudara, itu sudah berkah untuk kami....Jadi jangan beri kami uang nak...nanti kami akan terbiasa meminta...."Jawab Emak.

Setelah emak menolak uang kami, suasana menjadi sangat hening. Tinggal suara jangkrik di pinggir hutan menyadarkan betapa sombongnya kami akibat rasa kasihan yang tak beralasan. Apalagi ditambah kecongkakan kami yang menyelesaikan masalah dengan uang. Namun karena saya sudah menyita waktu emak dan Buyung, sebagai gantinya saya lantas membeli semua sapu yang tersisa di rumah emak agar ia besok bisa sehari libur berjualan, sekaligus pengganti ketenangannya yang hilang akibat kedatangan kami.

Begitulah rasa kasihan. Ia adalah kesombongan yang menyamar. Hal itu berbeda dengan empati. Dari cerita di atas, rasa kasihan saya berubah menjadi empati. Mengapa? Karena prinsip emak, saya menjadi sangat kerdil, menjadi orang yang tidak tahu apa-apa, menyadari kesombongan saya, dan menjadi kagum dengan prinsip emak yang membuat saya banyak belajar dari emak dalam memandang penderitaan hidup. 

Kembali lagi ke program televisi, kini anda jadi tahu, banyak program televisi yang seolah-olah program inspirasi, namun jika ditelaah lebih dalam, sebenarnya program-program tersebut hanya menjual rasa kasihan demi rating program televisi. Mengapa?karena banyak yang tidak bisa membedakan antara rasa kasihan dan empati. Kasihan adalah rangkaian benang halus dari kesombongan kita, sementara empati adalah rasa yang muncul saat kita yang tidak tahu apa-apa ini dapat belajar ilmu kehidupan dari orang-orang yang bahkan dipandang sebelah mata oleh manusia lain, namun di mata Tuhan mereka adalah orang-orang yang diberikan tugas menjadi guru bagi manusia lain. Jadi ini bukan masalah membantu atau tidak. Jika anda perlu membantu, bantulah, namun jangan membantu karena anda merasa lebih beruntung dari orang lain. Bantulah karena kesadaran bahwa kehidupan ini saling terkait. Mereka adalah anda, anda adalah mereka. Seperti juga tubuh anda, ketika satu bagian tubuh sakit, maka sekujur badan akan terasa sakit. Tidak ada yang lebih penting, lebih beruntung, lebih kaya satu sama lain. Semua memiliki kebahagiaan dan penderitaan yang berbeda beda. Jangan anggap hidup orang lain harus sama dengan prinsip yang anda percayai. Mencuri tidak selalu buruk, dan membantu juga tidak selalu baik. Gunakan kesadaran dan kebijaksanaan untuk melihat segala sesuatu dengan jernih dari berbagai sisi. Jika anda ingin membantu, bantulah semua yang membutuhkan,  karena rasa cinta, bukan karena rasa kasihan, bahkan yang lebih parah karena faktor surga dan neraka..



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Saya pernah diminta menjadi pembicara di depan sebuah forum bertema komunikasi di dunia science yang dihadiri oleh dokter-dokter senior yang sebagian telah menjadi guru besar di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Saat saya menerima tawaran tersebut, saya enteng-enteng saja. Namun menjelang hari H forum, saya tidak bisa tidur. Stres mengingat tamu tamu yang hadir nanti adalah orang orang pandai yang sudah memakan asam garam di dunia kedokteran. Apalagi teman saya mengatakan hal yang semakin membuat saya stres, "Nanti pakaian rapi, jaga sopan santun, dan bikin materi yang menyenangkan..."

Saya ingat bagaimana di otak saya, ratusan pertanyaan muncul serempak tanpa terbendung. Saya berpikir keras apa yang harus saya lakukan nanti?Bagaimana jika nanti materi saya membosankan?Bagaimana jika saya salah berbicara?Bagaimana jika saya diberi pertanyaan yang sulit saya jawab?Siapakah saya ini?Saya bukan siapa siapa dibandingkan para hadirin..dan ratusan pikiran lain yang berseliweran tanpa terbendung. Di hari H, untuk melangkahkan kaki ke dalam ruangan sudah terasa sangat berat, apalagi ketika memulai pembicaraan dan pemaparan materi. Lidah terasa kaku, dan benar...situasi mencekam seperti puncak cerita film horor. Lima menit terasa sangat menegangkan.

Setelah saya berbicara 5 menit, 10 menit, 15 menit, situasi berangsur angsur cair. Ternyata situasinya tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Para dokter senior tersebut justru penuh canda tawa. Ada memang satu dua yang terlihat kaku, nanun rata-rata peserta justru membuat suasana menjadi sangat hidup. Kalimat demi kalimat pun keluar dari mulut saya tanpa ada keraguan. Di akhir sesi, saya bahkan mendapat banyak terima kasih dari para dokter-dokter hebat tersebut!

Setelah forum itu, saya merenungkan semuanya. Ternyata benar apa kata guru saya. Sebuah pekerjaan akan terasa sangat berat ketika kita terlalu banyak berpikir tentang pekerjaan itu. Apalagi jika pekerjaan tersebut tidak kita sukai. Pikiran akan memunculkan keluhan-keluhan yang tidak beralasan. Padahal ketika pekerjaan itu berlangsung, semuanya begitu ringan kita jalani. Seringkali sebelum melakukan pekerjaan kita terlalu banyak berpikir ini itu, mengkhawatirkan ini itu, menimbang ini itu yang semuanya bahkan belum kita jalani. Beberapa orang bahkan lebih fokus pada hal-hal negatif, termasuk hal negatif dirinya, dibandingkan hal positif. Dalam kasus di atas contohnya. Para dokter senior tersebut benar-benar pandai, namun pandai pada bidangnya yakni kedokteran. Untuk urusan komunikasi, tentulah saya sebagai orang media lebih berpengalaman. Bukankah mereka mau belajar dari saya?

Begitulah manusia, daripada langsung bekerja, banyak yang lebih memilih terlalu banyak berpikir terlebih dahulu. Padahal sebuah pekerjaan akan terasa sangat ringan jika kita langsung mengerjakannya. Banyak yang belum belum sudah mengkhawatirkan ini itu. Pada saat itu ego lah yang bekerja Ego adalah sistem pertahanan diri. Belum-belum sudah fokus ke hal hal negatif, lalu muncul kekhawatiran jika nanti "aku" dipermalukan, dihina, dilecehkan, disudutkan, dijadikan omongan di belakang, tidak lagi dihargai, tidak lagi dihormati, mengecewakan orang lain, dan banyak ego "aku" "aku" lainnya. Padahal seharusnya saya justru fokus pada kelebihan saya saja dan mempersiapkan materi yang akan saya sajikan. Ketika semua saya kerjakan begitu saja dan menyerahkannya pada mekanisme alam semesta dengan kepasrahan, hukum alam semesta akan mengarahkan saya kepada situasi dimana semua akan baik baik saja. Hal ini juga ternyata berlaku di pekerjaan-pekerjaan saya lainnya. Percayalah, pekerjaan akan menjadi lebih ringan ketika kita memilih untuk langsung mengerjakan, dibandingkan banyak berpikir...



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Engkau yang menguasai hidup dan mati, mohon kasihilah mereka yang hari ini berpulang kepada Mu..

Mohon terangilah jalan mereka dengan cahaya Mu, karena hanya Engkau lah penguasa terang dan gelap...

Semoga, mereka telah tunai dalam memenuhi tugas yang Kau berikan dalam kehidupan ini...Tak ada lagi sakit, tak ada lagi penderitaan, tak ada lagi kepedihan..

Jikapun ada kehidupan lain, semoga Kau lahirkan mereka kembali dalam kemakmuran, kesejahteraan, kesenangan, derajad yang lebih tinggi,  kebahagiaan, kedamaian, dan cahaya welas asih..

Namun jika tak ada kehidupan lain setelah ini, ijinkan mereka pulang dalam kesunyian batin dan pikiran, kerelaan, serta peleburan dengan Mu yang Maha Suci..

Kami adalah mahluk-mahluk dalam penantian kematian..

Walau banyak dari kami yang tak lagi tahu dan tertidur dalam jebakan pikiran serta ego..

Namun ijinkan mereka yang hidup dalam kegelapan untuk membuka diri kepada welas asih dan kebijaksanaan...

Bagi kami yang masih terus memelihara cahaya, ijinkan kami menjadi pembias bagi terangnya cahaya Mu supaya batin kami terus terjaga dalam petualangan kehidupan yang masih harus kami lalui..

Semoga mereka yang tak lagi memiliki kesempatan melihat matahari terbit esok pagi, dapat pulang dengan bahagia. Dalam kembali melebur denganmu yang penuh kasih. Semoga tugas yang Kau embankan kepada mereka telah tunai dijalankan, sehingga mereka bisa beristirahat dalam kedamaian abadi. 

Engkau yang Maha Sunyi...kami pun selalu rindu untuk kembali, di tengah tugas kehidupan kami yang belum selesai..

Kami adalah mahluk-mahluk dalam penantian kematian, walau banyak yang telah ingkar dan lupa..



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Mengapa terjadi koneksi antara seseorang dengan leluhur di sejumlah tempat?

Saya pernah iseng mampir ke candi Mendut di Magelang, setelah muter muter naik motor keliling sputar kawasan Borobudur. Saat itu pandemi Covid 19 masih merajalela sehingga tidak ada satupun orang yang boleh memasuki halaman candi termasuk saya. Saya pun hanya mengucapkan salam dari luar halaman candi. Tiba-tiba tanpa sebab, bulu kuduk saya berdiri terutama di bagian kedua tangan saya. Istri saya juga heran. Hal itu terus terjadi hingga saya sampai rumah. 

Selang beberapa hari kemudian, saya pun ditunjukkan mengapa hal tersebut terjadi. Ternyata jawabannya sangat ilmiah. Hal itu terkait dengan DNA yang ada dalam diri masing-masing tubuh manusia. DNA adalah cetak biru memori dari garis leluhur setiap manusia. Memori tidak hanya berupa memori fisik saja, namun juga memori dalam ingatan atau perbuatan yang pernah dilakukan semua leluhur yang satu garis dengan kita. Semakin jauh jarak leluhur semakin kecil pula energinya. Setiap tempat yang pernah didatangi leluhur dan tempat itu memiliki rasa yang mendalam bagi leluhur kita, maka memorinya juga akan tersimpan di tempat tersebut. Dan ketika kita mengunjungi tempat tersebut, maka energi dalam DNA kita yang menyimpan kenangan akan tempat tersebut, akan terkoneksi dengan energi leluhur yang tersimpan di tempat tersebut. Ketika energi yang sama bertemu dan saling tarik menarik, maka yang terjadi kemudian seperti sebuah kabel listrik yang disambungkan ke sebuah lampu : menyala. Demikian pula DNA kita yang menyimpan memori leluhur kita yang tadinya pasif, kemudian menjadi aktif. Akibatnya bermacam-macam dimana masing masing orang berbeda beda. Ada orang yang merasa terhubung secara rasa dengan energi leluhur, ada yang seperti saya meresponnya secara fisik, namun bagi orang yang peka, pikirannya akan memproyeksikan kenangan tersebut serta akan terlihat nyata. Ada yang bahkan kemudian bisa berkomunikasi dengan para leluhurnya. 

Sebenarnya tidak hanya tempat penuh emosi saja yang menyimpan memori kuat. Ada pula benda benda lama yang pernah dimiliki atau dicintai leluhur kita seperti senjata yang berupa keris, mandau, atau tombak. Mengapa?karena benda benda tersebut dirawat dengan penuh cinta dan emosi oleh para leluhur. Itulah mengapa dalam tradisi Jawa, benda pusaka yang layak dimiliki adalah benda pusaka milik leluhurnya karena memiliki energi yang sama. Menurut salah satu teman yang hobi dengan keris, sebenarnya keris pusaka tidak boleh diperjual belikan. Seseorang yang ingin memiliki keris disarankan untuk membuat melalui seorang empu keris berpengalaman, atau jika tidak, ia mendapatkan kepercayaan untuk merawat keris leluhurnya. Jika tidak, sering terjadi sebuah keris yang dimiliki seseorang tidak cocok dan "memberontak" karena keris tersebut bukan keris leluhurnya yang satu frekuensi energi dengannya. Tidak hanya pusaka, bahkan baju, hingga cincin pun menyimpan memori leluhur jika benda tersebut menjadi kesayangan para leluhur. Apa yang dimaksud khodam sebenarnya bukan jin atau mahluk halus yang mendiami sebuah benda atau keris, melainkan energi yang tersimpan dari sebuah benda atau keris. Ketika energinya terkoneksi dengan energi kita, maka seseorang yang memiliki kepekaan akan memproyeksikan wujudnya sesuai memori yang ia miliki.

Kadang banyak orang yang berpikir, semua hal yang terkait tradisi masa lalu adalah klenik atau syirik. Padahal orang tersebut sebenarnya orang yang tidak tahu sama sekali tentang adat tradisi dan alam semesta saja. Jika tahu dan paham, maka anda akan tahu jika semua hal yang dianggap ghaib sebenarnya sangat ilmiah dan masuk akal. Hal ini seperti yang dikatakan oleh ilmuwan jenius asal Kroasia Nikola Tesla yang mengatakan alam semesta ini terdiri dari energi, frekuensi, dan vibrasi. Hal itu kemudian terbukti dengan penelitian fisika quantum yang semakin berkembang. Artinya tidak ada yang namanya ghaib, klenik, keajaiban, keberuntungan dan lain lain. Semua selalu ada sebabnya..

Saya juga baru tahu dari ibu saya jika jaman dahulu, nenek buyut saya sangat sering melakukan sembahyang dan ritual di candi Mendut. Jadi silakan cari sendiri jejak leluhur anda. Apa gunanya mengenali leluhur kita?Yang paling sederhana adalah bagaimana kita bisa berbakti dan mengucapkan terima kasih karena tanpa mereka, kita tidak akan ada di kehidupan ini. Asal jangan minta kekayaan kepada para leluhur. Kita adalah titisan leluhur kita yang menitis melalui DNA kita..

Tradisi Jawa dan Nusantara sangat ilmiah dan rasional. Mereka yang membencinya adalah mereka yang tidak tahu, tidak mau tahu, dan tersesat terlalu jauh tanpa pernah sadar...



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Manusia terlahir sendiri. Alam semesta memberinya pinjaman berupa tubuh dengan segala kecanggihannya. Memori pikirannya masih kosong, hanya data bawaan pabrik yang tersimpan di DNA dan lingkup energi tubuhnya. Apakah data bawaan pabrik itu?Data itu adalah berisi cetak biru tubuh leluhur yang ditransfer melalui rahim ibu dan DNA bapak. Namun terdapat pula residu residu emosi leluhur yang telah berubah menjadi energi. Biasanya emosi itu dilepaskan leluhur dengan energi yang luar biasa besar. Contoh kebencian pada ketinggian, kebencian pada gelap, atau rasa cinta luar biasa pada sesuatu atau bahkan kecintaan terhadap Tuhan. Lalu dimana letak karma?Ada orang yang bilang, kita hidup untuk menggenapi karma leluhur. Lalu menggenapi karma yang mana?Apakah kita menanggung dosa leluhur?

Dalam hukum alam semesta, tidak ada yang disebut menanggung dosa atau karma orang lain atau orang tua. Kita hanya terimbas dari karma orang tua. Misalnya orang tua kita seorang yang selalu membenci sesuatu, maka jejak energi kebencian itu mengendap berupa energi di DNA kita. Lalu hidup kitapun terimbas perilaku orang tua kita terhadap orang lain. Ada orang lain yang membenci orang tua kita karena perilakunya.Imbas kebencian itupun sampai ke kita. Tugas kita yang pertama adalah "melawan" DNA kebencian di tubuh kita dahulu, dan menetralisirnya. Setelah kita mentralisir, otomatis perilaku kitapun berbeda dari orang tua kita, termasuk ketika berhadapan dengan orang yang membenci orang tua kita. Akibatnya vibrasi kita pun sampai kepada orang tersebut. Jika orang tersebut mengubah pandangannya terhadap kita, maka itulah yang sebenarnya disebut orang sebagai membayar karma leluhur. Padahal sebenarnya yang kita lakukan bukan untuk membayar karma leluhur, melainkan kita memutus rantai karma dari leluhur di DNA kita, dan menanam karma kebaikan untuk diri kita sendiri. 

Ingat, karma bukanlah dosa pahala, atau balas membalas. Tidak ada karma baik atau buruk. Semua hanyalah hukum semesta sebab akibat saja.    Jika anda membuat karma buruk maka akan menarik hal hal buruk. Jika anda menbuat karma baik, maka akan menarik hal-hal baik. Baik buruk pun tergantung dari pikiran kita sendiri. Karma berlaku di kehidupan kita di planet bumi. Setelah kematian semua menjadi netral, dan karma anda akan menurun ke DNA anak anda. Bahkan tradisi Jawa sebenarnya tidak mengenal istilah karma. Jawa hanya mengenal istilah "Ngundhuh wohing pakerti" atau memanen buah dari perilaku kita..

Saya tidak paham jika ada orang yang mengaku di masa lalu, dia adalah patih Gajah Mada, atau Jenderal Sudirman, atau Bung Karno, atau siapalah. Bagi saya semua adalah permainan pikiran saja. Namun ketika ada manusia yang bisa berkomunikasi jarak jauh, melihat hal hal ghaib dan lain lain, tak lain semua adalah potensi tubuh manusia yang telah terbuka. Ketika anda memahami gerak dan esensi semesta, maka anda akan paham. Itulah mengapa seorang yang mencapai pencerahan tertinggi pasti sakti, namun seseorang yang sakti belum tentu tercerahkan. Jadi saya tidak pernah percaya seseorang yang bilang ia  dulunya adakah prabu Hayam Wuruk lah, Sunan Kalijaga lah, atau siapapun itu. Lucunya semua yang mengaku tersebut selalu yang diakui adalah tokoh tokoh besar. Jarang ada yang mengaku saya adalah dulunya petani biasa, tidak hebat, bahkan miskin. Semua hanyalah halusinasi pikirannya saja.

Yang dinamakan titisan adalah seperti yang saya jelaskan di atas. Jika anda memiliki darah keturunan patih Gadjah Mada, berarti ada kemungkinan ada 0,000100 persen DNA Gadjah Mada di tubuh anda. Namun bukan berarti dulunya anda adalah patih Gadjah Mada. Semakin jauh jarak leluhur, maka prosentase DNA nya pun semakin kecil karena semakin tidak aktif. Ini menjawab mengapa mereka yang mengaku dirinya habib atau keturunan Nabi Muhammad SAW ada yang baik ada yang jahat. Mungkin benar ada DNA beliau ditubuhnya, namun berapa persen. Berapa jauh jaraknya dengan nabi?Sudah melewati berapa generasi dan berapa campuran DNA yang berbeda-beda?Perilaku seseorang paling dominan berasal dari DNA leluhur terdekat, lingkungan, dan terutama apa yang ia pelajari. Bukan dari DNA leluhur ribuan tahun silam.

Namun yang paling lucu adalah orang yang menyamakan orang tersebut dengan DNA utamanya dan percaya bahwa sifat sifat DNA utamanya yakni Nabi Muhammad SAW turun penuh ke orang tersebut yang berimbas pada bagaimana orang tersebut harus dihargai. 

Ingat seseorang dihargai adalah dari perilakunya, bukan darah keturunannya...



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Diri anda hanyalah bentuk bayangan yang disebut holografik, hasil dari getaran dan frekuensi. Itupun belum selesai. Bentuk yang anda lihat adalah rekaman dari bayangan bentuk holografik tadi. Hal ini berlaku untuk semua benda dan mahluk di seluruh alam semesta. Setiap bentuk adalah hasil rekaman (bayangan) dari bentuk bayangan yang dihasilkan dari getaran yang menghasilkan frekuensi yang berbeda-beda. Setiap organ tubuh anda dibentuk dari frekuensi getaran yang berbeda-beda tergantung fungsinya. Jika anda  mengetahui frekuensi getarannya, maka yang sakit akan sembuh, anda akan terkoneksi dengan frekuensi alam semesta. Anda bahkan bisa memaksimalkan tubuh anda seperti kisah kisah yang diceritakan dalam dongeng. Para alchemis bukanlah dongeng. Semua bukan hanya dongeng atau kehaluan semata. Semua sudah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern. 

Dan luar biasanya, leluhur Nusantara telah mengetahui frekuensi getaran ini melalui aksara-aksara semenjak ribuan tahun silam...

Jika anda belum paham, tenang saja. Kalau anda tekun berlatih, suatu hari anda akan paham. Dan ketika anda paham, anda telah 'sedikit' mengetahui rahasia kebenaran alam semesta yang disembunyikan ribuan tahun di candi-candi, kisah-kisah, dan lontar-lontar kuno warisan leluhur bangsa Nusantara. Jika anda paham, anda akan tahu bahwa simbol simbol kuno seperti bintang daud, lingga yoni, yin yang, bahkan lambang kerajaan Majapahit yang berbentuk Surya Majapahit sebenarnya bukanlah matahari, melainkan bentuk partikel alam yang agung..Tidak percaya?Silakan telusuri sendiri dengan tekun...Anda akan menemukan ketakjuban luar biasa. Anda tidak akan menemukan di literatur manapun. Semua hanya bisa anda kumpulkan sekeping demi sekeping pengetahuan sepanjang hidup.



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Pikiran manusia adalah kelebihan sekaligus kekurangan manusia. Pikiran menjadi kelebihan ketika digunakan sebagai mesin analistis, terkait logika dan identifikasi sesuatu. Ilmu pengetahuan tidak akan berkembang tanpa adanya fungsi pikiran. Anda tidak akan tahu alamat rumah anda dan jalur untuk pulang ke rumah setelah bekerja, tanpa adanya pikiran. Namun bagaimana bisa pikiran sekaligus menjadi kelemahan manusia?

Pikiran adalah sumber keterpisahan manusia dari akar alam semesta. Sifat pikiran adalah mengidentifikasi segala sesuatu yang berarti memisah misahkan satu hal dengan lainnya. Dalam kondisi berpikir, materi manusia dan alam semesta menjadi materi yang solid. Semakin solid atau padat, maka manusia semakin terpisah dari akarnya, yakni energi terhalus dimana alam semesta bekerja dalam sebuah sistem besar. Sistem alam semesta bekerja dalam satu kesatuan dan saling terkoneksi. Untuk mengakses sistem tersebut, diperlukan frekuensi otak yang sangat rendah. Frekuensi otak yang sangat rendah hanya terjadi saat manusia tidak berpikir dan menganalisa. Sebaliknya semakin menggunakan pikiran, maka frekuensi otak manusia akan semakin tinggi. Ibarat anda ingin pulang ke rumah, namun anda justru berjalan ke arah sebaliknya dari jalan yang menuju rumah. Demikianlah ketika pikiran bekerja. Namun bagi mereka yang tidak memahami bagaimana alam semesta bekerja dan tubuh manusianya bekerja, akan bertanya dengan sinis, "Bagaimana caranya tidak berpikir?Bukankah hanya kematian yang membuat manusia tidak berpikir?"

Siapa bilang harus mati dahulu baru kita tidak berpikir?Berpikir adalah salah satu fungsi otak manusia. Ibarat sebuah komputer, anda memiliki pilihan untuk menggunakannya atau tidak untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Misal anda ingin menghitung laporan keuangan. Bukankah menggunakan Microsoft Excel adalah pilihan?Anda bisa kok menggunakan cara manual. Buktinya sebelum komputer ditemukan, bukankah laporan keuangan bisa diselesaikan secara hitungan manual? Lalu pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana cara untuk tidak menggunakan pikiran agar anda terhubung dengan keagungan alam semesta yang disebut Tuhan?

Selama ribuan tahun, leluhur manusia justru telah memahami kinerja kehidupan bahkan jauh sebelum ilmu pengetahuan berkembang maju seperti sekarang. Meditasi adalah teknik yang paling umum untuk melatih tidak berpikir. Dalam meditasi yang benar, manusia dilatih untuk tidak menganalisa apapun. Hanya menyadari keberadaan saja yang dinamakan kesadaran. Banyak yang tidak paham, jika sebenarnya mata kita bukanlah organ untuk melihat, telinga bukan organ untuk mendengar, dan begitu pula tiga organ lainnya. Mata hanya menangkap cahaya. Yang membentuk objek bukanlah mata, melainkan ketika cahaya sampai ke dalam otak, otak pun mengolahnya menjadi bentuk yang kemudian diputar dalam pikiran kita sendiri. Jadilah kita 'seolah melihat benda'. Demikian pula dengan telinga yang menangkap getaran atau vibrasi yang kemudian diolah oleh otak menjadi yang dinamakan bunyi. Sistem ini berlaku untuk semua panca indera. Saya pernah menulis hal ini dalam tulisan terdahulu jika ingin mengetahui sistem lengkapnya. Jadi panca indera hanyalah sensor atau lubang data seperti kabel eksternal hardisk yang menghubungkan data alam semesta yang kemudian diolah oleh otak kita. Demikianlah penjelasan paling mudahnya. Jadi siapa yang menganalisa?mata kah?telinga kah?lidah kah?hidungkah?Bukan. Semua yang anda lihat, dengar, rasa, dan bau adalah hasil kerja otak, bukan panca indera semata. Bisa dibayangkan, semakin anda menggunakan otak untuk berpikir, maka segala sesuatu semakin solid dan berbentuk. Namun bentuk yang dihasilkan bukanlah esensi atau bentuk aslinya. Semakin anda memfokuskan diri pada sesuatu, maka sesuatu itu akan semakin solid. Paling mudah adalah ketika ada berkendara, namun sembari melamun memikirkan urusan kantor yang sebenarnya tidak ada sewaktu anda berkendara. Apakah jalan di depan anda akan terlihat semakin solid?Pasti tidak. Anda terbayang urusan kantor seperti pekerjaan, kertas kertas menumpuk, atasan anda marah marah, yang mana hal itu tidak ada saat anda berkendara di jalan. Semua hanya imajinasi pikiran anda. Semakin anda fokus pada pikiran di kantor, jalan di depan anda semakin kabur. Akibatnya bisa ditebak : kecelakaan. 

Sayangnya banyak orang yang mengaku guru meditasi, justru mengajarkan cara meditasi yang salah. Salah satunya adalah fokus pada sesuatu. Siapa bilang meditasi dilakukan dengan cara fokus pada sesuatu?Contoh banyak yang mengajarkan meditasi fokus pada nafas. Semakin anda fokus  pada nafas, nafas anda akan semakin solid dan anda justru menepiskan hal lainnya selain nafas. Padahal meditasi yang benar justru membuat segala sesuatu yang solid menjadi lebur menjadi asal muasal atau yang disebut sebagai sunyata. Meditasi yang benar adalah hanya menyadari saja, tanpa fokus pada apapun. Saat anda fokus pada sesuatu, di situ justru pikiran menjadi aktif. Padahal meditasi melatih pikiran menjadi tidak aktif. Seperti analogi Microsoft Excel di atas, pikiran bukan berarti tidak ada. Pikiran tetap ada, namun tidak anda gunakan. Anda hanya tetap berada di kesadaran. Mata melihat tanpa menganalisa apa yang anda lihat, seperti bentuknya, namanya, warnanya, dan lain lain. Demikian pula panca indera  yang lain. Yang benar bukanlah fokus pada nafas, melainkan merasakan nafas anda saja. Merasakan udara keluar masuk, tanpa dianalisa. Mengenai teknik meditasi ini juga telah saya tulis di tulisan sebelumnya.

Jadi semakin pikiran anda tidak menganalisa apapun, maka pikiran akan non aktif (bukan berarti tidak ada).Semakin non aktif, maka frekuensi gelombang otak kita akan menurun. Selain itu getaran tubuh kita juga akan menurun. Semakin menurun getarannya, maka anda akan semakin memasuki asal muasal diri anda yang tak terpisah dan menjadi bagian dari sistem besar alam semesta. Jadi...selamat mencoba untuk terhubung dengan diri sejati anda yang sebenarnya bukan tubuh anda, melainkan alam semesta atau jagat ageng atau makro kosmos. Anda adalah alam semesta dan alam semesta adalah anda. Seperti ombak dan air laut. Anda adalah ombak sekaligus air laut....




Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Alam semesta yang anda lihat ibarat dunia yang penuh dengan cermin. Masing masing cermin saling memantulkan antara satu dengan lainnya. Cermin ibarat pikiran anda. Artinya dunia yang anda alami sekarang adalah hasil pantulan dari pikiran masing-masing manusia dan mahluk lainnya. Seperti sudah saya katakan sebelumnya, sebenarnya alam semesta dengan semua materi yang ada pada dasarnya hanya terdiri dari beragam getaran dengan frekuensi yang berbeda-beda. Bahkan masing-masing organ tubuh anda dibentuk dari frekuensi yang berbeda-beda. Analogi sederhananya seperti di atas : semua materi alam semesta adalah cermin antara satu dengan lainnya. 

Anda melihat orang di sebelah anda?Bukan. Orang di sebelah anda hanyalah getaran yang ditangkap oleh otak anda, dan dipancarkan menjadi bentuk materi yang anda kenali sebelumnya. Anda mengenalinya sebagai manusia karena anda sudah kenal dengan bentuk manusia. Jika anda tidak mengenal, maka bentuk bernama manusia tidak akan terbentuk. Anda mengenal gelas karena sebelumnya orang tua kita mengenalkan kepada kita bahwa benda kaca yang berbentuk tabung dengan atasnya berlobang, dan biasanya digunakan untuk minum bernama gelas. Demikian pula orang tua kita juga mengenal gelas karena diberitahu oleh kakek nenek kita, dan seterusnya. Alur ini berakhir pada si pencipta gelas pertama kali yang mengenalkan benda yang berbentuk tabung dengan atasnya berlubang yang ia sebut gelas. Si pencipta itu sebelumnya juga belum mengenal gelas. Saat si pencipta belum mengenal gelas, maka gelas tidak pernah ada di alam semesta. Gelas ada saat si pencipta menggabungkan komponen berupa kaca, dan ia bentuk seperti tabung dengan atasnya berlubang. Artinya, sebelum ada gelas, yang ada hanyalah materi pembentuknya saja. Dan materi pembentuknya lagi-lagi berasal dari alam semesta.

Jika anda memahami analogi gelas tadi, maka anda mungkin bisa memahami bagaimana kehidupan yang kita katakan sebagai realitas itu terbentuk. Anda mengenal saya dari tulisan saya. Bagi anda yang tidak mengenal saya, saya hanyalah kumpulan dari tulisan yang anda baca beserta isinya. Namun bagi anda yang mengenal saya secara langsung, maka bentuk saya akan berubah dari tulisan menjadi manusia biasa seperti manusia lainnya. Namun dari situ, anda bisa membentuk saya sesuai pikiran anda sendiri. Pikiran anda bisa membentuk saya sebagai orang bodoh yang sok spiritualis, bisa juga menganggap saya orang pinter seperti guru, bisa juga anda menganggap saya orang yang sok tahu, bisa juga orang yang keminter alias sok pintar, atau bisa juga orang netral yang hanya ingin berbagi. Semua terserah anda. Tidak ada yang salah dalam pikiran anda untuk membentuk sesuatu. Yang jadi masalah satu : semakin anda menganalisa segala sesuatu hal tentang saya, maka bentuk saya dalam pikiran anda akan semakin solid. Hal ini sama dengan bagaimana cara pikiran kita membentuk materi yang kita namakan sekarang sebagai realitas. Dunia anda pasti berbeda dengan dunia saya, dan itu ditentukan oleh bagaimana pikiran anda memandang segala hal di sekitar anda.

Maka jika segala sesuatu yang anda lihat, dengar, rasakan, baui, sentuh adalah cermin dari pikiran anda, anda akan tahu jika yang dinamakan sunyata adalah ketika semuanya menjadi tidak ada dan berhenti. Tidak ada di sini bukanlah kosong, namun sekaligus isi, bahkan padat. Sunyata tidak bisa diceritakan karena ketika sunyata diceritakan, maka itu adalah produk pikiran. Ketika semua pikiran anda berhenti, di situlah sunyata. Ketika semua produk pikiran berhenti, otomatis dunia anda yang semuanya dibentuk oleh pikiran anda juga akan berhenti. 

Cukup di sini dahulu. Cobalah dipahami dahulu, dirasakan, dan coba dialami. Nanti di lain waktu saya akan mencoba membahasnya lagi, walau sunyata tidak bisa dibahas. Namun paling tidak, harapan saya, ini bisa menjadi petunjuk kecil bagi perjalanan anda mencapai sunyata atau paling tidak sedikit memahami kehidupan dan alam semesta yang sebenarnya bukanlah realitas sesungguhnya..



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Semua orang ingin berbahagia. Adakah satu orang saja yang tidak ingin berbahagia?Masing masing kita pasti ingin berbahagia. Maka apapun tindakan seseorang adalah karena dilandasi ia ingin  berbahagia. Bahkan seorang penjahat pun ketika melakukan kejahatan, dilandasi karena ia ingin membahagiakan dirinya sendiri, atau keluarganya. Silakan di cek, adakah satu pun perbuatan manusia yang dilakukan bukan karena berlandaskan bahwa orang itu ingin berbahagia?

Maka ketika anda menyadari, apapun dilakukan orang lain kepada anda adalah sama dengan anda : karena ingin berbahagia. Namun ada yang caranya benar ada yang kurang tepat dalam tindakannya. Maka ketika dimanapun anda berada dan apapun polah tingkah orang lain yang anda anggap merugikan anda, ingatlah : orang itu sebenarnya hanya ingin berbahagia seperti anda, walaupun caranya salah. Beruntunglah anda yang sadar dan mengetahui.

Maka untuk berlatih, ada empat cara bermeditasi :

1. Sadari bahwa anda ingin berbahagia. Sadari apa yang membuat anda bahagia?

2. Sadari siapapun orang yang anda cintai. Sadari bahwa mereka ingin bahagia. Curahkan kasih sayang dan rasa bahagia anda kepada mereka yang anda cintai dan mencintai anda.

3. Sadari siapapun mereka yang anda benci dan pernah memiliki masalah dengan anda. Mereka dulu melakukan hal tersebut kepada anda, hanya karena ingin berbahagia.Maka curahkan cinta kasih dan berkahi kebahagiaan anda kepada mereka.

4. Sadari semua mahluk yang tidak pernah mengenal anda. Semua mahluk, bahkan seekor semut yang berbaris mengerumuni gelas bekas minuman kopi anda, melakukan semua karena ingin berbahagia. Maka curahkan cinta kasih anda kepada semua mahluk dan berkahi semua mahluk dengan kebahagiaan anda.

Setelah empat langkah tersebut, lalu anda bisa kembali membuka mata. Selamat, anda telah berlatih untuk mengatasi ego anda. Terus latih hingga ego anda bisa anda tekan sekecil kecilnya.



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Ada dua realitas, yakni realitas semu dan realitas sejati. Realitas semu sendiri juga ada dua, yakni realitas materi dan realitas pikiran.

Realitas materi adalah keberadaan materi yang ada di alam semesta. Sementara realitas pikiran adalah realitas yang dihasilkan oleh pikiran. Mengapa keduanya dinamakan realitas semu? Karena keduanya memang benar benar bukan realitas sebenarnya. Materi adalah bentukan dari hukum-hukum semesta seperti energi, getaran dan frekuensi yang memadat dan seolah membentuk materi. Jika materi ini kita selidiki, maka pada titik tertentu, tidak ada satupun materi yang solid. Semuanya adalah hasil bentukan dari materi halus yang tak bisa kita capai dengan panca indera. Materi adalah kumpulan dari elemen elemen pembentuknya. Demikian pula dengan realitas pikiran. Realitas ini hanya dibentuk oleh kinerja pikiran dan memori kita. 

Jika anda bingung, cobalah ambil sebuah gelas. Pandanglah gelas itu, maka anda akan melihat bentuk materi yang seolah olah nyata. Namun jika kita belah belah lagi, gelas itu sendiri hanyalah sebutan dari bentuk yang anda lihat. Bentuk gelas itupun merupakan bentukan dari materi materi seperti kaca, warna, dan materi pembentuk-pembentuknya. Jika ditelusuri lagi, kaca juga merupakan bentukan dari materi materi yang lebih kecil. Ketika anda terus menyelidiki lebih dalam, anda akan menemukan ketiadaan dari bentuk gelas itu. Setelah bentuk gelas anda pandangi, selanjutnya tutup mata anda. Apakah bentuk gelas itu masih ada?Secara materi bentuknya tidak ada, namun bentuk itu berubah menjadi bayangan bentuk materi yang anda lihat tadi. Bentuk itu ada di pikiran anda, memori anda. Gelas itu ada di pikiran anda, namun gelas itupun sebenarnya tidak ada. 

Itulah mengapa keduanya dinamakan realitas semu. Bentuknya ada dan bisa anda temukan dengan panca indera dan pikiran anda. Namun bentuk itu sebenarnya tidak pernah ada ketika kita menyelami makna sebenarnya dari materi dan pikiran yang dinamakan gelas. Demikianlah kehidupan anda. Apa yang anda alami saat ini adalah realitas semu. Anda seperti melihat sebuah set panggung sandiwara. Di panggung sandiwara anda bisa melihat set panggung berbentuk kamar, taman, ruang tamu dan sebagainya. Namun itu bukan kamar, taman, atau ruang tamu sebenarnya, karena hanya dibangun untuk mendukung cerita drama yang dipentaskan. Kamar, taman, ruang tamu yang sebenarnya bukan itu. Namun apakah kamar, ruang tamu, atau taman itu tidak ada?Tidak! Semua ada. Semua realitas, namun bukan realitas sebenarnya atau realitas yang sejati. Namun apakah kita menolak realitas semu?Tidak! Realitas itu kita perlukan untuk kehidupan kita. Namun anda harus terus terjaga dalam kesadaran untuk mengetahui bahwa semuanya sebenarnya hanyalah set panggung yang tidak nyata...

Namun rata rata manusia tidak tahu jika mereka telah tergilas oleh realitas semu. Pikiran manusia ibarat smartphone multitasking. Sekali pencet bisa menggunakan dua aplikasi, yakni panca indera dan pikiran. Namun karena layarnya cuma satu, otomatis anda harus bergantian mengaktifkan kedua aplikasi tersebut. Coba anda berkendara di jalan raya. Anda akan mengaktifkan aplikasi panca indera untuk melihat kondisi jalanan. Namun kadang tanpa sadar, anda mensplit aplikasi panca indera ke aplikasi pikiran yang merealisasikan kondisi kantor anda tadi atau masalah di rumah anda yang akan anda temui nanti sepulang dari bekerja. Aplikasi yang anda aktifkan itulah yang akan mewujud menjadi realitas semu.



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Seorang murid mengatakan kepada gurunya jika ia memutuskan untuk menyendiri dan bermeditasi di sebuah pulau terpencil di tengah lautan. Ia ingin fokus untuk secepat mungkin mengalami pencerahan dan merealisasikan sunyata. Sang guru pun mengijinkan muridnya untuk mewujudkan keinginannya. Jadilah sang murid bermeditasi di tengah kesunyian di sebuah pulau yang tidak dihuni satupun manusia. Secara berkala sang guru menyuruh seorang murid lain untuk mengantarkan makanan dan kebutuhan sang murid di pulau tersebut.

Tak terasa empat tahun telah berlalu. Suatu hari si murid bahagia bukan kepalang karena telah mendapatkan pencerahan dan berhasil merealisasikan sunyata. Betapa gembiranya ia. Dan ketika murid utusan gurunya datang membawa bahan makanan, murid tercerahkan itupun menitipkan pesan kepada gurunya akan pencapaiannya memperoleh pencerahan dan telah merealisasi sunyata. Pesan itupun disampaikan kepada sang guru. Dan sang guru kemudian mengirimkan pesan balasan dalam secarik kertas kepada si murid. Alangkah senangnya si murid menerima pesan balasan sang guru. Ia membayangkan gurunya tersenyum bahagia dan senang dengan pencapaian dirinya. Namun ketika membuka pesan balasan sang guru, ia hanya menemukan sebuah kata, "Goblok!". Alangkah terkejut dan kecewanya sang murid menerima pesan sang guru. Ia pun berpikir mungkin karena sudah tua, guru kurang paham dalam menerima pesannya. Ia pun kembali menitipkan pesan yang sama kepada gurunya melalui murid yang membawa makanan. Pesan balasan kedua datang dari gurunya melalui secarik kertas. Ketika dibuka, lagi lagi isinya, "Goblok!". Ia pun mulai heran dengan balasan gurunya dan menitipkan pesan ketiga kepada gurunya. Lagi lagi jawaban yang didapatnya adalah secarik kertas dengan tulisan, "Goblok!". 

Naik pitamlah si murid mendapati tiga pesan gurunya. "Dasar guru bodoh. Tidakkah ia paham betapa besar pencapaiannya selama bermeditasi dengan kekhusyukan selama empat tahun ini? Mengapa guru justru meremehkannya?". Dengan amarah, ia pun bergegas menyeberang laut menuju daratan dan menemui gurunya sendiri serta mengklarifikasi pesan balasan dari gurunya. 

Ketika di depan gurunya, sang murid marah dan membanting tiga kertas balasan berisi kata "Goblok" di depan sang guru.

Sang guru terkekeh dan berkata, "Benar bukan apa yang aku bilang?Goblok adalah satu kalimat yang menggambarkan dirimu saat ini. Kamu berkata telah mencapai pencerahan dan merealisasi sunyata, namun pencerahanmu dan sunyatamu dikalahkan hanya dengan satu kata " Goblok". Dan lebih gobloknya lagi, kamu memilih meninggalkan meditasi serta kesunyianmu dan buru-buru menyeberang lautan hanya untuk sebuah kata 'Goblok'...."

Menyesal-lah sang murid. Ternyata ia masih jauh dari pencerahan apalagi merealisasi sunyata....



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Saya pernah bertemu dan berbincang dengan seorang teman yang memilih jalan hidup sebagai samanera atau calon Bikkhu. Pada sebuah sesi saya bertanya, "Dulu pernah ada patung Buddha di daerah Sumatera Utara yang dihancurkan karena tuntutan oknum yang menyebut dirinya laskar anu. Lalu mengapa orang Buddha menuruti saja dan menghancurkan patung tersebut?Apa takut karena umat Buddha adalah minoritas?"

Sahabat saya tersenyum. Patung itu dirobohkan bukan karena rasa takut. Namun itu hanyalah patung. Bukan Buddha yang sebenarnya. Itu hanya simbol saja. Segala sesuatu yang masih bisa rusak, hancur, terbakar, tenggelam, atau bahkan mati bukanlah Buddha. Jika karena merobohkan patung itu membuat orang lain berbahagia karena bisa beribadah menurut kepercayaannya, maka tidak apa apa kan dirobohkan?" 

Lain hari...

Sebuah gereja Katolik bernama Santa Ludwina yang berada tak jauh dari rumah saya, diserang oleh seorang fanatis radikal. Seorang pastor yang sedang memimpin ibadah dibacok oleh si fanatis.Tak hanya itu, teroris tunggal yang biasa disebut "lonesome wolf" itu juga merusak patung Yesus yang ada di altar gereja dengan parang yang dia gunakan untuk membacok Pastor. Untung sang Pastor selamat dan si penyerang ditangkap ramai ramai oleh umat yang masih bertahan di gereja. Ketika liputan peristiwa memilukan sekaligus memalukan itu selesai, saya pun mulai santai dan ngopi bersama dengan tetangga saya yang kebetulan menjadi pengurus gereja. Tiba tiba ia tertawa terbahak-bahak. Saya heran dan bertanya, "Lha kok tiba tiba tertawa. Apa yang lucu?". 

Setelah selesai terbahak ia bercerita.

"Teroris tunggal tadi setelah melukai Pastor, ia langsung lari menuju patung Yesus yang ada di altar. Ia membacokkan parangnya dan merusak patung yang terbuat dari keramik tersebut. Ia bangga sekali telah merusak 'Tuhan kami'.

"Lalu apa yang lucu?" tanya saya heran.

Karena yang ia rusak adalah patung Yesus. Setelah mengira misinya berhasil dengan merusak 'Tuhan kami', iapun tertangkap dan dipukuli oleh umat yang emosi. Namun untung dia diselamatkan oleh salah seorang umat yang melihat orang itu sudah tidak berdaya. Jika ia tahu, paling lama seminggu patung yang baru bisa kami beli dan tempatkan di tempat yang sama, mungkin teroris itu pingsan!" Kata teman saya sambil tertawa. Saya pun terpingkal mendengar ceritanya. Dan benar, bahkan hanya 3 hari kemudian patung yang baru dan lebih bagus pun sudah terpasang di altar gereja.

Saya jadi teringat ketika suatu hari liputan ke kantor pusat PB NU di Kramat Raya Jakarta. Saat itu kami bertemu seorang kyai besar yang sangat saya hormati. Dalam satu sesi setelah selesai wawancara dan bercerita ngalor ngidul, beliau berkata, "Kitab suci itu kan hanya buku. Ketika kitab itu dibakar, apakah isinya lenyap bersama abu?Besok pagi kamu beli yang baru, isinya masih sama. Jadi yang terbakar itu bukan kitabnya, melainkan egomu yang sedang membakar dirimu. Hal itu sama dengan mereka yang membakar kitab suci. Yang mereka bakar bukanlah kitab, namun ego lah yang sedang membakar dirinya. Kedua pihak baik yang membakar dan merasa dibakar, tidak mengenal kebijaksanaan karena dua duanya sedang terbakar..."



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Seorang teman lama yang baru saja bertemu dengan saya, menceritakan kisah hidupnya yang rumit dan penuh masalah. Ia sekarang sedang belajar meditasi di sebuah biara. Ketika saya bertanya mengapa ia meninggalkan kehidupan gemerlap dan memilih di jalan sunyi. Ia menjawab dengan singkat..: "Aku ingin menyederhanakan hidup. Karena hidup yang sederhana akan jauh dari masalah.."

Lalu seperti apakah hidup yang sederhana itu?Dari pengalaman hidup yang saya jalani, hidup sederhana bukan lantas anda menjadi malas, pasif, atau menghindari segala hal karena takut bertemu masalah. Hidup yang sederhana adalah hidup normal apa adanya. Yang dimaksud sederhana adalah sederhananya pikiran kita. Mayoritas manusia di planet Bumi menganggap hidupnya rumit. Padahal bukan hidup yang rumit, melainkan pikiran kitalah yang rumit. Pikiran adalah hasil kinerja dari otak manusia.

Dalam penyelidikan saya terhadap diri saya sendiri, fungsi otak ada 2 :

1. Pusat komando tubuh

2. Pusat data dan analisa (pikiran)

Otak sebagai pusat komando tubuh adalah fungsi otak yang menjadi pusat kendali timbal balik dari semua blok atau bagian organ tubuh. Sementara fungsi otak juga sekaligus sebagai pusat data dan analisa (pikiran). Disini fungsi otak manusia adalah 

1. Sebagai memori atau penyimpan data. Kapasitas besaran data dan durasi penyimpanan data dipengaruhi berdasarkan tingkat emosi seseorang ketika data itu dibuat.Contoh anda pernah kehilangan orang yang anda cintai. Semakin anda sedih, maka kapasitas data yang anda simpan akan semakin besar. Tentu hal ini juga akan memakan energi yang sangat besar untuk media penyimpanannya. Semakin besar emosi yang anda masukkan, maka durasi penyimpanannya juga akan semakin lama. Itulah mengapa banyak manusia stress dan menjadi sakit akibat trauma atau terintimidasi oleh peristiwa kesedihan di masa lalu. Namun sebaliknya, semakin kecil emosi yang menyertai sebuah peristiwa yang anda alami, maka kapasitas penyimpanannya pun akan semakin kecil, yang otomatis juga tidak memakan banyak energi saat memori itu disimpan. Memori seperti ini biasanya adalah peristiwa peristiwa kecil dalam hidup anda, yang tidak lagi anda ingat. Selain itu, memori juga terkait dengan identitas segala sesuatu yang anda simpan sebagai data pengetahuan, contoh adalah identitas seseorang yang anda kenal dari mulai nama hingga sifat dan perbuatan yang dilakukan orang tersebut. 

2. Lalu fungsi kedua adalah fungsi analitis.

Fungsi ini membuat pikiran sebagai benteng perlindungan dari bahaya dan sekaligus pengolah data untuk menganalisa respon terhadap lingkungan luar. Jika memori lebih cenderung menganalisa masa lalu, maka fungsi analitis lebih cenderung terkait dengan masa depan. Misal saat berkendara, anda melihat ada mobil di sisi yang berseberangan dengan jalur anda, berjalan terlalu ke tengah jalan. Maka fungsi analitis dalam sekian detik akan mengatakan kepada anda akan adanya bahaya jika mobil itu bisa bertabrakan dengan anda. Fungsi inilah yang kemudian dinamakan ego.

Namun jangan salah, semua fungsi di atas tidak berdiri sendiri, melainkan saling terkait. Contoh kasusnya adalah ketika anda berjumpa seorang teman lama di suatu tempat. Saat berjumpa, maka fungsi memori akan langsung mengakses data yang anda simpan tentang teman anda tersebut dari mulai nama, perjumpaan terakhir dengan teman tersebut, sifat, perilaku dan lain sebagainya. Apalagi jika anda pernah sakit hati dengan teman anda tersebut. Maka fungsi otak memori akan menyampaikan pesan kepada fungsi pusat kendali tubuh untuk menarik memori emosional tersebut menjadi perintah kimiawi yang menghasilkan respon kinetik, berupa jantung berdebar keras yang mengakibatkan aliran darah menjadi semakin cepat, dan membuat suhu tubuh memanas. Itulah yang kemudian dinamakan marah atau jengkel ketika anda kembali melihat teman tersebut. Jika teman tersebut dahulu senang berhutang tanpa membayar, maka selanjutnya pikiran analitis akan berjalan. Anda akan menganalisa kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi saat anda bertemu kembali dengan teman anda. Inilah yang memproduksi rasa takut dan khawatir. Lalu munculah kalimat di pikiran anda, "Jangan jangan dia mau pinjam duit lagi..". 

Kalimat itu adalah hasil dari analisa yang berfungsi mengantisipasi apa yang akan terjadi. Maka ketika emosi tercipta, anda kemudian juga akan mengaktifkan fungsi analitis yang menimbang apa yang harus anda lakukan ketika anda bertemu dengan orang tersebut. Dan yang istimewa, semua fungsi tersebut akan berjalan simultan saling terkait selama sepersekian detik saja.

Namun jangan salah, semua fungsi tersebut sebenarnya hanya berguna bagi tubuh manusia untuk bertahan hidup di planet Bumi, sekaligus membangun peradaban maju seperti sekarang. Namu ketika fungsi itu tidak kita gunakan pada tempatnya, fungsi fungsi terutama pikiran tadi akan menghabiskan energi anda. Mengapa?Karena konsumsi energi yang digunakan otak sangat besar. Saat tidur saja, otak akan mengonsumsi 25% dari seluruh energi yang dimiliki tubuh, apalagi jika saat fungsi fungsi tersebut digunakan. Akibatnya energi anda akan habis. Ketika energi habis, maka fungsi fungsi tubuh lain seperti anti body, regenerasi sel, dan lain lain akan kekurangan energi. Akibatnya anda akan mudah jatuh sakit. 

Hidup sederhana seperti yang dikatakan teman saya di atas, adalah bagaimana kita menjalani kehidupan dengan cara menggunakan fungsi otak yang berhubungan dengan pikiran, hanya pada saat di butuhkan saja. Anda memiliki opsi atau pilihan untuk tidak menggunakan fungsi fungsi di atas. Fungsi pikiran tetap ada, namun tidak selalu anda gunakan. Ini juga jangan disalah artikan dengan 'tidak mau mikir atau tidak punya pikiran'. Apa yang saya bahas adalah cara untuk menggunakan pikiran pada saatnya. Dengan sadar anda tahu kapan harus berpikir dan kapan anda menetralisir pikiran anda.

Caranya : berlatih meditasi, lalu berlatih mengenali pikiran, dan akhirnya menetralisir fungsi pikiran. Ketika saya melakukan hal itu, saya menjumpai  ketenangan dan kesederhanaan yang luar biasa dalam kehidupan. Jadi bagi saya tidak ada yang namanya iblis pembisik yang ingin menjerumuskan kita ke neraka. Semua murni kinerja pikiran kita.



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Setiap orang sedang bermain sendiri sendiri dengan 'kendaraannya' masing-masing yang bernama tubuh manusia. Hidup kita masing-masing adalah untuk diri kita masing masing. Apa yang kita jalani adalah takdir kita masing masing  Tidak ada misi bersama-sama. Semua misi kehidupan adalah personal. Tidak ada kaitan dengan orang lain atau mahluk lain. Sehingga setiap jengkal kehidupan kita masing-masing dan apa yang kita lakukan, seharusnya tidak memiliki urusan dengan orang lain.

Namun kita kebetulan berada di tempat yang sama : planet Bumi yang sempit dan serba terbatas. Namun semua tersedia dengan 'cukup' untuk memenuhi kebutuhan agar tetap hidup. Jika setiap mahluk mengambil porsinya masing masing sesuai kebutuhan, harusnya tidak ada masalah. Namun sayang, hanya manusia yang terlalu khawatir jika dirinya tidak kebagian segala hal yang menjadi kebutuhan hidupnya. Hanya manusia. Satwa dan tumbuhan selalu mengambil porsi secukupnya. Tidak ada yang terlalu kenyang, sehingga tidak ada yang kelaparan karena kehabisan makanan. Namun semua menjadi berbeda ketika senjata utama manusia, yakni otak besarnya dibanding senjata mahluk lain, mengkreasikan mode bertahan hidup berlebihan yang disebut ego. Ego adalah senjata utama manusia untuk bertahan hidup, sekaligus kendaraan tempur untuk menjajah mahluk lain dan sesama manusia. Ketika masing-masing manusia memiliki ego yang berlebihan, maka ia tidak lagi hidup secukupnya. Porsi yang tadinya cukup untuk hidup bersama pun ingin dikuasainya sendiri, untuk melawan ketakutannya akan sesuatu, yang ia ciptakan dalam pikirannya : masa depan.

Lalu manusiapun lupa bahwa hidupnya adalah kodrat pribadinya  Ia hanya diminta untuk hidup, mengambil kebutuhan yang disediakan secukupnya karena ia harus berbagi dengan mahluk dan manusia lain, lalu mati. "Saya tidak punya urusan dengan hidupmu, karena hidupmu adalah sebuah urusan personal dirimu. Namun karena kita berada di tempat yang sama, maka mari kita berbagi, agar tugas kita hidup menjadi sama sama lancar sampai giliran kita mati". Seharusnya begitu.

Namun ego yang berlebihan membuat manusia menjadi serakah dan ingin saling mengalahkan. Otak yang harusnya hanya ia gunakan untuk senjata ketika bertahan hidup, ia gunakan untuk menambah kesenangannya. Lalu muncul lah peradaban manusia dimana manusia bekerja sama demi ego agar ia menjadi lebih senang, agar manusia bisa mengalokasikan energi yang lebih sedikit untuk bekerja atau bergerak, dan menjamin ketakutannya tidak terjadi. Lalu terciptalah teknologi.

Namun ternyata hal itu tidak pernah menjadi solusi bagi ketakutan, yang lagi lagi menjadi senjata alamiah tubuh manusia yang lemah untuk bisa bertahan hidup di planet Bumi. Semakin banyak ia berpikir, maka ketakutan manusia semakin besar. Apapun yang ia temui, pikirannya menganalisa. Otak pun digunakan sepanjang waktu, tidak lagi ketika ia dalam kondisi terancam dan bertahan hidup. Namun otak manusia tidak seperti gading gajah atau cakar harimau yang tidak perlu energi besar untuk menggunakan dan merawatnya. Otak manusia adalah konsumer energi terbesar dari tubuh manusia. Ketika tidur saja, 25℅ energi manusia dialokasikan ke otak, apalagi ketika otak terus menerus digunakan. Akibatnya tubuh manusia kekurangan energi. Sistem sistem kekebalan tubuh, sistem pencernaan, sistem peredaran darah pun bekerja dengan energi yang tak memadai. Akibatnya kinerjanya menjadi minimal, dan satu persatu organ tubuh manusia menjadi rusak. Lalu banyak manusia mati cepat, saat ketakutan akan masa depannya belum juga terjadi.

Kehidupan, selalu lebih sederhana dari analisa pikiran manusia yang begitu rumit. Semua sebenarnya netral karena hidup masing masing mahluk adalah untuk dirinya sendiri. Ketika manusia menempatkan kembali otak yang berpikir pada kodrat awal dan porsinya, maka pikiran manusia akan menjadi sistem yang berguna bagi kemajuan kehidupan bersama-sama di planet Bumi yang sempit. Namun ketika otak dan pikiran digunakan sepanjang waktu, akibatnya setiap individu akan selalu berpikir bahwa segala sesuatu yang ia temui adalah sebuah ancaman. Apalagi manusia kemudian menciptakan sistem sistem sosial dari mulai derajad, pangkat, materi, pendidikan, hingga agama yang membuat pikiran terus menganggap segala ssesuatu adalah pesaing dan ancaman. Bahkan hanya karena berpapasan di jalan dan saling bertatap mata pun, membuat manusia berada dalam analisa analisa yang hanya ada di pikirannya. Lalu muncul pikiran "orang itu ingin mengajak berkelahi" atau jika yang saling bertatap mata pria dan wanita, maka yang muncul adalah "orang ini cantik sekali dan menyukai saya..". Dan selanjutnya beragam kejadian terjadi mengikutinya  : berkelahi di jalan, atau jatuh cinta dan berumah tangga. Semua adalah pilihan tindakan yang dipilih satu individu hasil dari analisa pikirannya. Padahal awalnya sederhana, saling bertatap mata yang bisa jadi sengaja atau tidak sengaja. Hidup dalam satu tempat yang sama lumrah saling bertatap mata, karena itulah tugas mata : menangkap segala hal di depan tubuh manusia. Yang ribet adalah otak yang menganalisa tatapan mata menjadi beragam pertimbangan yang hanya ada di kepala manusia, dan menentukan apa tindakan berikutnya. Salah satu analisanya adalah ancaman terhadap eksistensi identitasnya yang semu. 

Namun bagi mereka yang telah terbangun dari habit over thinking, akan melihat manusia lain yang masih terus tertidur dalam ketidaktahuan, dengan cara berbeda. Mereka yang tidak tahu seperti anak anak kecil nakal yang hanya ingin bermain. Ketika bermain mereka mungkin mencubit, menendang, melempar, atau memaki kita. Namun apapun yang dilakukan anak anak adalah ketidaktahuan. Tidak ada amarah, karena manusia manusia yang telah terbangun dalam kesadaran tahu, mereka hanya anak-anak nakal yang ingin bermain..



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...