Manusia terlahir sendiri. Alam semesta memberinya pinjaman berupa tubuh dengan segala kecanggihannya. Memori pikirannya masih kosong, hanya data bawaan pabrik yang tersimpan di DNA dan lingkup energi tubuhnya. Apakah data bawaan pabrik itu?Data itu adalah berisi cetak biru tubuh leluhur yang ditransfer melalui rahim ibu dan DNA bapak. Namun terdapat pula residu residu emosi leluhur yang telah berubah menjadi energi. Biasanya emosi itu dilepaskan leluhur dengan energi yang luar biasa besar. Contoh kebencian pada ketinggian, kebencian pada gelap, atau rasa cinta luar biasa pada sesuatu atau bahkan kecintaan terhadap Tuhan. Lalu dimana letak karma?Ada orang yang bilang, kita hidup untuk menggenapi karma leluhur. Lalu menggenapi karma yang mana?Apakah kita menanggung dosa leluhur?
Dalam hukum alam semesta, tidak ada yang disebut menanggung dosa atau karma orang lain atau orang tua. Kita hanya terimbas dari karma orang tua. Misalnya orang tua kita seorang yang selalu membenci sesuatu, maka jejak energi kebencian itu mengendap berupa energi di DNA kita. Lalu hidup kitapun terimbas perilaku orang tua kita terhadap orang lain. Ada orang lain yang membenci orang tua kita karena perilakunya.Imbas kebencian itupun sampai ke kita. Tugas kita yang pertama adalah "melawan" DNA kebencian di tubuh kita dahulu, dan menetralisirnya. Setelah kita mentralisir, otomatis perilaku kitapun berbeda dari orang tua kita, termasuk ketika berhadapan dengan orang yang membenci orang tua kita. Akibatnya vibrasi kita pun sampai kepada orang tersebut. Jika orang tersebut mengubah pandangannya terhadap kita, maka itulah yang sebenarnya disebut orang sebagai membayar karma leluhur. Padahal sebenarnya yang kita lakukan bukan untuk membayar karma leluhur, melainkan kita memutus rantai karma dari leluhur di DNA kita, dan menanam karma kebaikan untuk diri kita sendiri.
Ingat, karma bukanlah dosa pahala, atau balas membalas. Tidak ada karma baik atau buruk. Semua hanyalah hukum semesta sebab akibat saja. Jika anda membuat karma buruk maka akan menarik hal hal buruk. Jika anda menbuat karma baik, maka akan menarik hal-hal baik. Baik buruk pun tergantung dari pikiran kita sendiri. Karma berlaku di kehidupan kita di planet bumi. Setelah kematian semua menjadi netral, dan karma anda akan menurun ke DNA anak anda. Bahkan tradisi Jawa sebenarnya tidak mengenal istilah karma. Jawa hanya mengenal istilah "Ngundhuh wohing pakerti" atau memanen buah dari perilaku kita..
Saya tidak paham jika ada orang yang mengaku di masa lalu, dia adalah patih Gajah Mada, atau Jenderal Sudirman, atau Bung Karno, atau siapalah. Bagi saya semua adalah permainan pikiran saja. Namun ketika ada manusia yang bisa berkomunikasi jarak jauh, melihat hal hal ghaib dan lain lain, tak lain semua adalah potensi tubuh manusia yang telah terbuka. Ketika anda memahami gerak dan esensi semesta, maka anda akan paham. Itulah mengapa seorang yang mencapai pencerahan tertinggi pasti sakti, namun seseorang yang sakti belum tentu tercerahkan. Jadi saya tidak pernah percaya seseorang yang bilang ia dulunya adakah prabu Hayam Wuruk lah, Sunan Kalijaga lah, atau siapapun itu. Lucunya semua yang mengaku tersebut selalu yang diakui adalah tokoh tokoh besar. Jarang ada yang mengaku saya adalah dulunya petani biasa, tidak hebat, bahkan miskin. Semua hanyalah halusinasi pikirannya saja.
Yang dinamakan titisan adalah seperti yang saya jelaskan di atas. Jika anda memiliki darah keturunan patih Gadjah Mada, berarti ada kemungkinan ada 0,000100 persen DNA Gadjah Mada di tubuh anda. Namun bukan berarti dulunya anda adalah patih Gadjah Mada. Semakin jauh jarak leluhur, maka prosentase DNA nya pun semakin kecil karena semakin tidak aktif. Ini menjawab mengapa mereka yang mengaku dirinya habib atau keturunan Nabi Muhammad SAW ada yang baik ada yang jahat. Mungkin benar ada DNA beliau ditubuhnya, namun berapa persen. Berapa jauh jaraknya dengan nabi?Sudah melewati berapa generasi dan berapa campuran DNA yang berbeda-beda?Perilaku seseorang paling dominan berasal dari DNA leluhur terdekat, lingkungan, dan terutama apa yang ia pelajari. Bukan dari DNA leluhur ribuan tahun silam.
Namun yang paling lucu adalah orang yang menyamakan orang tersebut dengan DNA utamanya dan percaya bahwa sifat sifat DNA utamanya yakni Nabi Muhammad SAW turun penuh ke orang tersebut yang berimbas pada bagaimana orang tersebut harus dihargai.
Ingat seseorang dihargai adalah dari perilakunya, bukan darah keturunannya...