Ada dua realitas, yakni realitas semu dan realitas sejati. Realitas semu sendiri juga ada dua, yakni realitas materi dan realitas pikiran.
Realitas materi adalah keberadaan materi yang ada di alam semesta. Sementara realitas pikiran adalah realitas yang dihasilkan oleh pikiran. Mengapa keduanya dinamakan realitas semu? Karena keduanya memang benar benar bukan realitas sebenarnya. Materi adalah bentukan dari hukum-hukum semesta seperti energi, getaran dan frekuensi yang memadat dan seolah membentuk materi. Jika materi ini kita selidiki, maka pada titik tertentu, tidak ada satupun materi yang solid. Semuanya adalah hasil bentukan dari materi halus yang tak bisa kita capai dengan panca indera. Materi adalah kumpulan dari elemen elemen pembentuknya. Demikian pula dengan realitas pikiran. Realitas ini hanya dibentuk oleh kinerja pikiran dan memori kita.
Jika anda bingung, cobalah ambil sebuah gelas. Pandanglah gelas itu, maka anda akan melihat bentuk materi yang seolah olah nyata. Namun jika kita belah belah lagi, gelas itu sendiri hanyalah sebutan dari bentuk yang anda lihat. Bentuk gelas itupun merupakan bentukan dari materi materi seperti kaca, warna, dan materi pembentuk-pembentuknya. Jika ditelusuri lagi, kaca juga merupakan bentukan dari materi materi yang lebih kecil. Ketika anda terus menyelidiki lebih dalam, anda akan menemukan ketiadaan dari bentuk gelas itu. Setelah bentuk gelas anda pandangi, selanjutnya tutup mata anda. Apakah bentuk gelas itu masih ada?Secara materi bentuknya tidak ada, namun bentuk itu berubah menjadi bayangan bentuk materi yang anda lihat tadi. Bentuk itu ada di pikiran anda, memori anda. Gelas itu ada di pikiran anda, namun gelas itupun sebenarnya tidak ada.
Itulah mengapa keduanya dinamakan realitas semu. Bentuknya ada dan bisa anda temukan dengan panca indera dan pikiran anda. Namun bentuk itu sebenarnya tidak pernah ada ketika kita menyelami makna sebenarnya dari materi dan pikiran yang dinamakan gelas. Demikianlah kehidupan anda. Apa yang anda alami saat ini adalah realitas semu. Anda seperti melihat sebuah set panggung sandiwara. Di panggung sandiwara anda bisa melihat set panggung berbentuk kamar, taman, ruang tamu dan sebagainya. Namun itu bukan kamar, taman, atau ruang tamu sebenarnya, karena hanya dibangun untuk mendukung cerita drama yang dipentaskan. Kamar, taman, ruang tamu yang sebenarnya bukan itu. Namun apakah kamar, ruang tamu, atau taman itu tidak ada?Tidak! Semua ada. Semua realitas, namun bukan realitas sebenarnya atau realitas yang sejati. Namun apakah kita menolak realitas semu?Tidak! Realitas itu kita perlukan untuk kehidupan kita. Namun anda harus terus terjaga dalam kesadaran untuk mengetahui bahwa semuanya sebenarnya hanyalah set panggung yang tidak nyata...
Namun rata rata manusia tidak tahu jika mereka telah tergilas oleh realitas semu. Pikiran manusia ibarat smartphone multitasking. Sekali pencet bisa menggunakan dua aplikasi, yakni panca indera dan pikiran. Namun karena layarnya cuma satu, otomatis anda harus bergantian mengaktifkan kedua aplikasi tersebut. Coba anda berkendara di jalan raya. Anda akan mengaktifkan aplikasi panca indera untuk melihat kondisi jalanan. Namun kadang tanpa sadar, anda mensplit aplikasi panca indera ke aplikasi pikiran yang merealisasikan kondisi kantor anda tadi atau masalah di rumah anda yang akan anda temui nanti sepulang dari bekerja. Aplikasi yang anda aktifkan itulah yang akan mewujud menjadi realitas semu.