Bukankah yang membuatmu kebingungan dengan kehidupan ini adalah karena pikiranmu sendiri yang terus mengajakmu bergerak?
Hingga saat diam-mu di penghujung malam pun, ia terus saja
memaksamu bergerak dari posisi duduk heningmu. Pikiran tidak akan membiarkanmu
berlama lama diam. Jadi percayalah, kamu melakukan hal sia sia ketika
memerintahkan pikiranmu untuk diam, karena pikiran bekerja otomatis sesuai
sistem tubuh manusiamu yang telah berevolusi selama ribuan tahun.
Jadi sambutlah ketika ia datang, namun tolak ketika ia mengajakmu
pergi dari keheningan dan kesendirian. Banyak manusia yang mentasbihkan dirinya
memiliki ilmu agama tinggi, namun tidak paham sama sekali mengenai kinerja
pikiran. Mereka berpikir keruwetan hidup, emosi, dan stress disebabkan oleh
faktor luar dan orang lain. Padahal kamu bisa diam, walau egomu terus
memberontak untuk membuatmu menjadi yang paling hebat, paling dikagumi, paling
pandai, paling kaya, paling berkuasa. Hanya satu bahasa ego....yakni
"ter"....Aku terhebat, tercantik, terbaik, terkaya, tersuci,
terpandai, memiliki ilmu tertinggi, dan ter-ter lainnya. Amati saja seolah
pikiran, emosi, dan ego adalah tamu di rumahmu. Persilakan ia masuk ke pintu
rumahmu dan minta ia duduk diam. Ketika ia mengajakmu pergi, sadari saja dan
tolaklah dengan cinta kasih, karena pikiran, emosi, dan ego adalah keluargamu
juga.
Pikiran akan selalu datang ketika kamu melihat, mendengar,
mencium, meraba, dan merasa sesuatu. Ia adalah perangkat tubuhmu, yang
memberikan beragam analisis untuk kebaikanmu agar kamu selamat dan tetap hidup
di planet indah ini. Ia adalah seorang patih Sengkuni buat Duryudana. Ia adalah
sang Prabu Bathara Kresna untuk para Pandawa. Penasehat ulung yang selalu
menguntungkan dirimu. Tugasnya adalah sebagai penimbang, analis, sekaligus
penasehat bagi setiap manusia. Ia lah yang membedakanmu dengan satwa dan
tumbuh-tumbuhan sehingga kamu tidak hanya memiliki insting seperti mereka,
namun juga pilihan yang menentukan nasib dan kemana kamu akan melangkah dalam
hidup.
Sayangnya banyak manusia yang menyepelekan pikiran dan tidak
mengetahui bahwa pikiran adalah iblismu. Iblis adalah malaikat yang
menggerakkan ego serta emosimu yang membuat kamu memakan buah khuldi atau apel
kehidupan. Buah yang membuatmu nyaman dan lupa diri, bahwa kenikmatan di
hidupmu adalah semu. Ia akan kamu tinggalkan ketika tubuhmu tidak lagi kuat dan
berfungsi membuatmu berjalan di atas tanah planet Bumi. Iblis tidak selamanya jahat karena ia juga
malaikatmu. Begitulah manusia yang dikisahkan sebagai mahluk yang bisa menjelma
menjadi iblis yang penuh api, atau malaikat yang bercahaya.
Pikiran adalah sumber dari keterpisahanmu dengan frekuensi
alam semesta, dan kesejatian dirimu. Ia ibarat sebilah pisau yang jika
digunakan dengan baik, akan sangat berguna. Namun ia juga sekaligus menjadi
senjata pembunuh yang mematikan. Maka diperlukan kebijaksanaan untuk
menggunakannya "hanya" saat kamu memerlukannya.
Pikiran juga lah yang menciptakan duniamu, dan dunia orang
lain. Demikian juga pikiran orang lain lah yang menciptakan dunianya dan
duniamu. Begitulah ketika setiap manusia saling menjadi pengamat atas dirinya
sendiri dan kehidupan. Tanpa ada pikiranmu yang memiliki frekuensi pembentuk
materi, mustahil dunia yang saling bersilangan ini akan terbentuk. Dan akan
selalu ada mahluk yang berpikir, karena ketika semua mahluk tidak lagi
berpikir, maka alam semesta ini akan lenyap menjadi keheningan tanpa bentuk.
Dengan adanya pikiran, maka terbentuklah frekuensi-frekuensi yang tervibrasi
dan kemudian menjadikan semua materi terbentuk.
Tanpa pikiran, tidak akan ada dualitas, tidak akan ada
keindahan semesta, tidak akan ada matahari yang bersinar lembut di pagi hari.
Dia yang menjelma dalam setiap tubuh-tubuh manusia dan semua
mahluk, menggunakan pikiran tubuh untuk menciptakan masing-masing cerita bagi
setiap individu sekaligus menciptakan habitat bagi individu tersebut. Yang
perlu kamu lakukan adalah rawat pikiranmu dan gunakan dengan kebijaksanaan yang
diajarkan para leluhur. Percayalah, bijaksana berada di atas level benar dan
salah, karena benar dan salah adalah dualitas dan produk pikiranmu semata.
Sementara kebijaksanaan adalah Dia yang merupakan sejatinya dirimu. Pikiran
adalah kecerdasan tubuh manusiamu yang memberimu tugas berat di alam semesta,
menjadi pencipta, pemelihara sekaligus pelebur bagi duniamu..