Ketakutan seperti badai yang datang, namun seperti juga badai, ia pasti akan berlalu. Masalahnya adalah bagaimana ketika kita berada di tengah badai?
Ketakutan selalu disebabkan oleh analisa-analisa pikiran akan masa depan. Sebagai perangkat tubuh untuk bertahan hidup, pikiran selalu menganalisis-menganalisa data yang didapat oleh tubuh di saat ini, lalu menganalisis dterkait keterhubungan dengan masa depan. Jika hasilnya dirasa mengancam dan membahayakan kenyamanan tubuh, maka otak akan memproduksi alarm yang kemudian diberi nama rasa takut.
Analogi rasa takut dan mengapa kita tidak perlu menguasai rasa takut sebenarnya sederhana. Ibarat sebuah alarm kebakaran yang berbunyi karena sensor menangkap asap rokok tanpa ada kebakaran, maka alarm yang bising tersebut lantas kita matikan. Jika tidak maka akan terjadi gangguan yang memekakkan telinga. Sama dengan ketakutan. Ketakutan yang muncul adalah alarm palsu. Karena apa yang kita takutkan sebenarnya tidak ada karena belum terjadi. Namun manusia selalu memandang seolah-olah apa yang ditakutkan itu nyata.
Mengatasi ketakutan ini mudah-gampang susah. Caranya adalah dengan menyadari hidup saat ini, dan berhentilah dari aktifitas apapun. Jangan menganalisis data apapun yang ditangkap panca indera. Fokuslah pada pernafasan, rasakan benar-benar keluar masuknya udara di pernafasan. Apa yang terjadi ketika Anda mempraktekkan ini?. Silakan corat coret di kolom komentar..