Percayakah kamu jika tidak semua yang dianggap negatif itu buruk?
Ketika orang mencibirmu karena terkena PHK walau itu kamu minta jauh jauh hari, orang lain tidak tahu jika kamu sedang asyik menyibukkan diri dengan kesenanganmu yang tertunda selama 23 tahun karena kamu bekerja dalam rutinitas.
Dengan kesadaran penuh, saya sependapat dengan Ajahn Brahm, jika gaji adalah sogokan agar kamu mau melakukan pekerjaan yang sebenarnya tidak kamu sukai. Gaji adalah takaran orang lain yang menghakimi keringat dan kemampuanmu dalam bentuk nominal. Banyak orang yang bekerja agar mendapatkan gaji di akhir bulan, atau uang pensiun ketika sudah usai masa produktif. Buat apa? Buat menambal ketakutan atau kekhawatiran akan masa depan yang dianggap tidak pasti. Padahal hukum alam yang dibuat Tuhan selalu pasti. Ada hukum sebab akibat yang memastikan apa yang kamu tanam pasti kamu panen. Artinya selama formulanya diikuti, maka tanam, rawat dengan tekun, tanpa terikat pada hasil, sudah dipastikan panen kamu akan melimpah. Tinggal kamu percaya atau tidak?
Banyak yang mengaku percaya dengan Tuhan, tapi pada giliran masa depan, tidak mempercayai hukum-hukum Nya. Bagi kebanyakan orang, masa depan harus diperjuangkan supaya tidak kelaparan di kemudian hari. Benar, semua harus diperjuangkan, termasuk bekerja adalah bentuk usaha. Namun yang banyak dilakukan orang orang adalah menggadaikan kebahagian dan kebebasan hidupnya untuk bekerja dengan harapan mendapat imbalan gaji atau pensiun. Mereka lalu terjebak pada aturan aturan yang ditandatangani dalam kontrak yang mengharuskan mereka harus menaati ini itu, aturan perusahaan yang dibuat untuk kebaikan perusahaan, bukan pribadi. Lalu apakah bekerja untuk mendapatkan gaji salah? Tidak. Yang salah adalah menggadaikan hidup, waktu, kesenangan, kebahagiaan, dan kedamaian atas nama profesionalitas. Semua orang punya keinginan memiliki uang banyak. Namun semakin tinggi keinginan yang kamu kejar, pengorbananmu juga semakin besar. Begitulah hukum keseimbangan alam.
Ada orang-orang yang memilih untuk hidup sederhana, namun damai dan bahagia. Sederhana di sini dalam artian menerima apapun yang diberikan kehidupan. Keinginan tetap ada, namun tidak lagi dikejar. Usaha yang terbaik, namun tidak mengharuskan hasilnya. Banyak-banyak menyadari bahwa apa yang ada sudah cukup. Jika diberi bersyukur, jika tidak pun tidak perlu dikejar. Bukan menyerah dan pasrah ya... beda. Menerima itu seperti berperahu mengikuti arus mengalir. Sesekali mendayung hanya agar perahu kita tidak menabrak batu karang. Tidak perlu melawan arus, karena lama-lama akan melelahkan.
Menanam bagi saya memberikan kesenangan, sekaligus belajar bagaimana proses alami berlangsung. Tidak ada yang memaksa buah tomat untuk tumbuh. Ketika semua komponennya terpenuhi, maka hukum alam sifatnya pasti. Semua akan baik-baik saja sesuai aturan. Aturan yang tidak dipaksakan untuk ditandatangani.
Percayalah, semua akan baik-baik saja..