Ada dua realitas, yakni realitas semu dan realitas sejati. Realitas semu sendiri juga ada dua, yakni realitas materi dan realitas pikiran.

Realitas materi adalah keberadaan materi yang ada di alam semesta. Sementara realitas pikiran adalah realitas yang dihasilkan oleh pikiran. Mengapa keduanya dinamakan realitas semu? Karena keduanya memang benar benar bukan realitas sebenarnya. Materi adalah bentukan dari hukum-hukum semesta seperti energi, getaran dan frekuensi yang memadat dan seolah membentuk materi. Jika materi ini kita selidiki, maka pada titik tertentu, tidak ada satupun materi yang solid. Semuanya adalah hasil bentukan dari materi halus yang tak bisa kita capai dengan panca indera. Materi adalah kumpulan dari elemen elemen pembentuknya. Demikian pula dengan realitas pikiran. Realitas ini hanya dibentuk oleh kinerja pikiran dan memori kita. 

Jika anda bingung, cobalah ambil sebuah gelas. Pandanglah gelas itu, maka anda akan melihat bentuk materi yang seolah olah nyata. Namun jika kita belah belah lagi, gelas itu sendiri hanyalah sebutan dari bentuk yang anda lihat. Bentuk gelas itupun merupakan bentukan dari materi materi seperti kaca, warna, dan materi pembentuk-pembentuknya. Jika ditelusuri lagi, kaca juga merupakan bentukan dari materi materi yang lebih kecil. Ketika anda terus menyelidiki lebih dalam, anda akan menemukan ketiadaan dari bentuk gelas itu. Setelah bentuk gelas anda pandangi, selanjutnya tutup mata anda. Apakah bentuk gelas itu masih ada?Secara materi bentuknya tidak ada, namun bentuk itu berubah menjadi bayangan bentuk materi yang anda lihat tadi. Bentuk itu ada di pikiran anda, memori anda. Gelas itu ada di pikiran anda, namun gelas itupun sebenarnya tidak ada. 

Itulah mengapa keduanya dinamakan realitas semu. Bentuknya ada dan bisa anda temukan dengan panca indera dan pikiran anda. Namun bentuk itu sebenarnya tidak pernah ada ketika kita menyelami makna sebenarnya dari materi dan pikiran yang dinamakan gelas. Demikianlah kehidupan anda. Apa yang anda alami saat ini adalah realitas semu. Anda seperti melihat sebuah set panggung sandiwara. Di panggung sandiwara anda bisa melihat set panggung berbentuk kamar, taman, ruang tamu dan sebagainya. Namun itu bukan kamar, taman, atau ruang tamu sebenarnya, karena hanya dibangun untuk mendukung cerita drama yang dipentaskan. Kamar, taman, ruang tamu yang sebenarnya bukan itu. Namun apakah kamar, ruang tamu, atau taman itu tidak ada?Tidak! Semua ada. Semua realitas, namun bukan realitas sebenarnya atau realitas yang sejati. Namun apakah kita menolak realitas semu?Tidak! Realitas itu kita perlukan untuk kehidupan kita. Namun anda harus terus terjaga dalam kesadaran untuk mengetahui bahwa semuanya sebenarnya hanyalah set panggung yang tidak nyata...

Namun rata rata manusia tidak tahu jika mereka telah tergilas oleh realitas semu. Pikiran manusia ibarat smartphone multitasking. Sekali pencet bisa menggunakan dua aplikasi, yakni panca indera dan pikiran. Namun karena layarnya cuma satu, otomatis anda harus bergantian mengaktifkan kedua aplikasi tersebut. Coba anda berkendara di jalan raya. Anda akan mengaktifkan aplikasi panca indera untuk melihat kondisi jalanan. Namun kadang tanpa sadar, anda mensplit aplikasi panca indera ke aplikasi pikiran yang merealisasikan kondisi kantor anda tadi atau masalah di rumah anda yang akan anda temui nanti sepulang dari bekerja. Aplikasi yang anda aktifkan itulah yang akan mewujud menjadi realitas semu.



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Seorang murid mengatakan kepada gurunya jika ia memutuskan untuk menyendiri dan bermeditasi di sebuah pulau terpencil di tengah lautan. Ia ingin fokus untuk secepat mungkin mengalami pencerahan dan merealisasikan sunyata. Sang guru pun mengijinkan muridnya untuk mewujudkan keinginannya. Jadilah sang murid bermeditasi di tengah kesunyian di sebuah pulau yang tidak dihuni satupun manusia. Secara berkala sang guru menyuruh seorang murid lain untuk mengantarkan makanan dan kebutuhan sang murid di pulau tersebut.

Tak terasa empat tahun telah berlalu. Suatu hari si murid bahagia bukan kepalang karena telah mendapatkan pencerahan dan berhasil merealisasikan sunyata. Betapa gembiranya ia. Dan ketika murid utusan gurunya datang membawa bahan makanan, murid tercerahkan itupun menitipkan pesan kepada gurunya akan pencapaiannya memperoleh pencerahan dan telah merealisasi sunyata. Pesan itupun disampaikan kepada sang guru. Dan sang guru kemudian mengirimkan pesan balasan dalam secarik kertas kepada si murid. Alangkah senangnya si murid menerima pesan balasan sang guru. Ia membayangkan gurunya tersenyum bahagia dan senang dengan pencapaian dirinya. Namun ketika membuka pesan balasan sang guru, ia hanya menemukan sebuah kata, "Goblok!". Alangkah terkejut dan kecewanya sang murid menerima pesan sang guru. Ia pun berpikir mungkin karena sudah tua, guru kurang paham dalam menerima pesannya. Ia pun kembali menitipkan pesan yang sama kepada gurunya melalui murid yang membawa makanan. Pesan balasan kedua datang dari gurunya melalui secarik kertas. Ketika dibuka, lagi lagi isinya, "Goblok!". Ia pun mulai heran dengan balasan gurunya dan menitipkan pesan ketiga kepada gurunya. Lagi lagi jawaban yang didapatnya adalah secarik kertas dengan tulisan, "Goblok!". 

Naik pitamlah si murid mendapati tiga pesan gurunya. "Dasar guru bodoh. Tidakkah ia paham betapa besar pencapaiannya selama bermeditasi dengan kekhusyukan selama empat tahun ini? Mengapa guru justru meremehkannya?". Dengan amarah, ia pun bergegas menyeberang laut menuju daratan dan menemui gurunya sendiri serta mengklarifikasi pesan balasan dari gurunya. 

Ketika di depan gurunya, sang murid marah dan membanting tiga kertas balasan berisi kata "Goblok" di depan sang guru.

Sang guru terkekeh dan berkata, "Benar bukan apa yang aku bilang?Goblok adalah satu kalimat yang menggambarkan dirimu saat ini. Kamu berkata telah mencapai pencerahan dan merealisasi sunyata, namun pencerahanmu dan sunyatamu dikalahkan hanya dengan satu kata " Goblok". Dan lebih gobloknya lagi, kamu memilih meninggalkan meditasi serta kesunyianmu dan buru-buru menyeberang lautan hanya untuk sebuah kata 'Goblok'...."

Menyesal-lah sang murid. Ternyata ia masih jauh dari pencerahan apalagi merealisasi sunyata....



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Saya pernah bertemu dan berbincang dengan seorang teman yang memilih jalan hidup sebagai samanera atau calon Bikkhu. Pada sebuah sesi saya bertanya, "Dulu pernah ada patung Buddha di daerah Sumatera Utara yang dihancurkan karena tuntutan oknum yang menyebut dirinya laskar anu. Lalu mengapa orang Buddha menuruti saja dan menghancurkan patung tersebut?Apa takut karena umat Buddha adalah minoritas?"

Sahabat saya tersenyum. Patung itu dirobohkan bukan karena rasa takut. Namun itu hanyalah patung. Bukan Buddha yang sebenarnya. Itu hanya simbol saja. Segala sesuatu yang masih bisa rusak, hancur, terbakar, tenggelam, atau bahkan mati bukanlah Buddha. Jika karena merobohkan patung itu membuat orang lain berbahagia karena bisa beribadah menurut kepercayaannya, maka tidak apa apa kan dirobohkan?" 

Lain hari...

Sebuah gereja Katolik bernama Santa Ludwina yang berada tak jauh dari rumah saya, diserang oleh seorang fanatis radikal. Seorang pastor yang sedang memimpin ibadah dibacok oleh si fanatis.Tak hanya itu, teroris tunggal yang biasa disebut "lonesome wolf" itu juga merusak patung Yesus yang ada di altar gereja dengan parang yang dia gunakan untuk membacok Pastor. Untung sang Pastor selamat dan si penyerang ditangkap ramai ramai oleh umat yang masih bertahan di gereja. Ketika liputan peristiwa memilukan sekaligus memalukan itu selesai, saya pun mulai santai dan ngopi bersama dengan tetangga saya yang kebetulan menjadi pengurus gereja. Tiba tiba ia tertawa terbahak-bahak. Saya heran dan bertanya, "Lha kok tiba tiba tertawa. Apa yang lucu?". 

Setelah selesai terbahak ia bercerita.

"Teroris tunggal tadi setelah melukai Pastor, ia langsung lari menuju patung Yesus yang ada di altar. Ia membacokkan parangnya dan merusak patung yang terbuat dari keramik tersebut. Ia bangga sekali telah merusak 'Tuhan kami'.

"Lalu apa yang lucu?" tanya saya heran.

Karena yang ia rusak adalah patung Yesus. Setelah mengira misinya berhasil dengan merusak 'Tuhan kami', iapun tertangkap dan dipukuli oleh umat yang emosi. Namun untung dia diselamatkan oleh salah seorang umat yang melihat orang itu sudah tidak berdaya. Jika ia tahu, paling lama seminggu patung yang baru bisa kami beli dan tempatkan di tempat yang sama, mungkin teroris itu pingsan!" Kata teman saya sambil tertawa. Saya pun terpingkal mendengar ceritanya. Dan benar, bahkan hanya 3 hari kemudian patung yang baru dan lebih bagus pun sudah terpasang di altar gereja.

Saya jadi teringat ketika suatu hari liputan ke kantor pusat PB NU di Kramat Raya Jakarta. Saat itu kami bertemu seorang kyai besar yang sangat saya hormati. Dalam satu sesi setelah selesai wawancara dan bercerita ngalor ngidul, beliau berkata, "Kitab suci itu kan hanya buku. Ketika kitab itu dibakar, apakah isinya lenyap bersama abu?Besok pagi kamu beli yang baru, isinya masih sama. Jadi yang terbakar itu bukan kitabnya, melainkan egomu yang sedang membakar dirimu. Hal itu sama dengan mereka yang membakar kitab suci. Yang mereka bakar bukanlah kitab, namun ego lah yang sedang membakar dirinya. Kedua pihak baik yang membakar dan merasa dibakar, tidak mengenal kebijaksanaan karena dua duanya sedang terbakar..."



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Seorang teman lama yang baru saja bertemu dengan saya, menceritakan kisah hidupnya yang rumit dan penuh masalah. Ia sekarang sedang belajar meditasi di sebuah biara. Ketika saya bertanya mengapa ia meninggalkan kehidupan gemerlap dan memilih di jalan sunyi. Ia menjawab dengan singkat..: "Aku ingin menyederhanakan hidup. Karena hidup yang sederhana akan jauh dari masalah.."

Lalu seperti apakah hidup yang sederhana itu?Dari pengalaman hidup yang saya jalani, hidup sederhana bukan lantas anda menjadi malas, pasif, atau menghindari segala hal karena takut bertemu masalah. Hidup yang sederhana adalah hidup normal apa adanya. Yang dimaksud sederhana adalah sederhananya pikiran kita. Mayoritas manusia di planet Bumi menganggap hidupnya rumit. Padahal bukan hidup yang rumit, melainkan pikiran kitalah yang rumit. Pikiran adalah hasil kinerja dari otak manusia.

Dalam penyelidikan saya terhadap diri saya sendiri, fungsi otak ada 2 :

1. Pusat komando tubuh

2. Pusat data dan analisa (pikiran)

Otak sebagai pusat komando tubuh adalah fungsi otak yang menjadi pusat kendali timbal balik dari semua blok atau bagian organ tubuh. Sementara fungsi otak juga sekaligus sebagai pusat data dan analisa (pikiran). Disini fungsi otak manusia adalah 

1. Sebagai memori atau penyimpan data. Kapasitas besaran data dan durasi penyimpanan data dipengaruhi berdasarkan tingkat emosi seseorang ketika data itu dibuat.Contoh anda pernah kehilangan orang yang anda cintai. Semakin anda sedih, maka kapasitas data yang anda simpan akan semakin besar. Tentu hal ini juga akan memakan energi yang sangat besar untuk media penyimpanannya. Semakin besar emosi yang anda masukkan, maka durasi penyimpanannya juga akan semakin lama. Itulah mengapa banyak manusia stress dan menjadi sakit akibat trauma atau terintimidasi oleh peristiwa kesedihan di masa lalu. Namun sebaliknya, semakin kecil emosi yang menyertai sebuah peristiwa yang anda alami, maka kapasitas penyimpanannya pun akan semakin kecil, yang otomatis juga tidak memakan banyak energi saat memori itu disimpan. Memori seperti ini biasanya adalah peristiwa peristiwa kecil dalam hidup anda, yang tidak lagi anda ingat. Selain itu, memori juga terkait dengan identitas segala sesuatu yang anda simpan sebagai data pengetahuan, contoh adalah identitas seseorang yang anda kenal dari mulai nama hingga sifat dan perbuatan yang dilakukan orang tersebut. 

2. Lalu fungsi kedua adalah fungsi analitis.

Fungsi ini membuat pikiran sebagai benteng perlindungan dari bahaya dan sekaligus pengolah data untuk menganalisa respon terhadap lingkungan luar. Jika memori lebih cenderung menganalisa masa lalu, maka fungsi analitis lebih cenderung terkait dengan masa depan. Misal saat berkendara, anda melihat ada mobil di sisi yang berseberangan dengan jalur anda, berjalan terlalu ke tengah jalan. Maka fungsi analitis dalam sekian detik akan mengatakan kepada anda akan adanya bahaya jika mobil itu bisa bertabrakan dengan anda. Fungsi inilah yang kemudian dinamakan ego.

Namun jangan salah, semua fungsi di atas tidak berdiri sendiri, melainkan saling terkait. Contoh kasusnya adalah ketika anda berjumpa seorang teman lama di suatu tempat. Saat berjumpa, maka fungsi memori akan langsung mengakses data yang anda simpan tentang teman anda tersebut dari mulai nama, perjumpaan terakhir dengan teman tersebut, sifat, perilaku dan lain sebagainya. Apalagi jika anda pernah sakit hati dengan teman anda tersebut. Maka fungsi otak memori akan menyampaikan pesan kepada fungsi pusat kendali tubuh untuk menarik memori emosional tersebut menjadi perintah kimiawi yang menghasilkan respon kinetik, berupa jantung berdebar keras yang mengakibatkan aliran darah menjadi semakin cepat, dan membuat suhu tubuh memanas. Itulah yang kemudian dinamakan marah atau jengkel ketika anda kembali melihat teman tersebut. Jika teman tersebut dahulu senang berhutang tanpa membayar, maka selanjutnya pikiran analitis akan berjalan. Anda akan menganalisa kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi saat anda bertemu kembali dengan teman anda. Inilah yang memproduksi rasa takut dan khawatir. Lalu munculah kalimat di pikiran anda, "Jangan jangan dia mau pinjam duit lagi..". 

Kalimat itu adalah hasil dari analisa yang berfungsi mengantisipasi apa yang akan terjadi. Maka ketika emosi tercipta, anda kemudian juga akan mengaktifkan fungsi analitis yang menimbang apa yang harus anda lakukan ketika anda bertemu dengan orang tersebut. Dan yang istimewa, semua fungsi tersebut akan berjalan simultan saling terkait selama sepersekian detik saja.

Namun jangan salah, semua fungsi tersebut sebenarnya hanya berguna bagi tubuh manusia untuk bertahan hidup di planet Bumi, sekaligus membangun peradaban maju seperti sekarang. Namu ketika fungsi itu tidak kita gunakan pada tempatnya, fungsi fungsi terutama pikiran tadi akan menghabiskan energi anda. Mengapa?Karena konsumsi energi yang digunakan otak sangat besar. Saat tidur saja, otak akan mengonsumsi 25% dari seluruh energi yang dimiliki tubuh, apalagi jika saat fungsi fungsi tersebut digunakan. Akibatnya energi anda akan habis. Ketika energi habis, maka fungsi fungsi tubuh lain seperti anti body, regenerasi sel, dan lain lain akan kekurangan energi. Akibatnya anda akan mudah jatuh sakit. 

Hidup sederhana seperti yang dikatakan teman saya di atas, adalah bagaimana kita menjalani kehidupan dengan cara menggunakan fungsi otak yang berhubungan dengan pikiran, hanya pada saat di butuhkan saja. Anda memiliki opsi atau pilihan untuk tidak menggunakan fungsi fungsi di atas. Fungsi pikiran tetap ada, namun tidak selalu anda gunakan. Ini juga jangan disalah artikan dengan 'tidak mau mikir atau tidak punya pikiran'. Apa yang saya bahas adalah cara untuk menggunakan pikiran pada saatnya. Dengan sadar anda tahu kapan harus berpikir dan kapan anda menetralisir pikiran anda.

Caranya : berlatih meditasi, lalu berlatih mengenali pikiran, dan akhirnya menetralisir fungsi pikiran. Ketika saya melakukan hal itu, saya menjumpai  ketenangan dan kesederhanaan yang luar biasa dalam kehidupan. Jadi bagi saya tidak ada yang namanya iblis pembisik yang ingin menjerumuskan kita ke neraka. Semua murni kinerja pikiran kita.



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Setiap orang sedang bermain sendiri sendiri dengan 'kendaraannya' masing-masing yang bernama tubuh manusia. Hidup kita masing-masing adalah untuk diri kita masing masing. Apa yang kita jalani adalah takdir kita masing masing  Tidak ada misi bersama-sama. Semua misi kehidupan adalah personal. Tidak ada kaitan dengan orang lain atau mahluk lain. Sehingga setiap jengkal kehidupan kita masing-masing dan apa yang kita lakukan, seharusnya tidak memiliki urusan dengan orang lain.

Namun kita kebetulan berada di tempat yang sama : planet Bumi yang sempit dan serba terbatas. Namun semua tersedia dengan 'cukup' untuk memenuhi kebutuhan agar tetap hidup. Jika setiap mahluk mengambil porsinya masing masing sesuai kebutuhan, harusnya tidak ada masalah. Namun sayang, hanya manusia yang terlalu khawatir jika dirinya tidak kebagian segala hal yang menjadi kebutuhan hidupnya. Hanya manusia. Satwa dan tumbuhan selalu mengambil porsi secukupnya. Tidak ada yang terlalu kenyang, sehingga tidak ada yang kelaparan karena kehabisan makanan. Namun semua menjadi berbeda ketika senjata utama manusia, yakni otak besarnya dibanding senjata mahluk lain, mengkreasikan mode bertahan hidup berlebihan yang disebut ego. Ego adalah senjata utama manusia untuk bertahan hidup, sekaligus kendaraan tempur untuk menjajah mahluk lain dan sesama manusia. Ketika masing-masing manusia memiliki ego yang berlebihan, maka ia tidak lagi hidup secukupnya. Porsi yang tadinya cukup untuk hidup bersama pun ingin dikuasainya sendiri, untuk melawan ketakutannya akan sesuatu, yang ia ciptakan dalam pikirannya : masa depan.

Lalu manusiapun lupa bahwa hidupnya adalah kodrat pribadinya  Ia hanya diminta untuk hidup, mengambil kebutuhan yang disediakan secukupnya karena ia harus berbagi dengan mahluk dan manusia lain, lalu mati. "Saya tidak punya urusan dengan hidupmu, karena hidupmu adalah sebuah urusan personal dirimu. Namun karena kita berada di tempat yang sama, maka mari kita berbagi, agar tugas kita hidup menjadi sama sama lancar sampai giliran kita mati". Seharusnya begitu.

Namun ego yang berlebihan membuat manusia menjadi serakah dan ingin saling mengalahkan. Otak yang harusnya hanya ia gunakan untuk senjata ketika bertahan hidup, ia gunakan untuk menambah kesenangannya. Lalu muncul lah peradaban manusia dimana manusia bekerja sama demi ego agar ia menjadi lebih senang, agar manusia bisa mengalokasikan energi yang lebih sedikit untuk bekerja atau bergerak, dan menjamin ketakutannya tidak terjadi. Lalu terciptalah teknologi.

Namun ternyata hal itu tidak pernah menjadi solusi bagi ketakutan, yang lagi lagi menjadi senjata alamiah tubuh manusia yang lemah untuk bisa bertahan hidup di planet Bumi. Semakin banyak ia berpikir, maka ketakutan manusia semakin besar. Apapun yang ia temui, pikirannya menganalisa. Otak pun digunakan sepanjang waktu, tidak lagi ketika ia dalam kondisi terancam dan bertahan hidup. Namun otak manusia tidak seperti gading gajah atau cakar harimau yang tidak perlu energi besar untuk menggunakan dan merawatnya. Otak manusia adalah konsumer energi terbesar dari tubuh manusia. Ketika tidur saja, 25℅ energi manusia dialokasikan ke otak, apalagi ketika otak terus menerus digunakan. Akibatnya tubuh manusia kekurangan energi. Sistem sistem kekebalan tubuh, sistem pencernaan, sistem peredaran darah pun bekerja dengan energi yang tak memadai. Akibatnya kinerjanya menjadi minimal, dan satu persatu organ tubuh manusia menjadi rusak. Lalu banyak manusia mati cepat, saat ketakutan akan masa depannya belum juga terjadi.

Kehidupan, selalu lebih sederhana dari analisa pikiran manusia yang begitu rumit. Semua sebenarnya netral karena hidup masing masing mahluk adalah untuk dirinya sendiri. Ketika manusia menempatkan kembali otak yang berpikir pada kodrat awal dan porsinya, maka pikiran manusia akan menjadi sistem yang berguna bagi kemajuan kehidupan bersama-sama di planet Bumi yang sempit. Namun ketika otak dan pikiran digunakan sepanjang waktu, akibatnya setiap individu akan selalu berpikir bahwa segala sesuatu yang ia temui adalah sebuah ancaman. Apalagi manusia kemudian menciptakan sistem sistem sosial dari mulai derajad, pangkat, materi, pendidikan, hingga agama yang membuat pikiran terus menganggap segala ssesuatu adalah pesaing dan ancaman. Bahkan hanya karena berpapasan di jalan dan saling bertatap mata pun, membuat manusia berada dalam analisa analisa yang hanya ada di pikirannya. Lalu muncul pikiran "orang itu ingin mengajak berkelahi" atau jika yang saling bertatap mata pria dan wanita, maka yang muncul adalah "orang ini cantik sekali dan menyukai saya..". Dan selanjutnya beragam kejadian terjadi mengikutinya  : berkelahi di jalan, atau jatuh cinta dan berumah tangga. Semua adalah pilihan tindakan yang dipilih satu individu hasil dari analisa pikirannya. Padahal awalnya sederhana, saling bertatap mata yang bisa jadi sengaja atau tidak sengaja. Hidup dalam satu tempat yang sama lumrah saling bertatap mata, karena itulah tugas mata : menangkap segala hal di depan tubuh manusia. Yang ribet adalah otak yang menganalisa tatapan mata menjadi beragam pertimbangan yang hanya ada di kepala manusia, dan menentukan apa tindakan berikutnya. Salah satu analisanya adalah ancaman terhadap eksistensi identitasnya yang semu. 

Namun bagi mereka yang telah terbangun dari habit over thinking, akan melihat manusia lain yang masih terus tertidur dalam ketidaktahuan, dengan cara berbeda. Mereka yang tidak tahu seperti anak anak kecil nakal yang hanya ingin bermain. Ketika bermain mereka mungkin mencubit, menendang, melempar, atau memaki kita. Namun apapun yang dilakukan anak anak adalah ketidaktahuan. Tidak ada amarah, karena manusia manusia yang telah terbangun dalam kesadaran tahu, mereka hanya anak-anak nakal yang ingin bermain..



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Ada seorang perompak yang bermimpi suatu hari bisa berhenti menjadi perompak dan hidup dengan baik. Namun hari demi hari ia justru terus merompak dan tidak berusaha mewujudkan mimpinya. Lalu seorang bijak bertanya, "Mengapa kamu justru berhenti berusaha mewujudkan mimpimu untuk berhenti merompak dan menjadi orang baik?"

Sang perompak berkata, "Kalau aku berusaha dan  berhasil mewujudkan mimpiku menjadi orang baik, setelah itu apa yang aku lakukan setelah mimpiku terwujud? Haruskan aku memimpikan hal lainnya?Ketika aku berhasil menciptakan mimpiku menjadi orang baik, pikiranku akan menciptakan mimpi selanjutnya untuk menjadi orang suci. Mungkin setelah menjadi orang suci, aku akan bermimpi menjadi Dewa. Dan aku tidak akan pernah berhenti bermimpi. Mimpi akan selalu tumbuh seperti biji kenikir yang jatuh ke tanah dan menumbuhkan kenikir baru. Lalu kapan aku "hidup" jika aku selalu bermimpi?Lebih baik aku hidup dengan apa diriku sekarang dan berhenti bermimpi. Jika suatu hari alam semesta menghendakiku berhenti merompak dan kemudian menjadi orang baik, maka biarkan itu terjadi apa adanya.Tidak perlu aku memimpikannya".



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Otak manusia seperti handphone multitasking yang hanya bisa mengarahkan perhatian pada satu titik fokus. Walau ada sejumlah aplikasi yg aktif bersamaan, namun hanya satu aplikasi saja yang benar benar aktif, sementara lainnya pasif. Begitulah manusia menciptakan realitas. Seperti tuning gelombang radio. Jika frekuensinya pas, maka suara stasiun radio akan terdengar jernih. Namun jika meleset sedikit saja, maka noise nya akan terdengar. 

Panca indera hanya sensor tubuh untuk menangkap sumber dari luar yang berupa cahaya (mata), getaran dan vibrasi (telinga, kulit, lidah), dan energi (hidung). Selama ini manusia mengira jika panca indera menangkap bentuk materi, namun sebenarnya bentuk materi diciptakan oleh otak kita dari bahan input yang ditangkap panca indera. Lalu bentuk itu pun eksis di dalam pikiran kita. Persamaan paling mudah adalah persamaan sistem mata dengan sistem kamera. Lensa kamera hanya menangkap cahaya, yang kemudian oleh prosesor dibentuk menjadi ribuan titik titik yang membentuk citra atau visual. Bedanya jika visual hasil dari kamera di putar di perangkat berbeda seperti tv atau gadget, visual hasil olah mata diputar di dalam otak kita sendiri sehingga kita seolah olah sedang melihat benda atau materi. Dan menariknya keduanya sama sama memiliki delay, yakni proses dari mulai lensa/mata manangkap cahaya hingga prosesor/otak membentuk materi. Artinya realitas yang kita tangkap dan kita putar (lihat) sebenarnya selisih seper sekian ribu detik. Itu  berarti yang kita lihat sebenarnya hanyalah rekaman. Realitas sebenarnya telah berlalu. Namun karena selesihnya sangat tipis seolah olah apa yang kita lihat adalah realitas yang sedang terjadi. Ini sama seperti bintang yang jaraknya seribu tahun cahaya dari Bumi. Bintang yang kita lihat adalah bintang seribu tahun silam (jarak perjalanan cahaya dari bintang tersebut sampai ke mata kita). Artinya bintang itu sekarang bisa jadi sudah tidak ada di lokasi yang kita lihat atau bahkan telah lenyap.

Dalam menciptakan bentuk materi, otak manusia harus memfokuskan pada satu objek saja, yang disebut konsentrasi atau perhatian. Contoh ketika melihat tanaman, kita tidak akan melihat tanaman secara utuh (fokus). Walau kita melihat satu tanaman utuh, namun otak hanya akan fokus pada satu daun, tangkai, atau bunga. Selain itu akan outfokus. Itulah mengapa ketika kita melamun di jalan saat mengendarai kendaraan, adalah kondisi ketidakselarasan ketika otak kita bekerja di tempat lain, sementara tubuh sedang mengendarai motor. Karena otak bekerja tidak selaras dengan apa yang sedang dilakukan tubuh yang sedang berkendara, akibatnya visual di depan kita menjadi outfocus. Fokus kita ada pada sesuatu yang kita pikirkan atau perhatikan di dalam otak kita, bukan jalan yang ada di depan kita. Bisa dikatakan jalan di depan kita tidak terbentuk secara realitas walau tubuh kita mengalaminya. Itulah mengapa meditasi mengajarkan manusia untuk menyelaraskan otak (pikiran) dan tubuh. Ketika otak dan tubuh selaras, maka itulah yang disebut kesadaran (dasar).

Dalam penelitian fisika quantum, elektron, proton dan neutron adalah energi pembentuk partikel atau materi. Elektron adalah ruang kosong atau biasa disebut dark matter yang menjadi landasan pembentuk materi. Elektron tidak akan terbentuk jika tidak diberi perhatian/fokus. Ia ada dimana saja dalam bentuk bidang energi yang maha luas tak terbatas. Ketika kita ingin memperhatikan elektron muncul di satu titik, barulah elektron akan terbentuk di titik tersebut. Hal ini lah yang menjadi dasar hukum terbentuknya materi, ruang, dan waktu. Artinya masa depan akan tercipta dimana pikiran kita memberikan perhatian. Perhatian di sini tidak hanya berupa fokus pikiran, namun juga rasa dalam kesadaran penuh yang dinamakan keyakinan.

Pada gambar di bawah ini, sebenarnya setiap persimpangan garis ada sebuah titik. Namun otak manusia tidak akan bisa melihat seluruh titik dalam waktu bersamaan. Otak hanya mampu melihat satu titik saja alias satu titik saja yang terbentuk menjadi realitas. Hal membuktikan bahwa otak manusia hanya bisa memperhatikan satu fokus perhatian saja. Dengan itulah materi alam semesta terbentuk di pikiran setiap manusia. Dan kurang lebih seperti itulah elektron terbentuk. Dan seperti itu pula materi, ruang, dan waktu terbentuk.



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

 Dalam sebuah diskusi, seseorang bertanya, "Mengapa banyak ajaran yang mengajarkan agar kita kembali menjadi anak kecil?Bukankah ajaran manapun selalu muncul simbol anak kecil?Lantas buat apa kita belajar capek-capek jika nantinya dikembalikan lagi menjadi seorang anak kecil?"

                            ----------------------

Pertama anak kecil adalah simbol kepolosan dan kebahagian, apalagi seorang bayi. Bayi hanya menggunakan instingnya saja untuk mencari susu ibunya. Tidak ada satupun yang ia pikirkan, olah, timbang, dan analisa seperti yang dilakukan oleh orang dewasa. Karena itulah bayi menjadi polos, karena otaknya belum diisi memori dari pengalaman kehidupannya. Ia hanya membawa DNA sifat dari orang tua dan leluhurnya. Lalu ketika sang bayi beranjak besar, ia mendapat satu persatu masukan ilmu pengetahuan dari orang tuanya. Iapun dikenalkan dengan pemisahan pemisahan dan dualitas, seperti bapak dan ibunya, nama nama benda sederhana, hingga bagaimana belajar berjalan. Semakin beranjak dewasa, maka memori yang ditanamkan di otaknya semakin banyak dan kompleks. Di situlah memori otak dan memori DNA nya mulai berkolaborasi, sehingga ia pun mulai memiliki keinginan dan sifat-sifat bawaannya pun mulai muncul. Pada fase anak kecil, keinginan manusia masih sangat sederhana, karena pikirannya pun masih sederhana. Ia hanya memiliki keinginan untuk bermain dan bersenang-senang. Lalu dimana adanya ego? Ego sudah ada semenjak manusia di dalam kandungan. Ego adalah sistem pertahanan hidup seorang manusia. Namun di usia bayi hingga anak-anak, ego pun bekerja seiring keinginan dan pikirannya yang sederhana. Mengapa? Karena lingkungan yang masih terbatas, orang-orang yang ditemui pun terbatas. Selain itu ia hanya tahu makan saja, tidak tahu bagaimana cara mencari makan.

Semakin beranjak remaja hingga dewasa, memori otak pun diisi semakin banyak data yang berasal dari pengalaman-pengalaman dan ajaran-ajaran yang ia terima dari orang lain. Otomatis jaringan sistem otak sudah mulai membentuk pola. Ia mulai mengetahui banyak hal. Mengetahui banyak hal otomatis membuat daya analitisnya bertambah canggih. Semakin banyak data yang ia simpan, semakin rumit pula kemampuan analitisnya. Selain itu kemampuan analitis ini juga semakin sering digunakan, bahkan setiap waktu. Mengapa? Karena data di memori otaknya semakin berlimpah, sehingga ibarat sebuah koki, ketika anda memiliki bahan makanan tak terbatas, maka semakin banyak pula masakan yang ingin anda buat. Anda justru menjadi bingung, mau masak apa dengan bahan sebanyak itu. Berbeda dengan ketika anda hanya memiliki sedikit bahan. Anda tidak punya banyak pilihan untuk memasak apa tentunya. Sama dengan pikiran. Semakin banyak bahan, yakni memori di otak, yang anda miliki, otomatis daya analistis anda bertambah banyak dan canggih karena banyaknya bahan yang anda miliki. Namun sama dengan koki tadi, anda justru akan terlalu banyak berpikir sehingga pikiran yang harusnya hanya anda gunakan untuk perangkat bertahan hidup, anda gunakan untuk semua hal dan setiap waktu!! 

"Lalu jika begitu, bukankan lebih baik tidak mengajarkan apa apa kepada bayi sehingga ia akan terus polos seperti adanya?"

Tidak juga begitu. Bahkan anak harimau dan elang pun diajarkan induknya untuk berburu mencari makan. Maka demikian pula anak manusia. Ia harus diajarkan cara untuk mencari makan dan tidak tergantung pada induknya. Namun anda harus tahu, jika manusia dasarnya sama dengan hewan. Ia akan memakan makanannya sendiri sampa kenyang, dan tidak akan berbagi walaupun makanan tersebut masih sisa saat ia kenyang. Manusia juga sama, di mana tidak ada manusia yang mau berbagi makanannya dengan manusia lain walaupun makanan itu masih tersisa. Keinginan manusia untuk hidup lebih nyaman juga membuat manusia hidup kolektif, untuk mencari makan bersama sama, dan memudahkan kehidupan mereka. Kemajuan pikiran manusia akhirnya membentuk komunitas. strata sosial, pekerjaan, dan sistem hidup bekerja bersama yang membuat manusia manusia menjadi lebih mudah mencari makan.  Artinya tidak semua manusia harus menanam padi, atau mencari air sendiri, namun sebagian saja manusia yang menanam padi, sementara yang lainnya bertugas menjualkan padi kepada manusia lain yang membutuhkan atau mengatur jatah air untuk semua manusia yang membutuhkan air. Manusia lain mungkin akan membuat traktor, membuat baju, mengolah makanan, bahkan mengelola jual beli dan mengelola benda kesepakatan seluruh dunia yang bernama uang (disebut perbankan). Akibatnya hidup manusia semakin mudah untuk mencari makan. Namun semua kerjasama itu memiliki konsekuensi, yakni seorang manusia harus bisa berperan apa dalam kerjasama tersebut agar bisa mendapat makanan. Membuat traktor kah, membantu menyalurkan beras kepada manusia lain yang membutuhkan, atau peran lainnya? 

Agar dapat berperan dalam sistem yang dibuat manusia sendiri, manusia membutuhkan spesialisasi keterampilan. Lalu manusia pun mengajarkan kepada anaknya keterampilan keterampilan tersebut. Saat keterampilan tersebut semakin kompleks, maka kemudian manusia menciptakan sekolah yang berjenjang hingga akhirnya manusia yang telah selesai belajar di sekolah tersebut, dapat mengambil peran dalam satu titik kecil bernama pekerjaan dalam rantai sistem kehidupan manusia. 

Namun saat data dalam memori sudah sangat banyak, dan otak pun memiliki kecanggihan analisa, manusia justru semakin tenggelam dalam sifat dasar hewaninya : bertahan hidup dan menganggap bahwa semua yang diciptakannya nyata. Manusia menjadi semakin menderita akibat sistem kehidupan yang diciptakannya. Jika leluhur manusia bertahan hidup dari hewan pemangsa atau cuaca ekstrem, di masa modern hewan pemangsa dan cuaca ekstrem itu sudah tidak lagi menjadi musuh manusia. Musuh manusia berganti menjadi sesama manusia. Hewan pemangsa cuaca ekstrem tersebut menjelma menjadi atasan anda, teman kerja anda, tetangga anda, hingga mungkin orang tua, istri, dan anak anda. Pada dasarnya bukan salah sistem yang diciptakan, namun karena satu hal dasar : semua memperebutkan makanan. Manusia menjadi hidup dalam ilusi pikirannya sendiri dan tidak bisa membedakan mana realitas dan mana bayangan. Pada dasarnya makanan ini hanya menjadi dasar masalah saja, dan menjadi masalah berantai bagi manusia, akibat sistem kehidupan yang diciptakan manusia sendiri. Manusia menjadi ketakutan akan ilusi pikirannya sendiri. Karena takut tidak bisa makan, lantas manusia berusaha menjamin agar di kemudian hari ia tak lagi kelaparan. Akibatnya manusia harus mencari jatah makanan lebih banyak untuk menjawab ketakutannya yang semu. Agar makanan banyak, maka anda harus naik jabatan. Agar naik jabatan, anda harus bersaing dengan teman anda sekantor. Persaingan itupun bisa persaingan yang dikatakan sehat (walau tidak ada persaingan sehat) dan persaingan "tidak sehat" alias anda menggunakan segala cara kotor tidak peduli menyakiti manusia lain agar anda memenangkan pertarungan untuk naik jabatan. Keruwetan itu belum juga usai karena masih ada bagian yang namanya keinginan. Sebenarnya keinginan ini tadinya adalah insting dasar, seperti saat perut lapar ya ingin makan. Namun semakin banyak benda yang diciptakan manusia untuk memudahkan hidupnya, keinginan manusia pun semakin banyak. Akibatnya ketika keinginan banyak (bagian dari ego), maka manusia akan menggunakan otak pikirannya untuk mencari cara guna memenuhi keinginannya yang tak pernah berhenti dan terus menerus ada. Akibatnya energi manusia seringkali habis hanya untuk memenuhi keinginannya. 

Jika kita kembali ke bayi tadi, anda bisa mengetahui betapa rumitnya hidup manusia saat ini. Manusia tidak lagi saling berebut makan, namun berlomba mewujudkan keinginan. Pikirannya 24 jam tidak pernah berhenti, bahkan saat tubuh manusia harus non aktif alias tidur. Lalu manusia pun diingatkan para leluhurnya tentang ajaran kebijaksanaan, "kembali lagi seperti bayi yang baru lahir". 

Bedanya kini, manusia telah memiliki pengetahuan berlimpah yang dapat untuk menciptakan segala sesuatu yang baik bagi kehidupan. Jika dipergunakan dengan semestinya, otak manusia akan sangat berguna, tidak hanya bagi kehidupan manusia saja, namun juga kehidupan lainnya dan alam semesta. Bandingkan dengan bayi yang baru lahir dan tidak memiliki memori apa apa selain memori DNA nya?Apa yang bisa diperbuat bayi?

Kesimpulannya, ajaran agama dan spiritualitas mengajarkan kita untuk kembali tidak banyak pikiran seperti seorang bayi yang baru lahir. Pikiran harus sesedarhana mungkin dan digunakan untuk kebaikan peradaban manusia sendiri serta kehidupan lain di luar manusia. Hewan sakit bisa sehat karena teknologi kedokteran hewan. Padi yang tadinya asal tanam, menjadi gemuk-gemuk karena ilmu pertanian. Bahkan ajaran ajaran spiritualitas dan agama bisa dibuktikan karena adanya ilmu fisika, biologi, dan kimia. Manusia yang tidak memiliki sayap, bisa terbang seperti burung dan membantu memadamkan kebakaran hutan yang membuat mahluk lain menderita karena adanya teknik pemadaman udara. Dan masih banyak produk lain dari pikiran dan otak manusia yang berguna bagi mahluk lain dan alam semesta. Itulah yang dinamakan hamemayu hayuning bawono atau manusia adalah khalifah rahmatan lil alamin atau berkah bagi mahluk lain dan alam semesta. Manusia hanya tinggal mencari tahu bagaimana kembali menggunakan pikiran dan memori yang ada di otaknya sesekali untuk memecahkan permasalahan demi memudahkan kehidupan lain. Manusia hanya harus menjadi bayi, namun bayi yang juga memiliki pengetahuan luas demi kebaikan seluruh mahluk dan alam semesta. Itulah mengapa bayi tetap harus dibekali dengan data data dan pengetahuan seiring perkembangan tubuhnya. Ketika seorang bayi hanya menjadi seorang bayi, maka otak manusia tidak ada gunanya. Tidak akan ada kemajuan apapun yang dicapai peradaban manusia untuk memudahkan hidupnya sendiri dan kehidupan lain di alam semesta. Belajar menjadi bayi, berarti adalah belajar berpikir seperti bayi dengan pikiran yang sangat sederhana, namun tetap memiliki data memori yang lengkap dan canggih untuk mendukung kemajuan peradaban manusia. Dengan ini, kehadiran manusia menjadi berguna bagi alam semesta...



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

 Menjelang memasuki lautan, sungai kembali mengingat setiap jengkal perjalanannya. Ia lahir di indahnya pegunungan, mengalir melalui hutan belantara yang sunyi dan penuh kebahagiaan, melintasi kota yang penuh sampah, lalu tibalah ia di sebuah muara.


Di depannya terbentang lautan luas. Rasa takut pun muncul dan membuatnya bimbang. Ia harus meninggalkan semuanya dan tak mungkin kembali.
Namun begitulah sifat aliran air yang telah ditetapkan kepadanya. Sungai kemudian tahu bagaimana ketakutan ini akan hilang. Ini bukan bagaimana ia lenyap ke lautan, namun bagaimana ia lebur menjadi lautan..."



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Bukankah yang membuatmu kebingungan dengan kehidupan ini adalah karena pikiranmu sendiri yang terus mengajakmu bergerak?
Hingga saat diam-mu di penghujung malam pun, ia terus saja memaksamu bergerak dari posisi duduk heningmu. Pikiran tidak akan membiarkanmu berlama lama diam. Jadi percayalah, kamu melakukan hal sia sia ketika memerintahkan pikiranmu untuk diam, karena pikiran bekerja otomatis sesuai sistem tubuh manusiamu yang telah berevolusi selama ribuan tahun.

Jadi sambutlah ketika ia datang, namun tolak ketika ia mengajakmu pergi dari keheningan dan kesendirian. Banyak manusia yang mentasbihkan dirinya memiliki ilmu agama tinggi, namun tidak paham sama sekali mengenai kinerja pikiran. Mereka berpikir keruwetan hidup, emosi, dan stress disebabkan oleh faktor luar dan orang lain. Padahal kamu bisa diam, walau egomu terus memberontak untuk membuatmu menjadi yang paling hebat, paling dikagumi, paling pandai, paling kaya, paling berkuasa. Hanya satu bahasa ego....yakni "ter"....Aku terhebat, tercantik, terbaik, terkaya, tersuci, terpandai, memiliki ilmu tertinggi, dan ter-ter lainnya. Amati saja seolah pikiran, emosi, dan ego adalah tamu di rumahmu. Persilakan ia masuk ke pintu rumahmu dan minta ia duduk diam. Ketika ia mengajakmu pergi, sadari saja dan tolaklah dengan cinta kasih, karena pikiran, emosi, dan ego adalah keluargamu juga.

Pikiran akan selalu datang ketika kamu melihat, mendengar, mencium, meraba, dan merasa sesuatu. Ia adalah perangkat tubuhmu, yang memberikan beragam analisis untuk kebaikanmu agar kamu selamat dan tetap hidup di planet indah ini. Ia adalah seorang patih Sengkuni buat Duryudana. Ia adalah sang Prabu Bathara Kresna untuk para Pandawa. Penasehat ulung yang selalu menguntungkan dirimu. Tugasnya adalah sebagai penimbang, analis, sekaligus penasehat bagi setiap manusia. Ia lah yang membedakanmu dengan satwa dan tumbuh-tumbuhan sehingga kamu tidak hanya memiliki insting seperti mereka, namun juga pilihan yang menentukan nasib dan kemana kamu akan melangkah dalam hidup.

Sayangnya banyak manusia yang menyepelekan pikiran dan tidak mengetahui bahwa pikiran adalah iblismu. Iblis adalah malaikat yang menggerakkan ego serta emosimu yang membuat kamu memakan buah khuldi atau apel kehidupan. Buah yang membuatmu nyaman dan lupa diri, bahwa kenikmatan di hidupmu adalah semu. Ia akan kamu tinggalkan ketika tubuhmu tidak lagi kuat dan berfungsi membuatmu berjalan di atas tanah planet Bumi. Iblis tidak selamanya jahat karena ia juga malaikatmu. Begitulah manusia yang dikisahkan sebagai mahluk yang bisa menjelma menjadi iblis yang penuh api, atau malaikat yang bercahaya.

Pikiran adalah sumber dari keterpisahanmu dengan frekuensi alam semesta, dan kesejatian dirimu. Ia ibarat sebilah pisau yang jika digunakan dengan baik, akan sangat berguna. Namun ia juga sekaligus menjadi senjata pembunuh yang mematikan. Maka diperlukan kebijaksanaan untuk menggunakannya "hanya" saat kamu memerlukannya.

Pikiran juga lah yang menciptakan duniamu, dan dunia orang lain. Demikian juga pikiran orang lain lah yang menciptakan dunianya dan duniamu. Begitulah ketika setiap manusia saling menjadi pengamat atas dirinya sendiri dan kehidupan. Tanpa ada pikiranmu yang memiliki frekuensi pembentuk materi, mustahil dunia yang saling bersilangan ini akan terbentuk. Dan akan selalu ada mahluk yang berpikir, karena ketika semua mahluk tidak lagi berpikir, maka alam semesta ini akan lenyap menjadi keheningan tanpa bentuk. Dengan adanya pikiran, maka terbentuklah frekuensi-frekuensi yang tervibrasi dan kemudian menjadikan semua materi terbentuk.
Tanpa pikiran, tidak akan ada dualitas, tidak akan ada keindahan semesta, tidak akan ada matahari yang bersinar lembut di pagi hari.

Dia yang menjelma dalam setiap tubuh-tubuh manusia dan semua mahluk, menggunakan pikiran tubuh untuk menciptakan masing cerita bagi setiap individu sekaligus menciptakan habitat bagi individu tersebut. Yang perlu kamu lakukan adalah rawat pikiranmu dan gunakan dengan kebijaksanaan yang diajarkan para leluhur. Percayalah, bijaksana berada di atas level benar dan salah, karena benar dan salah adalah dualitas dan produk pikiranmu semata. Sementara kebijaksanaan adalah Dia yang merupakan sejatinya dirimu. Pikiran adalah kecerdasan tubuh manusiamu yang memberimu tugas berat di alam semesta, menjadi pencipta, pemelihara sekaligus pelebur bagi duniamu..



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...
Jika anda menemui guru-guru yang telah mencapai tingkat ilmu yang tinggi, anda akan menjumpai kesamaan : rata-rata beliau beliau ini lebih banyak diam, tidak ingin muncul ke publik, atau ribut dengan urusan politik, urusan orang lain, ataupun urusan negara. 
Sebelum ini saya bertanya kepada diri saya sendiri, apa korelasi antara banyak diam dengan pemahaman akan ilmu kehidupan?
Dulu saya berpikir beliau beliau ini semakin banyak tahu, maka semakin merasa tidak tahu banyak,  sehingga memilih diam. Setelah saya observasi kepada diri saya sendiri, ada benarnya juga.

Namun ternyata setelah saya praktekkan ke diri saya sendiri, semakin tinggi ilmu seseorang,  ditentukan oleh semakin heningnya pikiran. Ia hanya sadar dan mengalir saja. Ia tahu dengan segala konsekuensi sebab akibat (yang akan saya bagi di tulisan selanjutnya), sehingga segala sesuatu yang ia lakukan adalah untuk dirinya sendiri. Hal ini berbeda dengan ego yang hanya ingin menguntungkan diri sendiri. Sadar dan hanya fokus kepada diri sendiri sangat berbeda dengan egois. Sadar dan hanya fokus kepada diri sendiri berhubungan dengan tahu segala resiko yang ditimbulkan dari setiap tindakan. 

Lantas seperti apa pikiran yang hening yang membuat kita menjadi diam?Sederhananya adalah begini. Setiap manusia selalu menganalisa apapun yang masuk melalui panca indera bukan?Analisa itulah pikiran. Ia akan menghasilkan analisa yang ujung ujungnya akan memberikan anda emosi serta  pertimbangan apa yang akan anda lakukan untuk merespon sesuatu. Inilah sistem ego atau sistem bertahan hidup manusia yang terdiri dari lingkar kerja yang berpusat pada pikiran. Itulah mengapa meditasi yang benar, mengajarkan anda untuk mengenali kesadaran. Setelah anda sadar barulah anda akan benar benar mengenali sistem pikiran anda.

Pikiran yang sibuk menganalisa dan menilai sana sini, akan berpengaruh pada berisiknya percakapan dalam diri anda. Percakapan inilah yang disebut batin. Batin seolah olah berada di hati atau jantung, namun sebenarnya batin, atau mind dalam bahasa Inggris, adalah suara dari pikiran anda sendiri. Batin adalah rahasia setiap manusia. Tidak ada satupun manusia yang tahu batin orang lain. 

Selama ribuan tahun, leluhur manusia menciptakan sebuah teknologi canggih, yang nantinya digunakan untuk menguasai dunia, bernama komunikasi. Komunikasi adalah dengung suara yang keluar dari mulut manusia, berisi simbol simbol dalam bentuk suara yang mewakili pikiran seseorang. Akibatnya dengan berkomunikasi, seorang manusia bisa 'bertukar pikiran' dengan manusia lain. Pikiran yang tadinya rahasia pun bisa diungkapkan kepada orang lain dengan simbol simbol bunyi bernama bahasa, dan simbol berupa huruf atau tulisan. Jadi setiap percakapan anda sebenarnya adalah cara anda untuk mengungkapkan pikiran pikiran anda. Semakin banyak omongan maka korelasinya anda pasti memiliki banyak pikiran, entah yang remeh temeh hingga yang paling penting. Namun ada pula jenis orang yang tidak banyak berkomunikasi namun pikirannya banyak. Biasanya orang seperti ini  bukan telah mencapai keheningan, melainkan justru karena ia minder, dan tidak merasa pandai berkomunikasi. Lagi lagi, rasa minder muncul karena pikiran juga. Artinya pikiran anda tidak tunggal, namun berlapis-lapis. Semakin banyak pikiran, hidup anda menjadi semakin berisik dan tidak tenang, karena apapun yang masuk ke panca indera pasti anda pikirkan. Bahkan kadang hal hal sepele anda pikirkan, contohnya suatu hari anda melihat teman anda memakai celana berwarna merah. Pikiran anda langsung menganalisa : "mengapa, merk apa, beli di mana, kok aneh pakai celana merah, dan lain lain".

Sampai sini anda mungkin akan paham mengapa meditasi melatih anda, intinya UNTUK MENDIAMKAN PIKIRAN. Jika anda berpikir mendiamkan pikiran harus mati terlebih dahulu, maka anda masih jauh sekali dari pemahaman akan sistem pikiran anda. Itulah mengapa para guru besar selalu berhati hati dalam berbicara, karena berbicara sama dengan membuka rahasia pikiran anda. Dan ketika para guru besar yang telah berhasil mengehingkan pikirannya, tidak ada lagi yang dapat beliau beliau katakan selain hal hal yang memang penting untuk dikatakan. Karena sekali lagi, setiap kalimat yang anda ucapkan =  apa yang sedang anda pikirkan. Lalu bagaimana cara berlatih mengheningkan pikiran? Persedikit untuk melihat keluar, banyak-banyaklah melihat ke dalam diri anda sendiri...




Wahyu Juniawan Maret 31, 2023
Read more ...

Jaman ketika banyak orang berpuasa hanya karena kewajiban dan suasananya yang meriah.

Banyak yang tidak memahami caranya selain "katanya harus menahan nafsu dan emosi".
Lalu banyak yang berpuasa dengan cara menahan amarah...ya menahan...bukan berusaha mengerti darimana amarah muncul.
Banyak yang menahan perkataan buruk, namun batinnya sibuk menghakimi.
Banyak yang tafakur, berdzikir, dan sholat Tahajud di malam hari untuk mencari Lailatul Qadr, namun tidak memahami apa itu Lailatul Qadr.
Banyak yang menahan lapar dan haus di siang hari, namun berpesta ketika buka puasa tiba, seolah penderitaan bisa diatur awal dan akhirnya.
Banyak yang menderita lapar dan haus di siang hari, namun ia tidak tahu jika itu bukanlah penderitaan, melainkan seperti itulah makna hidup cukup. Ya..seperti itulah hidup seharusnya. Kamu tidak akan mati ketika seharian penuh tidak makan dan minum. Lalu mengapa banyak manusia takut lapar?Semua karena keinginan, dan keinginan muncul dari pikiran...
Semua karena pikiran...
Di situlah Ramadhan ada...melatih manusia untuk mengendalikan pikirannya, bukan nafsu dan emosinya. Karena nafsu dan emosi adalah produk pikiran. Kamu hanya perlu diam, ya benar...pikiranmu yang diam...kamu tetap bisa bekerja, belajar, dan bergerak. Maka ketika kamu memahami makna diam, kamu akan sekaligus memahami apa yang dimaksud Lailatul Qadr.

Maka berpuasalah ketika kamu tahu makna puasa dan mengapa berpuasa. Bukan hanya berpuasa karena bulan Ramadhan tiba. Bukan hanya karena diwajibkan. Dan bukan karena mencari pahala.
Berpuasalah karena dirimu ingin tahu Dirinya yang Maha Suci dan penuh Kasih yang telah mengijinkan kamu masih memiliki kesempatan untuk mengenal-Nya...
Di bulan Ramadhan, kamu akan belajar memahami Habluminannas atau dirimu sendiri, dan seharusnya di akhir Ramadhan kamu akan memahami Habluminallah..



Maka..inilah perjalananmu menggapai sunyi...
Wahyu Juniawan Maret 26, 2023
Read more ...

 Hari ini saya berkunjung ke Vihara Mendut di Magelang Jawa Tengah. Bermeditasi di salah satu ruangan, dan benar benar merasakan damai, seolah saya masuk ke sebuah tempat yang terisolasi dari dunia luar. Satu hal yang saya renungkan selama perjalanan dari Yogyakarta menuju candi Borobudur dan kemudian ke Vihara Mendut adalah pikiran. Betapa banyak manusia yang tidak sadar dikendalikan oleh pikiran. Bahkan dalam bulan suci Ramadhan ini, terlalu banyak manusia yang berpuasa fisik, namun tidak berpuasa pikiran. Terlalu banyak manusia menderita karena ketidaktahuan akan pikiran.

Sepanjang jalan saya terus mengamati pikiran dan terus berada di keheningan pikiran selama saya mampu. Dan di Vihara Mendut adalah puncaknya. Di depan arca Buddha tidur dan ruangan harum aroma dupa, serta penuh damai, saya bermeditasi dengan mengheningkan pikiran saya yang ternyata begitu ruwet dengan segala macam permasalahan duniawi. Saya beberapa kali menulis tentang pikiran manusia, namun saya sadar jika tidak semua orang mengenali pikirannya sendiri. Pikiran seperti gula dalam secangkir kopi yang larut tak berbentuk, namun rasanya tetap ada. Bagi orang yang tidak mengenali gula, ia akan berkata jika kopi yang diminumnya manis. Namun kopi sebenarnya pahit, dan gula lah yang manis. Bagi mereka yang tidak bisa memisahkan gula dan kopi, maka ia tidak akan pernah mengenali bentuk gula. Demikian pula pikiran. Bagi sebagian orang, pikiran seolah larut dan menyatu dengan dirinya. Akibatnya pikiran yang sangat otomatis dan bergerak cepat tidak bisa dikenali. Itulah mengapa, bagi meditator awal, guru saya mengajarkan untuk mengenali kesadaran dulu. Tanpa mengenali kesadaran, anda tidak akan bisa mengenali pikiran, karena pikiran begitu halus dan seolah menyatu dengan "diri kita". Namun bagi sahabat sahabat yang telah berpengalaman dalam bermeditasi, saya yakin mengenali pikiran bukanlah hal sulit, karena memang mengenali pikiran adalah hal yang sangat mudah.

Guru Agung Buddha pernah berkata, hidup dengan pikiran yang jernih dan hening, akan membuat seseorang bahagia karena semua tindakannya dilandasi oleh pikiran yang hening. Filsuf Jiddu Krishnamurti pernah berkata, mengheningkan pikiran tidak bisa dllatih. Mengheningkan pikiran juga tidak bisa di analisa. Mengheningkan pikiran juga tidak bisa dijadikan tujuan. Mengapa? Karena saat mengheningkan pikiran dilatih, dianalisa, dan menjadi tujuan meditasi anda, maka anda tanpa sadar telah menggunakan pikiran anda untuk melandasi niat mengheningkan pikiran. Artinya apa? Mengheningkan pikiran tidak perlu dilatih, diusahakan, atau di analisa bahkan dijadikan tujuan. Saat ini juga anda bisa mengheningkan pikiran dan tercerahkan. Namun bagaimana akan mengheningkan pikiran jika pikiran anda saja tidak anda kenali?

Saya baru paham mengapa para guru-guru besar di jaman dahulu, semakin tinggi ilmunya semakin diam. Tadinya saya mengira semakin banyak tahu maka semakin takut salah akibat sadar semakin banyak ilmu yang tidak diketahui. Namun setelah saya praktekkan di sepanjang jalan tadi, saya jadi paham, ternyata semakin pikiran anda hening, semakin tidak ada kata yang ingin anda ucapkan. Artinya hening "di dalam" otomatis hening "di luar". Mengapa? Sederhana saja.. Ucapan adalah jembatan dari sebuah pikiran seseorang agar dipahami orang lain. Semakin pikiran anda hening, semakin tidak ada yang ingin anda ucapkan. Apa yang mau diucapkan jika tidak ada lagi kehendak, usaha, dan analisa?

Ketika anda belum bisa mengenali pikiran, anda tentu akan diperbudak pikiran. Sederhana saja, apapun yang tertangkap oleh panca indera, secara alami akan masuk ke otak untuk diolah menjadi citra materi. Selain diolah menjadi citra materi, apa yang ditangkap panca indera juga akan masuk ke sistem analisa otak anda. Mengapa? karena otak harus bertugas untuk menganalisa segala macam kemungkinan bahaya yang akan menimpa anda serta apa langkah yang harus anda lakukan? Hasil hasil analisa tersebut kemudian diberi nama "prasangka".

Maka berlatihlah meditasi untuk mengenali kesadaran terlabih dahulu. Saat anda sudah mengenali kesadaran, anda akan tahu yang mana pikiran, yang mana kesadaran, yang mana emosi, yang mana ego. Jika anda sudah mengenali pikiran, maka walau tidak mudah, anda akan bisa mengendalikan pikiran, bahkan mengosongkan pikiran. Dalam tradisi Jawa, "Patining urip" atau mati dalam kehidupan adalah heningnya pikiran yang berakibat matinya kemelekatan. Anda tidak perlu mati dulu untuk mengheningkan pikiran, seperti yang dikatakan banyak orang. Untuk mengheningkan pikiran anda harus mati terlebih dahulu. Pertanyaan saya, apakah heningnya pikiran sama dengan matinya pikiran?Tidak..pikiran tetap ada..namun tidak lagi mendominasi. Ia hanya duduk manis di sudut kehidupan anda tanpa bisa mengatur hidup anda.

Dan di Vihara Mendut, saya diberitahu, pikiran hening tidak harus di tempat-tempat yang sunyi dan nyaman. Pikiran hening harus terus menerus ada selama anda hidup dan dimanapun anda berada.



Wahyu Juniawan Maret 26, 2023
Read more ...