Results for Ekspresi

Jalan pulang-Mu sangat berliku ternyata..

Rindu kepada-Mu begitu mahal..

Bukan Engkau yang menilai, karena Kau tak pernah menilai..

Setidaknya itulah yang kulalui..


Lautan-Mu begitu dalam

Sedangkan langit-Mu begitu luas untuk ku melangkah..

Bilik pemisah-Mu sangat tipis,

namun begitu tebal untuk kuhancurkan..


Lalu aku harus bagaimana menurut-Mu?

Apakah jalanku sudah seperti mau-Mu?

Berikan aku setidaknya sedikit jawaban-Mu..

Agar aku sedikit tahu..


Maafkan keluhanku..

Kau pasti tertawa..

Aku sedang menyerah kepada ketakutanku..

Tertawalah sepuas-Mu...aku benar-benar tidak tahu!




Wahyu Juniawan Februari 04, 2024
Read more ...

Aku tahu kita akan menua bersama..

Melewati kehidupan ini dengan berani..

Merasakan segala kepedihan kehidupan dengan tertawa

dan menganugerahkan kebahagiaan kepada diri kita sendiri...


Aku tahu waktu adalah sebuah imajinasi...

namun sebuah kebersamaan bukanlah mimpi..

Ia disatukan oleh cinta sejati..

dengan energi yang tak bisa dimusnahkan oleh mati...


Aku tahu ini bukan cinta yang mengikat..

Bukan cinta yang dipahami oleh sebagian besar manusia..

Cinta bukan ikatan melainkan rasa, 

yang bisa digapai tanpa ego yang fana...


Bukan..ini bukan cinta yang seperti itu..

Bukan cinta yang memiliki...

Bukan cinta yang berubah oleh fisik..

Bukan cinta yang dibatasi oleh waktu...


Aku tahu, ini cinta yang tak memiliki dan dimiliki...

Cinta yang menggenapi sebuah kesempurnaan..

Cinta yang tak dibatasi oleh ruang dan waktu...

Cinta yang tak terdeskripsikan....


Cinta yang hanya bisa digapai oleh rasa tanpa ego...

Cinta yang sempurna tanpa harus disempurnakan...

Bukan cinta yang berakhir ketika fisik menghilang...

Cinta yang telah ada tanpa kata....


Aku tahu, kita akan menua bersama

dengan cinta yang telah kita temukan...

bukan cinta yang kita ciptakan karena kebersamaan...

Karena cinta kita adalah cinta yang belajar...


Kerena dari awal kita tak pernah terpisah...

dan tak akan berakhir karena keterpisahan...

Karena keterpisahan itu sendiri tidak pernah ada..

Cinta akan menemukan jalan menuju dirinya sendiri...


Aku ingin duduk di bangku sepi ini bersamamu..

Menikmati hari tua dan semesta tanpa kata...

Tak perlu mengingat segala kepedihan dan perjuangan..

Hanya kita di sini dan sekarang....


Aku ingin duduk di bangku sepi ini bersamamu,,,

Menikmati purnanya tugas kita di kehidupan saat ini..

Menghayati sang senja yang dulu selalu kita lupakan...

Menjalani hening tanpa kata...


Hanya kita, senja, dan keheningan...

Aku tahu kita akan menua bersama....

Tidak ada lagi ambisi yang kita sebut sebagai mimpi...

Tidak ada lagi ego yang kita sebut sebagai perjuangan...


Aku hanya ingin duduk di sini bersamamu...

Berselimut cinta yang telah kita temukan...

Walau wajah cantikmu tiada lagi..

Namun bukan itu yang ingin aku nikmati...


Aku ingin menikmati perjalananku bersamamu..

Menemukan makna kehidupan dan pertemuan kita..

Menularkannya kepada si kecil yang telah menggantikan kita..

Agar mereka juga menemukan cinta, seperti kita saat ini..


Lalu apa yang akan terjadi esok?

Aku tak peduli lagi...

Karena kita bukan lagi aku dan kamu..

Kita adalah sebuah penyatuan dan peleburan..


Aku tahu kita akan menua bersama..

Melewati senja dan waktu yang tiada..

dan suatu hari kita akan pulang ke rumah...

melebur di antara bintang bintang...


Kita akan menjadi bintang dan langit malam

Menari seperti kupu-kupu dan bunga...

Terbang bersama mengikuti angin...

karena kita telah bertemu dan saling menemukan...



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Engkau yang menguasai hidup dan mati, mohon kasihilah mereka yang hari ini berpulang kepada Mu..

Mohon terangilah jalan mereka dengan cahaya Mu, karena hanya Engkau lah penguasa terang dan gelap...

Semoga, mereka telah tunai dalam memenuhi tugas yang Kau berikan dalam kehidupan ini...Tak ada lagi sakit, tak ada lagi penderitaan, tak ada lagi kepedihan..

Jikapun ada kehidupan lain, semoga Kau lahirkan mereka kembali dalam kemakmuran, kesejahteraan, kesenangan, derajad yang lebih tinggi,  kebahagiaan, kedamaian, dan cahaya welas asih..

Namun jika tak ada kehidupan lain setelah ini, ijinkan mereka pulang dalam kesunyian batin dan pikiran, kerelaan, serta peleburan dengan Mu yang Maha Suci..

Kami adalah mahluk-mahluk dalam penantian kematian..

Walau banyak dari kami yang tak lagi tahu dan tertidur dalam jebakan pikiran serta ego..

Namun ijinkan mereka yang hidup dalam kegelapan untuk membuka diri kepada welas asih dan kebijaksanaan...

Bagi kami yang masih terus memelihara cahaya, ijinkan kami menjadi pembias bagi terangnya cahaya Mu supaya batin kami terus terjaga dalam petualangan kehidupan yang masih harus kami lalui..

Semoga mereka yang tak lagi memiliki kesempatan melihat matahari terbit esok pagi, dapat pulang dengan bahagia. Dalam kembali melebur denganmu yang penuh kasih. Semoga tugas yang Kau embankan kepada mereka telah tunai dijalankan, sehingga mereka bisa beristirahat dalam kedamaian abadi. 

Engkau yang Maha Sunyi...kami pun selalu rindu untuk kembali, di tengah tugas kehidupan kami yang belum selesai..

Kami adalah mahluk-mahluk dalam penantian kematian, walau banyak yang telah ingkar dan lupa..



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Seorang murid mengatakan kepada gurunya jika ia memutuskan untuk menyendiri dan bermeditasi di sebuah pulau terpencil di tengah lautan. Ia ingin fokus untuk secepat mungkin mengalami pencerahan dan merealisasikan sunyata. Sang guru pun mengijinkan muridnya untuk mewujudkan keinginannya. Jadilah sang murid bermeditasi di tengah kesunyian di sebuah pulau yang tidak dihuni satupun manusia. Secara berkala sang guru menyuruh seorang murid lain untuk mengantarkan makanan dan kebutuhan sang murid di pulau tersebut.

Tak terasa empat tahun telah berlalu. Suatu hari si murid bahagia bukan kepalang karena telah mendapatkan pencerahan dan berhasil merealisasikan sunyata. Betapa gembiranya ia. Dan ketika murid utusan gurunya datang membawa bahan makanan, murid tercerahkan itupun menitipkan pesan kepada gurunya akan pencapaiannya memperoleh pencerahan dan telah merealisasi sunyata. Pesan itupun disampaikan kepada sang guru. Dan sang guru kemudian mengirimkan pesan balasan dalam secarik kertas kepada si murid. Alangkah senangnya si murid menerima pesan balasan sang guru. Ia membayangkan gurunya tersenyum bahagia dan senang dengan pencapaian dirinya. Namun ketika membuka pesan balasan sang guru, ia hanya menemukan sebuah kata, "Goblok!". Alangkah terkejut dan kecewanya sang murid menerima pesan sang guru. Ia pun berpikir mungkin karena sudah tua, guru kurang paham dalam menerima pesannya. Ia pun kembali menitipkan pesan yang sama kepada gurunya melalui murid yang membawa makanan. Pesan balasan kedua datang dari gurunya melalui secarik kertas. Ketika dibuka, lagi lagi isinya, "Goblok!". Ia pun mulai heran dengan balasan gurunya dan menitipkan pesan ketiga kepada gurunya. Lagi lagi jawaban yang didapatnya adalah secarik kertas dengan tulisan, "Goblok!". 

Naik pitamlah si murid mendapati tiga pesan gurunya. "Dasar guru bodoh. Tidakkah ia paham betapa besar pencapaiannya selama bermeditasi dengan kekhusyukan selama empat tahun ini? Mengapa guru justru meremehkannya?". Dengan amarah, ia pun bergegas menyeberang laut menuju daratan dan menemui gurunya sendiri serta mengklarifikasi pesan balasan dari gurunya. 

Ketika di depan gurunya, sang murid marah dan membanting tiga kertas balasan berisi kata "Goblok" di depan sang guru.

Sang guru terkekeh dan berkata, "Benar bukan apa yang aku bilang?Goblok adalah satu kalimat yang menggambarkan dirimu saat ini. Kamu berkata telah mencapai pencerahan dan merealisasi sunyata, namun pencerahanmu dan sunyatamu dikalahkan hanya dengan satu kata " Goblok". Dan lebih gobloknya lagi, kamu memilih meninggalkan meditasi serta kesunyianmu dan buru-buru menyeberang lautan hanya untuk sebuah kata 'Goblok'...."

Menyesal-lah sang murid. Ternyata ia masih jauh dari pencerahan apalagi merealisasi sunyata....



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Ada seorang perompak yang bermimpi suatu hari bisa berhenti menjadi perompak dan hidup dengan baik. Namun hari demi hari ia justru terus merompak dan tidak berusaha mewujudkan mimpinya. Lalu seorang bijak bertanya, "Mengapa kamu justru berhenti berusaha mewujudkan mimpimu untuk berhenti merompak dan menjadi orang baik?"

Sang perompak berkata, "Kalau aku berusaha dan  berhasil mewujudkan mimpiku menjadi orang baik, setelah itu apa yang aku lakukan setelah mimpiku terwujud? Haruskan aku memimpikan hal lainnya?Ketika aku berhasil menciptakan mimpiku menjadi orang baik, pikiranku akan menciptakan mimpi selanjutnya untuk menjadi orang suci. Mungkin setelah menjadi orang suci, aku akan bermimpi menjadi Dewa. Dan aku tidak akan pernah berhenti bermimpi. Mimpi akan selalu tumbuh seperti biji kenikir yang jatuh ke tanah dan menumbuhkan kenikir baru. Lalu kapan aku "hidup" jika aku selalu bermimpi?Lebih baik aku hidup dengan apa diriku sekarang dan berhenti bermimpi. Jika suatu hari alam semesta menghendakiku berhenti merompak dan kemudian menjadi orang baik, maka biarkan itu terjadi apa adanya.Tidak perlu aku memimpikannya".



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

 Menjelang memasuki lautan, sungai kembali mengingat setiap jengkal perjalanannya. Ia lahir di indahnya pegunungan, mengalir melalui hutan belantara yang sunyi dan penuh kebahagiaan, melintasi kota yang penuh sampah, lalu tibalah ia di sebuah muara.


Di depannya terbentang lautan luas. Rasa takut pun muncul dan membuatnya bimbang. Ia harus meninggalkan semuanya dan tak mungkin kembali.
Namun begitulah sifat aliran air yang telah ditetapkan kepadanya. Sungai kemudian tahu bagaimana ketakutan ini akan hilang. Ini bukan bagaimana ia lenyap ke lautan, namun bagaimana ia lebur menjadi lautan..."



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...
Aku rindu
Dengan keheningan batin
Dengan keheningan pikiran
Dengan keheningan kehidupan

Aku rindu
Pada hari yang sunyi
pada waktu yang berhenti
pada hidup yang hanya bergulir

Mengapa aku menulis tentang rindu?
Karena pikiranku memiliki rindu
Namun ketika aku tahu, rindu itu tidak ada..
Hanya ada aku dan pikiranku



Wahyu Juniawan Februari 17, 2023
Read more ...
Pagi gerimis di akhir musim hujan.
Aku menghayatinya, bukan mencoba.
Kemanapun aku berlari dan bersembunyi,
Kehidupan harus tetap dijalani..

Namun pikiran ini terus mengejarku..
Seolah-olah aku terjebak dalam sebuah perangkap..
Dan ketika para capung itu mengingatkanku..
Aku telah larut terlalu jauh..

Kesunyian, dimanakah kamu...
Begitu sulitnya menggapaimu..
Betapa beratnya menjalani..
Walau aku tahu itu adalah pikiranku sendiri..





Wahyu Juniawan Februari 14, 2023
Read more ...
Rasanya aku tak ingin beranjak dari keheningan batinku..
Aku ingin berlama-lama denganmu, 
dan menjauh dari kehidupan yang berisik dan semu..
Hanya diam dalam rinduku akan pelukanmu..

Seperti Bima yang tak ingin berpisah dari Dewa Ruci..
Menyatu dalam samudera sunyi ketika senja beranjak hadir..
Aku tak ingin apa-apa lagi..
Aku hanya ingin berlama-lama di sini..

Dengan lembut dan perlahan kau menuntunku kembali..
Lalu aku melihat para Rsi melantunkan mantra suci..
Indahnya lambaian gaun para sufi berkontemplasi..
Dan gemulai gerak para penari bermeditasi..

Kedamaian tak kan tersentuh tanpa perjalanan ke dalam diri...
Cinta terlalu indah untuk dipahami..
Keheningan begitu lembut untuk dihayati..
Kehidupan terlalu sederhana untuk dimaknai..

Ijinkan aku yang rindu untuk selalu kembali..
Duduk diam menepi di sini
Walau kau selalu menyertaiku tanpa aku sadari
Maafkan aku yang selama ini lupa dan membuatmu menungguku 
dalam lautan cinta yang sunyi...









Wahyu Juniawan Desember 16, 2022
Read more ...

Seorang guru bijak ditanya oleh para murid di sesi pengajaran malam,

"Apa yang harus dilakukan untuk mencapai sunyata atau realitas sejati dan benar-benar benar mengenali diri kita yang sejati?"

Sang guru diam tanpa kata.

Para murid bingung mengapa sang guru tidak menjawab pertanyaan tersebut.

"Guru..apa jawabannya?"Tanya para murid.

"Bukankah aku sudah menjawab?"Kata sang guru.

Para murid kebingungan, karena sang guru belum menjawab apa-apa.

"Kamu terlalu banyak bertanya...diamlah...."

Akhirnya para murid paham dan tidak lagi bertanya...



Wahyu Juniawan Desember 13, 2022
Read more ...

Pagi itu, Wajah Seruni begitu cemberut. Ia terlihat jengkel dengan sesuatu. Danang Aji melihatnya dan bertanya,
"Mengapa wajahmu berlipat-lipat seperti baju belum diseterika begitu Seruni?"tanya Danang Aji sembari tersenyum.

Dikatakan begitu, Seruni bertambah cemberut.
"Hari ini aku dapat tugas dari guru, harus membersihkan seluruh kamar mandi karena kabarnya akan ada rombongan tamu dari luar kota menginap di padepokan. Harusnya jadwal yang bertugas membersihkan kamar mandi adalah Mahesa. Tapi katanya Mahesa sakit, jadi aku disuruh guru untuk menggantikan tugasnya membersihkan kamar mandi-kamar mandi yang akan digunakan para tamu. Padahal aku sudah punya janji dengan Kenari akan ke taman, mengulang ajaran tadi malam. Dasar guru! kan masih banyak murid yang lain selain aku yang bisa menggantikan Mahesa. Kenapa harus aku yang membersihkan kamar mandi?Bisa seharian aku membersihkan 10 kamar mandi!

Melihat Seruni marah-marah, Danang Aji tersenyum.
"Seruni..tahukah kamu, apa yang memberatkan pekerjaanmu?Yang membuat pekerjaanmu berat bukanlah membersihkan kamar mandinya, namun pikiranmu sendiri. Kamu terus berpikir dan mengomel, tidak mau menerima, dan memilih untuk terus menerus marah. Jika kamu sekarang memulai pekerjaanmu tanpa berpikir, semua akan mudah. Banyak orang yang merasa hidupnya berat. Namun sesungguhnya yang berat bukan hidupnya, namun ketika orang itu terus berpikir tentang beratnya hidup. Hidup hanya dijalani tanpa berpikir. Berpikirlah ketika kamu butuh kecerdasan pikiranmu, selebihnya berhenti berpikir dan mulailah bekerja..."

Lalu sekitar jam 12 siang, semua pekerjaan Seruni selesai lebih cepat dari perkirannya semula. Ia pun menemui Danang Aji yang sedang menyapu halaman samping padepokan.
"Benar mas...ternyata pekerjaanku tidak seberat yang aku kira. Ternyata yang membuat pekerjaanku berat adalah aku terus menerus berpikir dan tidak mau menerima. Setelah aku kerjakan tanpa berpikir dan ngomel, pekerjaanku lebih cepat selesai dari perkiraanku. Sekarang aku bisa menemui Kenari...."

Danang Aji tersenyum melihat Seruni berlari-lari kecil menjauh dari dirinya, untuk menemui Kenari di taman...



Wahyu Juniawan Desember 11, 2022
Read more ...

"Apa yang dilakukan untuk mencapai realisasi sunyata atau realitas sejati yang sebenar-benarnya?" Tanya Seruni kepada Danang Aji yang sedang duduk di teras, sembari menyeruput kopi panas buatan Seruni.


"Mempertajam rasa...."Kata Danang aji.

"Rasa yang seperti apa?Aku belum paham..." Tanya Seruni penasaran.

"Salah kaprah yang terjadi di kalangan kita adalah menyamakan rasa dengan emosi. Rasa berbeda dengan emosi. Rasa itu merasakan realitas, tidak hanya dengan panca indera, namun kesatuan dirimu. Rasa itu sadar, sadar itu merasakan. Contoh ketika aku menyeruput kopi ini, aku merasakan rasa pahit di lidahku. Namun aku juga merasakan tekstur air, serbuk kopi, masuknya air ke tenggorokanku, sampai bagaimana air melalui ususku sehingga perutku menjadi hangat. Itu lah rasa...bukan senang, sedih, kecewa, dan lain-lain. Senang, sedih, kecewa dan lain-lain itu emosi, bukan rasa. Rasa itu sangat halus dan sulit dijelaskan, hanya bisa dirasakan..."Kata Danang Aji.

"Lalu mengapa rasa menjadi penting dan menjadi jalan menuju keheningan sejati?"Tanya Seruni.

"Manusia banyak yang lupa kepada rasa, karena sibuknya pikiran. Untuk merasakan rasa, manusia harus mengendapkan pikiran. Mengendapkan, bukan menghilangkan karena selama hidup, pikiran selalu ada. Ketika pikiranmu mengendap, kamu bisa merasakan halusnya rasa. Dari mulai gerak organ tubuhmu, dinginnya tanah yang kau pijak, hangatnya matahari pagi ini, atau halusnya angin yang menerpa tubuhmu. Namun jika rasa mu semakin tajam, kamu akan bisa merasakan gerak yang lebih halus, seperti detak jantungmu, kembang kempisnya paru parumu, gerak oksigen yang kau hirup, getaran sayap lebah di pohon itu, atau gerakan pohon yang seperti diam itu. Jika rasamu lebih tajam lagi, kamu akan bisa merasakan gerak molekul tubuhmu, hingga gerak energi yang tak terdeteksi oleh panca inderamu yang terbatas. Jika rasamu semakin peka, kamu akan merasakan inti dari alam semesta. Itulah mengapa guru-guru bijak Jawa jaman dahulu menekankan pentingnya mengasah rasa. Karena rasa adalah gerbang menuju realitas sejati yang tak terjamah panca indera akibat sibuknya pikiran, sehingga rasa menjadi tumpul...."Kata Danang Aji

"Kamu tidak akan paham kecuali melatih rasamu sendiri. Segala macam yoga, meditasi, dan ibadah sejatinya adalah melatih rasa...."





Wahyu Juniawan November 27, 2022
Read more ...

 Ketika hujan lebat di malam hari seperti ini, saya selalu ingat doa guru saya yang selalu dilantunkan saat hujan lebat turun di malam hari.

Terima kasih atas berkah hujan-Mu yang menghidupi...

Semoga mahluk-mahluk yang tidak memiliki atap untuk berteduh, diberi kehangatan hati dalam cuaca yang dingin...

Semoga semua yang harus tetap bekerja menghidupi keluarga, diberikan kelapangan rejeki dan cinta kasih..

Semoga semua yang sakit, diberikan kesembuhan..

Semoga semua yang mengalami kesedihan dan kehilangan dapat diberikan kelapangan batin untuk menerima segala macam perubahan...

Semoga mereka yang memiliki niat jahat, diberikan cahaya, seperti kilat yang menerangi kegelapan...

Semoga mereka yang harus meninggalkan raga dan kehidupan dunia, diberikan kedamaian dan kebahagiaan hakiki...

Semoga bayi-bayi yang lahir ke bumi, menjadi benih kehidupan yang menghidupi dan mengayomi..

Semoga semua mahluk berbahagia tanpa kecuali....



Wahyu Juniawan November 23, 2022
Read more ...

"Seruni, jawab pertanyaanku dengan jujur, siapa orang yang paling penting buatmu?" Tanya Danang Aji.

"Ya kamu to mas...." Jawab Seruni manja.

"Hmmmmm...."gumam Danang Aji sambil tersenyum.

"Kok ekspresinya gitu mas?Emang buatmu siapa orang yang paling penting?Pasti bukan aku..."Kata Seruni dengan cemberut.

Sebelum Seruni tambah jengkel, Danang Aji buru-buru menjelaskan apa maksud responnya kepada Seruni.

"Orang yang paling penting buatku adalah orang yang sedang bersamaku saat ini...."

Seruni tersenyum senang.

"Karena saat ini kamu yang bersamaku, maka kamu adalah orang yang paling penting buatku. Tapi nanti saat aku bertemu orang lain, maka orang lain yang di hadapanku saat itulah orang yang paling penting buatku..." Kata Danang Aji.

"Lho kok gitu....berarti kamu tidak konsisten dong?" Sahut Seruni kembali jengkel.

"Ini bukan masalah konsisten atau tidak konsisten. Bukankah waktu yang kita miliki hanya saat ini saja?Jika saat ini, kamu adalah orang satu-satunya yang ada di hadapanku, maka kamu adalah orang paling penting buatku. Karena kamu orang paling penting, maka aku akan memperlakukanmu seperti orang penting. Ketika nanti dihadapanku ada orang lain, maka orang lain itulah yang menjadi orang paling penting buatku dan akan aku perlakukan mereka laiknya orang penting. Tidak hanya manusia, apapun baik hewan, tumbuhan atau benda yang sedang bersama kita saat ini adalah yang paling penting, sehingga aku juga akan memperlakukan mereka seperti hal yang paling penting. Lihat Sadana si penjual kain, ketika ia berjualan di pasar. Ia selalu memperlakukan orang yang ada dihadapannya sebagai orang yang paling penting. Maka ketika orang itu adalah pembeli, ia akan memperlakukan pembeli itu sebagai orang penting. Itulah mengapa dagangannya selalu laku. Namun ketika di hadapannya ada seorang pengemis, maka ia juga memperlakukan pengemis itu sebagai orang penting..."

Seruni manggut-manggut berusaha untuk memahami apa yang dikatakan Danang Aji.

"Coba kau lihat sekarang Seruni..Banyak orang yang tidak menganggap penting apa atau siapa yang ada di hadapannya. Ketika kamu berbicara dengan temanmu, reaksi rata-rata yang kamu dapatkan adalah temanmu justru sibuk bermain handphone. Banyak orang yang ketika diajak bicara, justru sibuk melakukan hal-hal lainnya. Ada pula yang pura pura mendengarkan kita bicara, namun batinnya sebenarnya tidak menganggap apa yang kau bicarakan sebagai hal yang penting buatnya. Banyak dari kita yang tidak menganggap penting siapa yang ada di hadapan kita saat ini. Ia malah menganggap lebih penting orang-orang yang tidak ada dihadapannya saat ini. Padahal hidup yang kita miliki hanya saat ini. Bisa jadi ini adalah pertemuan terakhir kita dengan mereka yang saat ini ada di hadapan kita.."Kata Danang Aji.

"Ketika kamu selalu menganggap siapapun atau apapun yang ada dihadapanmu saat ini sebagai orang penting, maka dimanapun dan kapanpun kamu akan menghargai semuanya. Dalam tradisi Jepang hal itu disebut Ichigo Ichie. Mereka yang masih memegang tradisi itu, selalu menyeduhkan teh hangat kepada siapapun yang ada di hadapannya, karena menganggap setiap momen saat ini selalu harus dirayakan dengan minum teh. Mengapa?Karena mereka menganggap setiap momen hanya terjadi sekali saja, tidak akan berulang. Semua akan berubah. Bisa jadi itu jadi momen terakhir pertemuan dengan orang di hadapannya. Maka ketika kamu menghargai segala sesuatu yang terjadi saat ini, dan menganggap penting segala sesuatu yang ada di hadapanmu, itu berarti kamu sedang merayakan momen saat ini dimana kamu masih hidup dan masih bisa bertemu dengan orang-orang yang ada di hadapanmu...." Lanjut Danang Aji.



Wahyu Juniawan November 19, 2022
Read more ...

"Apa yang dilakukan untuk mencapai realisasi sunyata atau realitas sejati yang sebenar-benarnya?" Tanya Seruni kepada Danang Aji yang sedang duduk di teras, sembari menyeruput kopi panas buatan Seruni.

"Mempertajam rasa...."Kata Danang aji.

"Rasa yang seperti apa?Aku belum paham..." Tanya Seruni penasaran.

"Salah kaprah yang terjadi di kalangan kita adalah menyamakan rasa dengan emosi. Rasa berbeda dengan emosi. Rasa itu merasakan realitas, tidak hanya dengan panca indera, namun kesatuan dirimu. Rasa itu sadar, sadar itu merasakan. Contoh ketika aku menyeruput kopi ini, aku merasakan rasa pahit di lidahku. Namun aku juga merasakan tekstur air, serbuk kopi, masuknya air ke tenggorokanku, sampai bagaimana air melalui ususku sehingga perutku menjadi hangat. Itu lah rasa...bukan senang, sedih, kecewa, dan lain-lain. Senang, sedih, kecewa dan lain-lain itu emosi, bukan rasa. Rasa itu sangat halus dan sulit dijelaskan, hanya bisa dirasakan..."Kata Danang Aji.

"Lalu mengapa rasa menjadi penting dan menjadi jalan menuju keheningan sejati?"Tanya Seruni.

"Manusia banyak yang lupa kepada rasa, karena sibuknya pikiran. Untuk merasakan rasa, manusia harus mengendapkan pikiran. Mengendapkan, bukan menghilangkan karena selama hidup, pikiran selalu ada. Ketika pikiranmu mengendap, kamu bisa merasakan halusnya rasa. Dari mulai gerak organ tubuhmu, dinginnya tanah yang kau pijak, hangatnya matahari pagi ini, atau halusnya angin yang menerpa tubuhmu. Namun jika rasa mu semakin tajam, kamu akan bisa merasakan gerak yang lebih halus, seperti detak jantungmu, kembang kempisnya paru parumu, gerak oksigen yang kau hirup, getaran sayap lebah di pohon itu, atau gerakan pohon yang seperti diam itu. Jika rasamu lebih tajam lagi, kamu akan bisa merasakan gerak molekul tubuhmu, hingga gerak energi yang tak terdeteksi oleh panca inderamu yang terbatas. Jika rasamu semakin peka, kamu akan merasakan inti dari alam semesta. Itulah mengapa guru-guru bijak Jawa jaman dahulu menekankan pentingnya mengasah rasa. Karena rasa adalah gerbang menuju realitas sejati yang tak terjamah panca indera akibat sibuknya pikiran, sehingga rasa menjadi tumpul...."Kata Danang Aji

"Kamu tidak akan paham kecuali melatih rasamu sendiri. Segala macam yoga, meditasi, dan ibadah sejatinya adalah melatih rasa...."



Wahyu Juniawan November 18, 2022
Read more ...

Tidak ada satupun yang perlu dimaafkan dari kesalahan-kesalahan yang kau buat..

Bagi-Ku, kalian adalah anak-anak-Ku yang sedang berlatih untuk berjalan. Pelan-pelan melangkahkan kaki, lalu terjatuh, dan bangkit kembali hingga kalian bisa berjalan dengan baik...

Begitulah Aku melihat kalian. Apakah seorang anak menyesal belajar berjalan hanya karena ia terjatuh?Tidak.

Ia akan terus bangkit dan mencobanya lagi.

Lalu siapa yang perlu dimaafkan ketika kalian terjatuh, saat sedang belajar berjalan?Tidak ada....

Apakah ketika aku tidak mengulurkan tangan-Ku untuk membantumu berdiri, berarti aku tidak mencintaimu?Tidak.

Jika Aku anggap kamu masih bisa bangkit, aku akan membiarkanmu bangkit sendiri, agar kamu bisa mengerti dan belajar. Namun ketika Aku melihatmu kesulitan untuk bangkit, Aku pasti akan mengulurkan tangan-Ku dan membantumu bangkit.

Ketika kamu marah kepada-Ku, oleh sebab kamu menghakimi-Ku yang kau anggap meninggalkanmu, aku tetap mamandangmu dengan cinta.

Ketahuilah, aku tidak pernah meninggalkanmu.

Aku selalu ada dan memperhatikanmu belajar berjalan. Kemarahanmu kepada-Ku tidak akan melunturkan cinta-Ku kepadamu..

Semua adalah pilihanmu, apakah akan marah dan membenci-Ku atau mencintai-Ku. Apapun itu, aku tetap mencintaimu..

Lihat anak-Ku...hidup seperti taman bermain untukmu..

Tempat kalian bersenang-senang dan bermain dengan bahagia.

Di sinilah rumahmu, tempat kalian akan selalu Aku peluk dengan cinta...Tidak peduli apakah kamu pulang dengan wajah marah dan pakaian kotor, atau dengan wajah bahagia, semua sama saja bagi-Ku. Aku tidak akan memarahimu hanya karena kamu pulang dari bermain dengan pakaian kotor dan amarah.

Ketahuilah anak-Ku, kesalahan bukan aib bagimu. Semua adalah proses untukmu belajar memahami sejatinya kehidupan.

Jadi, saat ini dan di sinilah rumahmu...

Maka belajarlah dengan baik, agar kau segera bisa berjalan.

Namun Aku juga tidak ingin terburu-buru untuk memaksamu bisa berjalan. Aku akan selalu bersabar menanti waktu itu tiba, ketika kalian bisa berjalan dengan baik...

Alam semesta ini seperti rumah yang memiliki kamar-kamar. Saat kamu bermain di halaman belakang, aku sedang melihatmu dari jendela kamar dengan segala cinta yang tak akan kau pahami, kecuali kalian menjadi Aku..

Kamu tidak bisa melihat-Ku, namun Aku selalu bisa melihatmu..

Kamu tidak pernah kemana-mana anak-Ku...

Kamu selalu ada di rumah..

Ketika senja mulai tiba, dan waktu bermainmu telah selesai, Aku akan memanggilmu masuk ke rumah, memandikanmu yang penuh kotoran, dan menyambutmu dengan makanan hangat yang kau sukai.

Dan ketika malam semakin larut, Aku akan memelukmu hingga kau tertidur pulas setelah seharian lelah bermain..

Tidurlah dengan bahagia, karena besok kau akan kembali bermain dan memainkan permainan yang berbeda...




Wahyu Juniawan November 15, 2022
Read more ...

Sore itu jelang matahari terbenam, seiring kepak sayap burung-burung putih yang terbang pulang ke sarang di dusun sebelah, aku berjalan di tepi pematang sawah yang sedang hijau-hijaunya.

Langit semburat merah, melukis hangat sore itu. Beberapa kumbang yang hinggap di daun pepohonan, diam tak bergerak seakan bermeditasi menyambut sore yang memerah.

Indah sekali..
namun pikiranku terlalu sibuk untuk mencari tempat dimana aku harus mengabadikan momen menakjubkan itu. Begitu sibuknya aku mengabadikan keajaiban alam itu dengan kamera ponsel yang sengaja aku bawa dari rumah. Tiba-tiba, seekor burung putih hinggap di dahan pohon tak jauh dari tempatku berdiri. Burung itu diam terpaku seolah mematung menatap senja merah. Terbias warna jingga di bulu putihnya.

Lalu tiba tiba aku diam, dan bertanya kepada diriku sendiri, 
"Apa yang sedang kau lakukan?Memotret keindahan senja, sementara keindahan itu terbentang di hadapanmu?"
"Apakah senja ingin kau nikmati dari sebuah foto di media sosial?"
"Atau ingin kau nikmati sekarang?"

Lalu aku melihat kumbang kecil dan burung putih itu masih terdiam, seolah merayakan keindahan yang sedang terjadi. Kemudian kumasukkan ponsel ke dalam tas kecilku, dan duduk di satu tempat agak lapang di pinggir sawah. Akupun duduk bermeditasi, membuka mataku dan menikmati senja merah dalam keheningan pikiran.
Hanya menikmati saja....

Waktu terasa berhenti saat itu, ketika aku melihat matahari pelan-pelan terbenam di cakrawala barat. Aku sadar, banyak sekali keajaiban sederhana yang aku lewatkan dalam kehidupanku. Mungkin tidak hanya aku..banyak orang orang di luar sana yang sibuk mengabadikan keindahan, namun lupa menikmatinya saat itu juga. Lalu dengan bangga mereka memamerkannya di media sosial seolah olah apa yang ada di foto itu nyata.

Ternyata menikmati realitas itu lebih indah. Ada rasa membuncah yang tak bisa dijelaskan dibanding hanya memotret dan melihat hasilnya dalam sebuah foto. Ada sebuah penyerahan diri terhadap kehidupan...
Senja sore itu pasti berbeda dengan senja hari berikutnya.
Kita hanya bisa menikmatinya sekali dalam hidup, karena hari esok sudah berbeda dengan hari ini.
Maka kuteruskan duduk diam hingga senja benar benar pergi...

"Gusti...matur sembah nuwun......."




Wahyu Juniawan November 15, 2022
Read more ...