Pikiran manusia adalah kelebihan sekaligus kekurangan manusia. Pikiran menjadi kelebihan ketika digunakan sebagai mesin analistis, terkait logika dan identifikasi sesuatu. Ilmu pengetahuan tidak akan berkembang tanpa adanya fungsi pikiran. Anda tidak akan tahu alamat rumah anda dan jalur untuk pulang ke rumah setelah bekerja, tanpa adanya pikiran. Namun bagaimana bisa pikiran sekaligus menjadi kelemahan manusia?

Pikiran adalah sumber keterpisahan manusia dari akar alam semesta. Sifat pikiran adalah mengidentifikasi segala sesuatu yang berarti memisah misahkan satu hal dengan lainnya. Dalam kondisi berpikir, materi manusia dan alam semesta menjadi materi yang solid. Semakin solid atau padat, maka manusia semakin terpisah dari akarnya, yakni energi terhalus dimana alam semesta bekerja dalam sebuah sistem besar. Sistem alam semesta bekerja dalam satu kesatuan dan saling terkoneksi. Untuk mengakses sistem tersebut, diperlukan frekuensi otak yang sangat rendah. Frekuensi otak yang sangat rendah hanya terjadi saat manusia tidak berpikir dan menganalisa. Sebaliknya semakin menggunakan pikiran, maka frekuensi otak manusia akan semakin tinggi. Ibarat anda ingin pulang ke rumah, namun anda justru berjalan ke arah sebaliknya dari jalan yang menuju rumah. Demikianlah ketika pikiran bekerja. Namun bagi mereka yang tidak memahami bagaimana alam semesta bekerja dan tubuh manusianya bekerja, akan bertanya dengan sinis, "Bagaimana caranya tidak berpikir?Bukankah hanya kematian yang membuat manusia tidak berpikir?"

Siapa bilang harus mati dahulu baru kita tidak berpikir?Berpikir adalah salah satu fungsi otak manusia. Ibarat sebuah komputer, anda memiliki pilihan untuk menggunakannya atau tidak untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Misal anda ingin menghitung laporan keuangan. Bukankah menggunakan Microsoft Excel adalah pilihan?Anda bisa kok menggunakan cara manual. Buktinya sebelum komputer ditemukan, bukankah laporan keuangan bisa diselesaikan secara hitungan manual? Lalu pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana cara untuk tidak menggunakan pikiran agar anda terhubung dengan keagungan alam semesta yang disebut Tuhan?

Selama ribuan tahun, leluhur manusia justru telah memahami kinerja kehidupan bahkan jauh sebelum ilmu pengetahuan berkembang maju seperti sekarang. Meditasi adalah teknik yang paling umum untuk melatih tidak berpikir. Dalam meditasi yang benar, manusia dilatih untuk tidak menganalisa apapun. Hanya menyadari keberadaan saja yang dinamakan kesadaran. Banyak yang tidak paham, jika sebenarnya mata kita bukanlah organ untuk melihat, telinga bukan organ untuk mendengar, dan begitu pula tiga organ lainnya. Mata hanya menangkap cahaya. Yang membentuk objek bukanlah mata, melainkan ketika cahaya sampai ke dalam otak, otak pun mengolahnya menjadi bentuk yang kemudian diputar dalam pikiran kita sendiri. Jadilah kita 'seolah melihat benda'. Demikian pula dengan telinga yang menangkap getaran atau vibrasi yang kemudian diolah oleh otak menjadi yang dinamakan bunyi. Sistem ini berlaku untuk semua panca indera. Saya pernah menulis hal ini dalam tulisan terdahulu jika ingin mengetahui sistem lengkapnya. Jadi panca indera hanyalah sensor atau lubang data seperti kabel eksternal hardisk yang menghubungkan data alam semesta yang kemudian diolah oleh otak kita. Demikianlah penjelasan paling mudahnya. Jadi siapa yang menganalisa?mata kah?telinga kah?lidah kah?hidungkah?Bukan. Semua yang anda lihat, dengar, rasa, dan bau adalah hasil kerja otak, bukan panca indera semata. Bisa dibayangkan, semakin anda menggunakan otak untuk berpikir, maka segala sesuatu semakin solid dan berbentuk. Namun bentuk yang dihasilkan bukanlah esensi atau bentuk aslinya. Semakin anda memfokuskan diri pada sesuatu, maka sesuatu itu akan semakin solid. Paling mudah adalah ketika ada berkendara, namun sembari melamun memikirkan urusan kantor yang sebenarnya tidak ada sewaktu anda berkendara. Apakah jalan di depan anda akan terlihat semakin solid?Pasti tidak. Anda terbayang urusan kantor seperti pekerjaan, kertas kertas menumpuk, atasan anda marah marah, yang mana hal itu tidak ada saat anda berkendara di jalan. Semua hanya imajinasi pikiran anda. Semakin anda fokus pada pikiran di kantor, jalan di depan anda semakin kabur. Akibatnya bisa ditebak : kecelakaan. 

Sayangnya banyak orang yang mengaku guru meditasi, justru mengajarkan cara meditasi yang salah. Salah satunya adalah fokus pada sesuatu. Siapa bilang meditasi dilakukan dengan cara fokus pada sesuatu?Contoh banyak yang mengajarkan meditasi fokus pada nafas. Semakin anda fokus  pada nafas, nafas anda akan semakin solid dan anda justru menepiskan hal lainnya selain nafas. Padahal meditasi yang benar justru membuat segala sesuatu yang solid menjadi lebur menjadi asal muasal atau yang disebut sebagai sunyata. Meditasi yang benar adalah hanya menyadari saja, tanpa fokus pada apapun. Saat anda fokus pada sesuatu, di situ justru pikiran menjadi aktif. Padahal meditasi melatih pikiran menjadi tidak aktif. Seperti analogi Microsoft Excel di atas, pikiran bukan berarti tidak ada. Pikiran tetap ada, namun tidak anda gunakan. Anda hanya tetap berada di kesadaran. Mata melihat tanpa menganalisa apa yang anda lihat, seperti bentuknya, namanya, warnanya, dan lain lain. Demikian pula panca indera  yang lain. Yang benar bukanlah fokus pada nafas, melainkan merasakan nafas anda saja. Merasakan udara keluar masuk, tanpa dianalisa. Mengenai teknik meditasi ini juga telah saya tulis di tulisan sebelumnya.

Jadi semakin pikiran anda tidak menganalisa apapun, maka pikiran akan non aktif (bukan berarti tidak ada).Semakin non aktif, maka frekuensi gelombang otak kita akan menurun. Selain itu getaran tubuh kita juga akan menurun. Semakin menurun getarannya, maka anda akan semakin memasuki asal muasal diri anda yang tak terpisah dan menjadi bagian dari sistem besar alam semesta. Jadi...selamat mencoba untuk terhubung dengan diri sejati anda yang sebenarnya bukan tubuh anda, melainkan alam semesta atau jagat ageng atau makro kosmos. Anda adalah alam semesta dan alam semesta adalah anda. Seperti ombak dan air laut. Anda adalah ombak sekaligus air laut....




Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Alam semesta yang anda lihat ibarat dunia yang penuh dengan cermin. Masing masing cermin saling memantulkan antara satu dengan lainnya. Cermin ibarat pikiran anda. Artinya dunia yang anda alami sekarang adalah hasil pantulan dari pikiran masing-masing manusia dan mahluk lainnya. Seperti sudah saya katakan sebelumnya, sebenarnya alam semesta dengan semua materi yang ada pada dasarnya hanya terdiri dari beragam getaran dengan frekuensi yang berbeda-beda. Bahkan masing-masing organ tubuh anda dibentuk dari frekuensi yang berbeda-beda. Analogi sederhananya seperti di atas : semua materi alam semesta adalah cermin antara satu dengan lainnya. 

Anda melihat orang di sebelah anda?Bukan. Orang di sebelah anda hanyalah getaran yang ditangkap oleh otak anda, dan dipancarkan menjadi bentuk materi yang anda kenali sebelumnya. Anda mengenalinya sebagai manusia karena anda sudah kenal dengan bentuk manusia. Jika anda tidak mengenal, maka bentuk bernama manusia tidak akan terbentuk. Anda mengenal gelas karena sebelumnya orang tua kita mengenalkan kepada kita bahwa benda kaca yang berbentuk tabung dengan atasnya berlobang, dan biasanya digunakan untuk minum bernama gelas. Demikian pula orang tua kita juga mengenal gelas karena diberitahu oleh kakek nenek kita, dan seterusnya. Alur ini berakhir pada si pencipta gelas pertama kali yang mengenalkan benda yang berbentuk tabung dengan atasnya berlubang yang ia sebut gelas. Si pencipta itu sebelumnya juga belum mengenal gelas. Saat si pencipta belum mengenal gelas, maka gelas tidak pernah ada di alam semesta. Gelas ada saat si pencipta menggabungkan komponen berupa kaca, dan ia bentuk seperti tabung dengan atasnya berlubang. Artinya, sebelum ada gelas, yang ada hanyalah materi pembentuknya saja. Dan materi pembentuknya lagi-lagi berasal dari alam semesta.

Jika anda memahami analogi gelas tadi, maka anda mungkin bisa memahami bagaimana kehidupan yang kita katakan sebagai realitas itu terbentuk. Anda mengenal saya dari tulisan saya. Bagi anda yang tidak mengenal saya, saya hanyalah kumpulan dari tulisan yang anda baca beserta isinya. Namun bagi anda yang mengenal saya secara langsung, maka bentuk saya akan berubah dari tulisan menjadi manusia biasa seperti manusia lainnya. Namun dari situ, anda bisa membentuk saya sesuai pikiran anda sendiri. Pikiran anda bisa membentuk saya sebagai orang bodoh yang sok spiritualis, bisa juga menganggap saya orang pinter seperti guru, bisa juga anda menganggap saya orang yang sok tahu, bisa juga orang yang keminter alias sok pintar, atau bisa juga orang netral yang hanya ingin berbagi. Semua terserah anda. Tidak ada yang salah dalam pikiran anda untuk membentuk sesuatu. Yang jadi masalah satu : semakin anda menganalisa segala sesuatu hal tentang saya, maka bentuk saya dalam pikiran anda akan semakin solid. Hal ini sama dengan bagaimana cara pikiran kita membentuk materi yang kita namakan sekarang sebagai realitas. Dunia anda pasti berbeda dengan dunia saya, dan itu ditentukan oleh bagaimana pikiran anda memandang segala hal di sekitar anda.

Maka jika segala sesuatu yang anda lihat, dengar, rasakan, baui, sentuh adalah cermin dari pikiran anda, anda akan tahu jika yang dinamakan sunyata adalah ketika semuanya menjadi tidak ada dan berhenti. Tidak ada di sini bukanlah kosong, namun sekaligus isi, bahkan padat. Sunyata tidak bisa diceritakan karena ketika sunyata diceritakan, maka itu adalah produk pikiran. Ketika semua pikiran anda berhenti, di situlah sunyata. Ketika semua produk pikiran berhenti, otomatis dunia anda yang semuanya dibentuk oleh pikiran anda juga akan berhenti. 

Cukup di sini dahulu. Cobalah dipahami dahulu, dirasakan, dan coba dialami. Nanti di lain waktu saya akan mencoba membahasnya lagi, walau sunyata tidak bisa dibahas. Namun paling tidak, harapan saya, ini bisa menjadi petunjuk kecil bagi perjalanan anda mencapai sunyata atau paling tidak sedikit memahami kehidupan dan alam semesta yang sebenarnya bukanlah realitas sesungguhnya..



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Semua orang ingin berbahagia. Adakah satu orang saja yang tidak ingin berbahagia?Masing masing kita pasti ingin berbahagia. Maka apapun tindakan seseorang adalah karena dilandasi ia ingin  berbahagia. Bahkan seorang penjahat pun ketika melakukan kejahatan, dilandasi karena ia ingin membahagiakan dirinya sendiri, atau keluarganya. Silakan di cek, adakah satu pun perbuatan manusia yang dilakukan bukan karena berlandaskan bahwa orang itu ingin berbahagia?

Maka ketika anda menyadari, apapun dilakukan orang lain kepada anda adalah sama dengan anda : karena ingin berbahagia. Namun ada yang caranya benar ada yang kurang tepat dalam tindakannya. Maka ketika dimanapun anda berada dan apapun polah tingkah orang lain yang anda anggap merugikan anda, ingatlah : orang itu sebenarnya hanya ingin berbahagia seperti anda, walaupun caranya salah. Beruntunglah anda yang sadar dan mengetahui.

Maka untuk berlatih, ada empat cara bermeditasi :

1. Sadari bahwa anda ingin berbahagia. Sadari apa yang membuat anda bahagia?

2. Sadari siapapun orang yang anda cintai. Sadari bahwa mereka ingin bahagia. Curahkan kasih sayang dan rasa bahagia anda kepada mereka yang anda cintai dan mencintai anda.

3. Sadari siapapun mereka yang anda benci dan pernah memiliki masalah dengan anda. Mereka dulu melakukan hal tersebut kepada anda, hanya karena ingin berbahagia.Maka curahkan cinta kasih dan berkahi kebahagiaan anda kepada mereka.

4. Sadari semua mahluk yang tidak pernah mengenal anda. Semua mahluk, bahkan seekor semut yang berbaris mengerumuni gelas bekas minuman kopi anda, melakukan semua karena ingin berbahagia. Maka curahkan cinta kasih anda kepada semua mahluk dan berkahi semua mahluk dengan kebahagiaan anda.

Setelah empat langkah tersebut, lalu anda bisa kembali membuka mata. Selamat, anda telah berlatih untuk mengatasi ego anda. Terus latih hingga ego anda bisa anda tekan sekecil kecilnya.



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Ada dua realitas, yakni realitas semu dan realitas sejati. Realitas semu sendiri juga ada dua, yakni realitas materi dan realitas pikiran.

Realitas materi adalah keberadaan materi yang ada di alam semesta. Sementara realitas pikiran adalah realitas yang dihasilkan oleh pikiran. Mengapa keduanya dinamakan realitas semu? Karena keduanya memang benar benar bukan realitas sebenarnya. Materi adalah bentukan dari hukum-hukum semesta seperti energi, getaran dan frekuensi yang memadat dan seolah membentuk materi. Jika materi ini kita selidiki, maka pada titik tertentu, tidak ada satupun materi yang solid. Semuanya adalah hasil bentukan dari materi halus yang tak bisa kita capai dengan panca indera. Materi adalah kumpulan dari elemen elemen pembentuknya. Demikian pula dengan realitas pikiran. Realitas ini hanya dibentuk oleh kinerja pikiran dan memori kita. 

Jika anda bingung, cobalah ambil sebuah gelas. Pandanglah gelas itu, maka anda akan melihat bentuk materi yang seolah olah nyata. Namun jika kita belah belah lagi, gelas itu sendiri hanyalah sebutan dari bentuk yang anda lihat. Bentuk gelas itupun merupakan bentukan dari materi materi seperti kaca, warna, dan materi pembentuk-pembentuknya. Jika ditelusuri lagi, kaca juga merupakan bentukan dari materi materi yang lebih kecil. Ketika anda terus menyelidiki lebih dalam, anda akan menemukan ketiadaan dari bentuk gelas itu. Setelah bentuk gelas anda pandangi, selanjutnya tutup mata anda. Apakah bentuk gelas itu masih ada?Secara materi bentuknya tidak ada, namun bentuk itu berubah menjadi bayangan bentuk materi yang anda lihat tadi. Bentuk itu ada di pikiran anda, memori anda. Gelas itu ada di pikiran anda, namun gelas itupun sebenarnya tidak ada. 

Itulah mengapa keduanya dinamakan realitas semu. Bentuknya ada dan bisa anda temukan dengan panca indera dan pikiran anda. Namun bentuk itu sebenarnya tidak pernah ada ketika kita menyelami makna sebenarnya dari materi dan pikiran yang dinamakan gelas. Demikianlah kehidupan anda. Apa yang anda alami saat ini adalah realitas semu. Anda seperti melihat sebuah set panggung sandiwara. Di panggung sandiwara anda bisa melihat set panggung berbentuk kamar, taman, ruang tamu dan sebagainya. Namun itu bukan kamar, taman, atau ruang tamu sebenarnya, karena hanya dibangun untuk mendukung cerita drama yang dipentaskan. Kamar, taman, ruang tamu yang sebenarnya bukan itu. Namun apakah kamar, ruang tamu, atau taman itu tidak ada?Tidak! Semua ada. Semua realitas, namun bukan realitas sebenarnya atau realitas yang sejati. Namun apakah kita menolak realitas semu?Tidak! Realitas itu kita perlukan untuk kehidupan kita. Namun anda harus terus terjaga dalam kesadaran untuk mengetahui bahwa semuanya sebenarnya hanyalah set panggung yang tidak nyata...

Namun rata rata manusia tidak tahu jika mereka telah tergilas oleh realitas semu. Pikiran manusia ibarat smartphone multitasking. Sekali pencet bisa menggunakan dua aplikasi, yakni panca indera dan pikiran. Namun karena layarnya cuma satu, otomatis anda harus bergantian mengaktifkan kedua aplikasi tersebut. Coba anda berkendara di jalan raya. Anda akan mengaktifkan aplikasi panca indera untuk melihat kondisi jalanan. Namun kadang tanpa sadar, anda mensplit aplikasi panca indera ke aplikasi pikiran yang merealisasikan kondisi kantor anda tadi atau masalah di rumah anda yang akan anda temui nanti sepulang dari bekerja. Aplikasi yang anda aktifkan itulah yang akan mewujud menjadi realitas semu.



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Seorang murid mengatakan kepada gurunya jika ia memutuskan untuk menyendiri dan bermeditasi di sebuah pulau terpencil di tengah lautan. Ia ingin fokus untuk secepat mungkin mengalami pencerahan dan merealisasikan sunyata. Sang guru pun mengijinkan muridnya untuk mewujudkan keinginannya. Jadilah sang murid bermeditasi di tengah kesunyian di sebuah pulau yang tidak dihuni satupun manusia. Secara berkala sang guru menyuruh seorang murid lain untuk mengantarkan makanan dan kebutuhan sang murid di pulau tersebut.

Tak terasa empat tahun telah berlalu. Suatu hari si murid bahagia bukan kepalang karena telah mendapatkan pencerahan dan berhasil merealisasikan sunyata. Betapa gembiranya ia. Dan ketika murid utusan gurunya datang membawa bahan makanan, murid tercerahkan itupun menitipkan pesan kepada gurunya akan pencapaiannya memperoleh pencerahan dan telah merealisasi sunyata. Pesan itupun disampaikan kepada sang guru. Dan sang guru kemudian mengirimkan pesan balasan dalam secarik kertas kepada si murid. Alangkah senangnya si murid menerima pesan balasan sang guru. Ia membayangkan gurunya tersenyum bahagia dan senang dengan pencapaian dirinya. Namun ketika membuka pesan balasan sang guru, ia hanya menemukan sebuah kata, "Goblok!". Alangkah terkejut dan kecewanya sang murid menerima pesan sang guru. Ia pun berpikir mungkin karena sudah tua, guru kurang paham dalam menerima pesannya. Ia pun kembali menitipkan pesan yang sama kepada gurunya melalui murid yang membawa makanan. Pesan balasan kedua datang dari gurunya melalui secarik kertas. Ketika dibuka, lagi lagi isinya, "Goblok!". Ia pun mulai heran dengan balasan gurunya dan menitipkan pesan ketiga kepada gurunya. Lagi lagi jawaban yang didapatnya adalah secarik kertas dengan tulisan, "Goblok!". 

Naik pitamlah si murid mendapati tiga pesan gurunya. "Dasar guru bodoh. Tidakkah ia paham betapa besar pencapaiannya selama bermeditasi dengan kekhusyukan selama empat tahun ini? Mengapa guru justru meremehkannya?". Dengan amarah, ia pun bergegas menyeberang laut menuju daratan dan menemui gurunya sendiri serta mengklarifikasi pesan balasan dari gurunya. 

Ketika di depan gurunya, sang murid marah dan membanting tiga kertas balasan berisi kata "Goblok" di depan sang guru.

Sang guru terkekeh dan berkata, "Benar bukan apa yang aku bilang?Goblok adalah satu kalimat yang menggambarkan dirimu saat ini. Kamu berkata telah mencapai pencerahan dan merealisasi sunyata, namun pencerahanmu dan sunyatamu dikalahkan hanya dengan satu kata " Goblok". Dan lebih gobloknya lagi, kamu memilih meninggalkan meditasi serta kesunyianmu dan buru-buru menyeberang lautan hanya untuk sebuah kata 'Goblok'...."

Menyesal-lah sang murid. Ternyata ia masih jauh dari pencerahan apalagi merealisasi sunyata....



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Saya pernah bertemu dan berbincang dengan seorang teman yang memilih jalan hidup sebagai samanera atau calon Bikkhu. Pada sebuah sesi saya bertanya, "Dulu pernah ada patung Buddha di daerah Sumatera Utara yang dihancurkan karena tuntutan oknum yang menyebut dirinya laskar anu. Lalu mengapa orang Buddha menuruti saja dan menghancurkan patung tersebut?Apa takut karena umat Buddha adalah minoritas?"

Sahabat saya tersenyum. Patung itu dirobohkan bukan karena rasa takut. Namun itu hanyalah patung. Bukan Buddha yang sebenarnya. Itu hanya simbol saja. Segala sesuatu yang masih bisa rusak, hancur, terbakar, tenggelam, atau bahkan mati bukanlah Buddha. Jika karena merobohkan patung itu membuat orang lain berbahagia karena bisa beribadah menurut kepercayaannya, maka tidak apa apa kan dirobohkan?" 

Lain hari...

Sebuah gereja Katolik bernama Santa Ludwina yang berada tak jauh dari rumah saya, diserang oleh seorang fanatis radikal. Seorang pastor yang sedang memimpin ibadah dibacok oleh si fanatis.Tak hanya itu, teroris tunggal yang biasa disebut "lonesome wolf" itu juga merusak patung Yesus yang ada di altar gereja dengan parang yang dia gunakan untuk membacok Pastor. Untung sang Pastor selamat dan si penyerang ditangkap ramai ramai oleh umat yang masih bertahan di gereja. Ketika liputan peristiwa memilukan sekaligus memalukan itu selesai, saya pun mulai santai dan ngopi bersama dengan tetangga saya yang kebetulan menjadi pengurus gereja. Tiba tiba ia tertawa terbahak-bahak. Saya heran dan bertanya, "Lha kok tiba tiba tertawa. Apa yang lucu?". 

Setelah selesai terbahak ia bercerita.

"Teroris tunggal tadi setelah melukai Pastor, ia langsung lari menuju patung Yesus yang ada di altar. Ia membacokkan parangnya dan merusak patung yang terbuat dari keramik tersebut. Ia bangga sekali telah merusak 'Tuhan kami'.

"Lalu apa yang lucu?" tanya saya heran.

Karena yang ia rusak adalah patung Yesus. Setelah mengira misinya berhasil dengan merusak 'Tuhan kami', iapun tertangkap dan dipukuli oleh umat yang emosi. Namun untung dia diselamatkan oleh salah seorang umat yang melihat orang itu sudah tidak berdaya. Jika ia tahu, paling lama seminggu patung yang baru bisa kami beli dan tempatkan di tempat yang sama, mungkin teroris itu pingsan!" Kata teman saya sambil tertawa. Saya pun terpingkal mendengar ceritanya. Dan benar, bahkan hanya 3 hari kemudian patung yang baru dan lebih bagus pun sudah terpasang di altar gereja.

Saya jadi teringat ketika suatu hari liputan ke kantor pusat PB NU di Kramat Raya Jakarta. Saat itu kami bertemu seorang kyai besar yang sangat saya hormati. Dalam satu sesi setelah selesai wawancara dan bercerita ngalor ngidul, beliau berkata, "Kitab suci itu kan hanya buku. Ketika kitab itu dibakar, apakah isinya lenyap bersama abu?Besok pagi kamu beli yang baru, isinya masih sama. Jadi yang terbakar itu bukan kitabnya, melainkan egomu yang sedang membakar dirimu. Hal itu sama dengan mereka yang membakar kitab suci. Yang mereka bakar bukanlah kitab, namun ego lah yang sedang membakar dirinya. Kedua pihak baik yang membakar dan merasa dibakar, tidak mengenal kebijaksanaan karena dua duanya sedang terbakar..."



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Seorang teman lama yang baru saja bertemu dengan saya, menceritakan kisah hidupnya yang rumit dan penuh masalah. Ia sekarang sedang belajar meditasi di sebuah biara. Ketika saya bertanya mengapa ia meninggalkan kehidupan gemerlap dan memilih di jalan sunyi. Ia menjawab dengan singkat..: "Aku ingin menyederhanakan hidup. Karena hidup yang sederhana akan jauh dari masalah.."

Lalu seperti apakah hidup yang sederhana itu?Dari pengalaman hidup yang saya jalani, hidup sederhana bukan lantas anda menjadi malas, pasif, atau menghindari segala hal karena takut bertemu masalah. Hidup yang sederhana adalah hidup normal apa adanya. Yang dimaksud sederhana adalah sederhananya pikiran kita. Mayoritas manusia di planet Bumi menganggap hidupnya rumit. Padahal bukan hidup yang rumit, melainkan pikiran kitalah yang rumit. Pikiran adalah hasil kinerja dari otak manusia.

Dalam penyelidikan saya terhadap diri saya sendiri, fungsi otak ada 2 :

1. Pusat komando tubuh

2. Pusat data dan analisa (pikiran)

Otak sebagai pusat komando tubuh adalah fungsi otak yang menjadi pusat kendali timbal balik dari semua blok atau bagian organ tubuh. Sementara fungsi otak juga sekaligus sebagai pusat data dan analisa (pikiran). Disini fungsi otak manusia adalah 

1. Sebagai memori atau penyimpan data. Kapasitas besaran data dan durasi penyimpanan data dipengaruhi berdasarkan tingkat emosi seseorang ketika data itu dibuat.Contoh anda pernah kehilangan orang yang anda cintai. Semakin anda sedih, maka kapasitas data yang anda simpan akan semakin besar. Tentu hal ini juga akan memakan energi yang sangat besar untuk media penyimpanannya. Semakin besar emosi yang anda masukkan, maka durasi penyimpanannya juga akan semakin lama. Itulah mengapa banyak manusia stress dan menjadi sakit akibat trauma atau terintimidasi oleh peristiwa kesedihan di masa lalu. Namun sebaliknya, semakin kecil emosi yang menyertai sebuah peristiwa yang anda alami, maka kapasitas penyimpanannya pun akan semakin kecil, yang otomatis juga tidak memakan banyak energi saat memori itu disimpan. Memori seperti ini biasanya adalah peristiwa peristiwa kecil dalam hidup anda, yang tidak lagi anda ingat. Selain itu, memori juga terkait dengan identitas segala sesuatu yang anda simpan sebagai data pengetahuan, contoh adalah identitas seseorang yang anda kenal dari mulai nama hingga sifat dan perbuatan yang dilakukan orang tersebut. 

2. Lalu fungsi kedua adalah fungsi analitis.

Fungsi ini membuat pikiran sebagai benteng perlindungan dari bahaya dan sekaligus pengolah data untuk menganalisa respon terhadap lingkungan luar. Jika memori lebih cenderung menganalisa masa lalu, maka fungsi analitis lebih cenderung terkait dengan masa depan. Misal saat berkendara, anda melihat ada mobil di sisi yang berseberangan dengan jalur anda, berjalan terlalu ke tengah jalan. Maka fungsi analitis dalam sekian detik akan mengatakan kepada anda akan adanya bahaya jika mobil itu bisa bertabrakan dengan anda. Fungsi inilah yang kemudian dinamakan ego.

Namun jangan salah, semua fungsi di atas tidak berdiri sendiri, melainkan saling terkait. Contoh kasusnya adalah ketika anda berjumpa seorang teman lama di suatu tempat. Saat berjumpa, maka fungsi memori akan langsung mengakses data yang anda simpan tentang teman anda tersebut dari mulai nama, perjumpaan terakhir dengan teman tersebut, sifat, perilaku dan lain sebagainya. Apalagi jika anda pernah sakit hati dengan teman anda tersebut. Maka fungsi otak memori akan menyampaikan pesan kepada fungsi pusat kendali tubuh untuk menarik memori emosional tersebut menjadi perintah kimiawi yang menghasilkan respon kinetik, berupa jantung berdebar keras yang mengakibatkan aliran darah menjadi semakin cepat, dan membuat suhu tubuh memanas. Itulah yang kemudian dinamakan marah atau jengkel ketika anda kembali melihat teman tersebut. Jika teman tersebut dahulu senang berhutang tanpa membayar, maka selanjutnya pikiran analitis akan berjalan. Anda akan menganalisa kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi saat anda bertemu kembali dengan teman anda. Inilah yang memproduksi rasa takut dan khawatir. Lalu munculah kalimat di pikiran anda, "Jangan jangan dia mau pinjam duit lagi..". 

Kalimat itu adalah hasil dari analisa yang berfungsi mengantisipasi apa yang akan terjadi. Maka ketika emosi tercipta, anda kemudian juga akan mengaktifkan fungsi analitis yang menimbang apa yang harus anda lakukan ketika anda bertemu dengan orang tersebut. Dan yang istimewa, semua fungsi tersebut akan berjalan simultan saling terkait selama sepersekian detik saja.

Namun jangan salah, semua fungsi tersebut sebenarnya hanya berguna bagi tubuh manusia untuk bertahan hidup di planet Bumi, sekaligus membangun peradaban maju seperti sekarang. Namu ketika fungsi itu tidak kita gunakan pada tempatnya, fungsi fungsi terutama pikiran tadi akan menghabiskan energi anda. Mengapa?Karena konsumsi energi yang digunakan otak sangat besar. Saat tidur saja, otak akan mengonsumsi 25% dari seluruh energi yang dimiliki tubuh, apalagi jika saat fungsi fungsi tersebut digunakan. Akibatnya energi anda akan habis. Ketika energi habis, maka fungsi fungsi tubuh lain seperti anti body, regenerasi sel, dan lain lain akan kekurangan energi. Akibatnya anda akan mudah jatuh sakit. 

Hidup sederhana seperti yang dikatakan teman saya di atas, adalah bagaimana kita menjalani kehidupan dengan cara menggunakan fungsi otak yang berhubungan dengan pikiran, hanya pada saat di butuhkan saja. Anda memiliki opsi atau pilihan untuk tidak menggunakan fungsi fungsi di atas. Fungsi pikiran tetap ada, namun tidak selalu anda gunakan. Ini juga jangan disalah artikan dengan 'tidak mau mikir atau tidak punya pikiran'. Apa yang saya bahas adalah cara untuk menggunakan pikiran pada saatnya. Dengan sadar anda tahu kapan harus berpikir dan kapan anda menetralisir pikiran anda.

Caranya : berlatih meditasi, lalu berlatih mengenali pikiran, dan akhirnya menetralisir fungsi pikiran. Ketika saya melakukan hal itu, saya menjumpai  ketenangan dan kesederhanaan yang luar biasa dalam kehidupan. Jadi bagi saya tidak ada yang namanya iblis pembisik yang ingin menjerumuskan kita ke neraka. Semua murni kinerja pikiran kita.



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Setiap orang sedang bermain sendiri sendiri dengan 'kendaraannya' masing-masing yang bernama tubuh manusia. Hidup kita masing-masing adalah untuk diri kita masing masing. Apa yang kita jalani adalah takdir kita masing masing  Tidak ada misi bersama-sama. Semua misi kehidupan adalah personal. Tidak ada kaitan dengan orang lain atau mahluk lain. Sehingga setiap jengkal kehidupan kita masing-masing dan apa yang kita lakukan, seharusnya tidak memiliki urusan dengan orang lain.

Namun kita kebetulan berada di tempat yang sama : planet Bumi yang sempit dan serba terbatas. Namun semua tersedia dengan 'cukup' untuk memenuhi kebutuhan agar tetap hidup. Jika setiap mahluk mengambil porsinya masing masing sesuai kebutuhan, harusnya tidak ada masalah. Namun sayang, hanya manusia yang terlalu khawatir jika dirinya tidak kebagian segala hal yang menjadi kebutuhan hidupnya. Hanya manusia. Satwa dan tumbuhan selalu mengambil porsi secukupnya. Tidak ada yang terlalu kenyang, sehingga tidak ada yang kelaparan karena kehabisan makanan. Namun semua menjadi berbeda ketika senjata utama manusia, yakni otak besarnya dibanding senjata mahluk lain, mengkreasikan mode bertahan hidup berlebihan yang disebut ego. Ego adalah senjata utama manusia untuk bertahan hidup, sekaligus kendaraan tempur untuk menjajah mahluk lain dan sesama manusia. Ketika masing-masing manusia memiliki ego yang berlebihan, maka ia tidak lagi hidup secukupnya. Porsi yang tadinya cukup untuk hidup bersama pun ingin dikuasainya sendiri, untuk melawan ketakutannya akan sesuatu, yang ia ciptakan dalam pikirannya : masa depan.

Lalu manusiapun lupa bahwa hidupnya adalah kodrat pribadinya  Ia hanya diminta untuk hidup, mengambil kebutuhan yang disediakan secukupnya karena ia harus berbagi dengan mahluk dan manusia lain, lalu mati. "Saya tidak punya urusan dengan hidupmu, karena hidupmu adalah sebuah urusan personal dirimu. Namun karena kita berada di tempat yang sama, maka mari kita berbagi, agar tugas kita hidup menjadi sama sama lancar sampai giliran kita mati". Seharusnya begitu.

Namun ego yang berlebihan membuat manusia menjadi serakah dan ingin saling mengalahkan. Otak yang harusnya hanya ia gunakan untuk senjata ketika bertahan hidup, ia gunakan untuk menambah kesenangannya. Lalu muncul lah peradaban manusia dimana manusia bekerja sama demi ego agar ia menjadi lebih senang, agar manusia bisa mengalokasikan energi yang lebih sedikit untuk bekerja atau bergerak, dan menjamin ketakutannya tidak terjadi. Lalu terciptalah teknologi.

Namun ternyata hal itu tidak pernah menjadi solusi bagi ketakutan, yang lagi lagi menjadi senjata alamiah tubuh manusia yang lemah untuk bisa bertahan hidup di planet Bumi. Semakin banyak ia berpikir, maka ketakutan manusia semakin besar. Apapun yang ia temui, pikirannya menganalisa. Otak pun digunakan sepanjang waktu, tidak lagi ketika ia dalam kondisi terancam dan bertahan hidup. Namun otak manusia tidak seperti gading gajah atau cakar harimau yang tidak perlu energi besar untuk menggunakan dan merawatnya. Otak manusia adalah konsumer energi terbesar dari tubuh manusia. Ketika tidur saja, 25℅ energi manusia dialokasikan ke otak, apalagi ketika otak terus menerus digunakan. Akibatnya tubuh manusia kekurangan energi. Sistem sistem kekebalan tubuh, sistem pencernaan, sistem peredaran darah pun bekerja dengan energi yang tak memadai. Akibatnya kinerjanya menjadi minimal, dan satu persatu organ tubuh manusia menjadi rusak. Lalu banyak manusia mati cepat, saat ketakutan akan masa depannya belum juga terjadi.

Kehidupan, selalu lebih sederhana dari analisa pikiran manusia yang begitu rumit. Semua sebenarnya netral karena hidup masing masing mahluk adalah untuk dirinya sendiri. Ketika manusia menempatkan kembali otak yang berpikir pada kodrat awal dan porsinya, maka pikiran manusia akan menjadi sistem yang berguna bagi kemajuan kehidupan bersama-sama di planet Bumi yang sempit. Namun ketika otak dan pikiran digunakan sepanjang waktu, akibatnya setiap individu akan selalu berpikir bahwa segala sesuatu yang ia temui adalah sebuah ancaman. Apalagi manusia kemudian menciptakan sistem sistem sosial dari mulai derajad, pangkat, materi, pendidikan, hingga agama yang membuat pikiran terus menganggap segala ssesuatu adalah pesaing dan ancaman. Bahkan hanya karena berpapasan di jalan dan saling bertatap mata pun, membuat manusia berada dalam analisa analisa yang hanya ada di pikirannya. Lalu muncul pikiran "orang itu ingin mengajak berkelahi" atau jika yang saling bertatap mata pria dan wanita, maka yang muncul adalah "orang ini cantik sekali dan menyukai saya..". Dan selanjutnya beragam kejadian terjadi mengikutinya  : berkelahi di jalan, atau jatuh cinta dan berumah tangga. Semua adalah pilihan tindakan yang dipilih satu individu hasil dari analisa pikirannya. Padahal awalnya sederhana, saling bertatap mata yang bisa jadi sengaja atau tidak sengaja. Hidup dalam satu tempat yang sama lumrah saling bertatap mata, karena itulah tugas mata : menangkap segala hal di depan tubuh manusia. Yang ribet adalah otak yang menganalisa tatapan mata menjadi beragam pertimbangan yang hanya ada di kepala manusia, dan menentukan apa tindakan berikutnya. Salah satu analisanya adalah ancaman terhadap eksistensi identitasnya yang semu. 

Namun bagi mereka yang telah terbangun dari habit over thinking, akan melihat manusia lain yang masih terus tertidur dalam ketidaktahuan, dengan cara berbeda. Mereka yang tidak tahu seperti anak anak kecil nakal yang hanya ingin bermain. Ketika bermain mereka mungkin mencubit, menendang, melempar, atau memaki kita. Namun apapun yang dilakukan anak anak adalah ketidaktahuan. Tidak ada amarah, karena manusia manusia yang telah terbangun dalam kesadaran tahu, mereka hanya anak-anak nakal yang ingin bermain..



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Ada seorang perompak yang bermimpi suatu hari bisa berhenti menjadi perompak dan hidup dengan baik. Namun hari demi hari ia justru terus merompak dan tidak berusaha mewujudkan mimpinya. Lalu seorang bijak bertanya, "Mengapa kamu justru berhenti berusaha mewujudkan mimpimu untuk berhenti merompak dan menjadi orang baik?"

Sang perompak berkata, "Kalau aku berusaha dan  berhasil mewujudkan mimpiku menjadi orang baik, setelah itu apa yang aku lakukan setelah mimpiku terwujud? Haruskan aku memimpikan hal lainnya?Ketika aku berhasil menciptakan mimpiku menjadi orang baik, pikiranku akan menciptakan mimpi selanjutnya untuk menjadi orang suci. Mungkin setelah menjadi orang suci, aku akan bermimpi menjadi Dewa. Dan aku tidak akan pernah berhenti bermimpi. Mimpi akan selalu tumbuh seperti biji kenikir yang jatuh ke tanah dan menumbuhkan kenikir baru. Lalu kapan aku "hidup" jika aku selalu bermimpi?Lebih baik aku hidup dengan apa diriku sekarang dan berhenti bermimpi. Jika suatu hari alam semesta menghendakiku berhenti merompak dan kemudian menjadi orang baik, maka biarkan itu terjadi apa adanya.Tidak perlu aku memimpikannya".



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Otak manusia seperti handphone multitasking yang hanya bisa mengarahkan perhatian pada satu titik fokus. Walau ada sejumlah aplikasi yg aktif bersamaan, namun hanya satu aplikasi saja yang benar benar aktif, sementara lainnya pasif. Begitulah manusia menciptakan realitas. Seperti tuning gelombang radio. Jika frekuensinya pas, maka suara stasiun radio akan terdengar jernih. Namun jika meleset sedikit saja, maka noise nya akan terdengar. 

Panca indera hanya sensor tubuh untuk menangkap sumber dari luar yang berupa cahaya (mata), getaran dan vibrasi (telinga, kulit, lidah), dan energi (hidung). Selama ini manusia mengira jika panca indera menangkap bentuk materi, namun sebenarnya bentuk materi diciptakan oleh otak kita dari bahan input yang ditangkap panca indera. Lalu bentuk itu pun eksis di dalam pikiran kita. Persamaan paling mudah adalah persamaan sistem mata dengan sistem kamera. Lensa kamera hanya menangkap cahaya, yang kemudian oleh prosesor dibentuk menjadi ribuan titik titik yang membentuk citra atau visual. Bedanya jika visual hasil dari kamera di putar di perangkat berbeda seperti tv atau gadget, visual hasil olah mata diputar di dalam otak kita sendiri sehingga kita seolah olah sedang melihat benda atau materi. Dan menariknya keduanya sama sama memiliki delay, yakni proses dari mulai lensa/mata manangkap cahaya hingga prosesor/otak membentuk materi. Artinya realitas yang kita tangkap dan kita putar (lihat) sebenarnya selisih seper sekian ribu detik. Itu  berarti yang kita lihat sebenarnya hanyalah rekaman. Realitas sebenarnya telah berlalu. Namun karena selesihnya sangat tipis seolah olah apa yang kita lihat adalah realitas yang sedang terjadi. Ini sama seperti bintang yang jaraknya seribu tahun cahaya dari Bumi. Bintang yang kita lihat adalah bintang seribu tahun silam (jarak perjalanan cahaya dari bintang tersebut sampai ke mata kita). Artinya bintang itu sekarang bisa jadi sudah tidak ada di lokasi yang kita lihat atau bahkan telah lenyap.

Dalam menciptakan bentuk materi, otak manusia harus memfokuskan pada satu objek saja, yang disebut konsentrasi atau perhatian. Contoh ketika melihat tanaman, kita tidak akan melihat tanaman secara utuh (fokus). Walau kita melihat satu tanaman utuh, namun otak hanya akan fokus pada satu daun, tangkai, atau bunga. Selain itu akan outfokus. Itulah mengapa ketika kita melamun di jalan saat mengendarai kendaraan, adalah kondisi ketidakselarasan ketika otak kita bekerja di tempat lain, sementara tubuh sedang mengendarai motor. Karena otak bekerja tidak selaras dengan apa yang sedang dilakukan tubuh yang sedang berkendara, akibatnya visual di depan kita menjadi outfocus. Fokus kita ada pada sesuatu yang kita pikirkan atau perhatikan di dalam otak kita, bukan jalan yang ada di depan kita. Bisa dikatakan jalan di depan kita tidak terbentuk secara realitas walau tubuh kita mengalaminya. Itulah mengapa meditasi mengajarkan manusia untuk menyelaraskan otak (pikiran) dan tubuh. Ketika otak dan tubuh selaras, maka itulah yang disebut kesadaran (dasar).

Dalam penelitian fisika quantum, elektron, proton dan neutron adalah energi pembentuk partikel atau materi. Elektron adalah ruang kosong atau biasa disebut dark matter yang menjadi landasan pembentuk materi. Elektron tidak akan terbentuk jika tidak diberi perhatian/fokus. Ia ada dimana saja dalam bentuk bidang energi yang maha luas tak terbatas. Ketika kita ingin memperhatikan elektron muncul di satu titik, barulah elektron akan terbentuk di titik tersebut. Hal ini lah yang menjadi dasar hukum terbentuknya materi, ruang, dan waktu. Artinya masa depan akan tercipta dimana pikiran kita memberikan perhatian. Perhatian di sini tidak hanya berupa fokus pikiran, namun juga rasa dalam kesadaran penuh yang dinamakan keyakinan.

Pada gambar di bawah ini, sebenarnya setiap persimpangan garis ada sebuah titik. Namun otak manusia tidak akan bisa melihat seluruh titik dalam waktu bersamaan. Otak hanya mampu melihat satu titik saja alias satu titik saja yang terbentuk menjadi realitas. Hal membuktikan bahwa otak manusia hanya bisa memperhatikan satu fokus perhatian saja. Dengan itulah materi alam semesta terbentuk di pikiran setiap manusia. Dan kurang lebih seperti itulah elektron terbentuk. Dan seperti itu pula materi, ruang, dan waktu terbentuk.



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

 Dalam sebuah diskusi, seseorang bertanya, "Mengapa banyak ajaran yang mengajarkan agar kita kembali menjadi anak kecil?Bukankah ajaran manapun selalu muncul simbol anak kecil?Lantas buat apa kita belajar capek-capek jika nantinya dikembalikan lagi menjadi seorang anak kecil?"

                            ----------------------

Pertama anak kecil adalah simbol kepolosan dan kebahagian, apalagi seorang bayi. Bayi hanya menggunakan instingnya saja untuk mencari susu ibunya. Tidak ada satupun yang ia pikirkan, olah, timbang, dan analisa seperti yang dilakukan oleh orang dewasa. Karena itulah bayi menjadi polos, karena otaknya belum diisi memori dari pengalaman kehidupannya. Ia hanya membawa DNA sifat dari orang tua dan leluhurnya. Lalu ketika sang bayi beranjak besar, ia mendapat satu persatu masukan ilmu pengetahuan dari orang tuanya. Iapun dikenalkan dengan pemisahan pemisahan dan dualitas, seperti bapak dan ibunya, nama nama benda sederhana, hingga bagaimana belajar berjalan. Semakin beranjak dewasa, maka memori yang ditanamkan di otaknya semakin banyak dan kompleks. Di situlah memori otak dan memori DNA nya mulai berkolaborasi, sehingga ia pun mulai memiliki keinginan dan sifat-sifat bawaannya pun mulai muncul. Pada fase anak kecil, keinginan manusia masih sangat sederhana, karena pikirannya pun masih sederhana. Ia hanya memiliki keinginan untuk bermain dan bersenang-senang. Lalu dimana adanya ego? Ego sudah ada semenjak manusia di dalam kandungan. Ego adalah sistem pertahanan hidup seorang manusia. Namun di usia bayi hingga anak-anak, ego pun bekerja seiring keinginan dan pikirannya yang sederhana. Mengapa? Karena lingkungan yang masih terbatas, orang-orang yang ditemui pun terbatas. Selain itu ia hanya tahu makan saja, tidak tahu bagaimana cara mencari makan.

Semakin beranjak remaja hingga dewasa, memori otak pun diisi semakin banyak data yang berasal dari pengalaman-pengalaman dan ajaran-ajaran yang ia terima dari orang lain. Otomatis jaringan sistem otak sudah mulai membentuk pola. Ia mulai mengetahui banyak hal. Mengetahui banyak hal otomatis membuat daya analitisnya bertambah canggih. Semakin banyak data yang ia simpan, semakin rumit pula kemampuan analitisnya. Selain itu kemampuan analitis ini juga semakin sering digunakan, bahkan setiap waktu. Mengapa? Karena data di memori otaknya semakin berlimpah, sehingga ibarat sebuah koki, ketika anda memiliki bahan makanan tak terbatas, maka semakin banyak pula masakan yang ingin anda buat. Anda justru menjadi bingung, mau masak apa dengan bahan sebanyak itu. Berbeda dengan ketika anda hanya memiliki sedikit bahan. Anda tidak punya banyak pilihan untuk memasak apa tentunya. Sama dengan pikiran. Semakin banyak bahan, yakni memori di otak, yang anda miliki, otomatis daya analistis anda bertambah banyak dan canggih karena banyaknya bahan yang anda miliki. Namun sama dengan koki tadi, anda justru akan terlalu banyak berpikir sehingga pikiran yang harusnya hanya anda gunakan untuk perangkat bertahan hidup, anda gunakan untuk semua hal dan setiap waktu!! 

"Lalu jika begitu, bukankan lebih baik tidak mengajarkan apa apa kepada bayi sehingga ia akan terus polos seperti adanya?"

Tidak juga begitu. Bahkan anak harimau dan elang pun diajarkan induknya untuk berburu mencari makan. Maka demikian pula anak manusia. Ia harus diajarkan cara untuk mencari makan dan tidak tergantung pada induknya. Namun anda harus tahu, jika manusia dasarnya sama dengan hewan. Ia akan memakan makanannya sendiri sampa kenyang, dan tidak akan berbagi walaupun makanan tersebut masih sisa saat ia kenyang. Manusia juga sama, di mana tidak ada manusia yang mau berbagi makanannya dengan manusia lain walaupun makanan itu masih tersisa. Keinginan manusia untuk hidup lebih nyaman juga membuat manusia hidup kolektif, untuk mencari makan bersama sama, dan memudahkan kehidupan mereka. Kemajuan pikiran manusia akhirnya membentuk komunitas. strata sosial, pekerjaan, dan sistem hidup bekerja bersama yang membuat manusia manusia menjadi lebih mudah mencari makan.  Artinya tidak semua manusia harus menanam padi, atau mencari air sendiri, namun sebagian saja manusia yang menanam padi, sementara yang lainnya bertugas menjualkan padi kepada manusia lain yang membutuhkan atau mengatur jatah air untuk semua manusia yang membutuhkan air. Manusia lain mungkin akan membuat traktor, membuat baju, mengolah makanan, bahkan mengelola jual beli dan mengelola benda kesepakatan seluruh dunia yang bernama uang (disebut perbankan). Akibatnya hidup manusia semakin mudah untuk mencari makan. Namun semua kerjasama itu memiliki konsekuensi, yakni seorang manusia harus bisa berperan apa dalam kerjasama tersebut agar bisa mendapat makanan. Membuat traktor kah, membantu menyalurkan beras kepada manusia lain yang membutuhkan, atau peran lainnya? 

Agar dapat berperan dalam sistem yang dibuat manusia sendiri, manusia membutuhkan spesialisasi keterampilan. Lalu manusia pun mengajarkan kepada anaknya keterampilan keterampilan tersebut. Saat keterampilan tersebut semakin kompleks, maka kemudian manusia menciptakan sekolah yang berjenjang hingga akhirnya manusia yang telah selesai belajar di sekolah tersebut, dapat mengambil peran dalam satu titik kecil bernama pekerjaan dalam rantai sistem kehidupan manusia. 

Namun saat data dalam memori sudah sangat banyak, dan otak pun memiliki kecanggihan analisa, manusia justru semakin tenggelam dalam sifat dasar hewaninya : bertahan hidup dan menganggap bahwa semua yang diciptakannya nyata. Manusia menjadi semakin menderita akibat sistem kehidupan yang diciptakannya. Jika leluhur manusia bertahan hidup dari hewan pemangsa atau cuaca ekstrem, di masa modern hewan pemangsa dan cuaca ekstrem itu sudah tidak lagi menjadi musuh manusia. Musuh manusia berganti menjadi sesama manusia. Hewan pemangsa cuaca ekstrem tersebut menjelma menjadi atasan anda, teman kerja anda, tetangga anda, hingga mungkin orang tua, istri, dan anak anda. Pada dasarnya bukan salah sistem yang diciptakan, namun karena satu hal dasar : semua memperebutkan makanan. Manusia menjadi hidup dalam ilusi pikirannya sendiri dan tidak bisa membedakan mana realitas dan mana bayangan. Pada dasarnya makanan ini hanya menjadi dasar masalah saja, dan menjadi masalah berantai bagi manusia, akibat sistem kehidupan yang diciptakan manusia sendiri. Manusia menjadi ketakutan akan ilusi pikirannya sendiri. Karena takut tidak bisa makan, lantas manusia berusaha menjamin agar di kemudian hari ia tak lagi kelaparan. Akibatnya manusia harus mencari jatah makanan lebih banyak untuk menjawab ketakutannya yang semu. Agar makanan banyak, maka anda harus naik jabatan. Agar naik jabatan, anda harus bersaing dengan teman anda sekantor. Persaingan itupun bisa persaingan yang dikatakan sehat (walau tidak ada persaingan sehat) dan persaingan "tidak sehat" alias anda menggunakan segala cara kotor tidak peduli menyakiti manusia lain agar anda memenangkan pertarungan untuk naik jabatan. Keruwetan itu belum juga usai karena masih ada bagian yang namanya keinginan. Sebenarnya keinginan ini tadinya adalah insting dasar, seperti saat perut lapar ya ingin makan. Namun semakin banyak benda yang diciptakan manusia untuk memudahkan hidupnya, keinginan manusia pun semakin banyak. Akibatnya ketika keinginan banyak (bagian dari ego), maka manusia akan menggunakan otak pikirannya untuk mencari cara guna memenuhi keinginannya yang tak pernah berhenti dan terus menerus ada. Akibatnya energi manusia seringkali habis hanya untuk memenuhi keinginannya. 

Jika kita kembali ke bayi tadi, anda bisa mengetahui betapa rumitnya hidup manusia saat ini. Manusia tidak lagi saling berebut makan, namun berlomba mewujudkan keinginan. Pikirannya 24 jam tidak pernah berhenti, bahkan saat tubuh manusia harus non aktif alias tidur. Lalu manusia pun diingatkan para leluhurnya tentang ajaran kebijaksanaan, "kembali lagi seperti bayi yang baru lahir". 

Bedanya kini, manusia telah memiliki pengetahuan berlimpah yang dapat untuk menciptakan segala sesuatu yang baik bagi kehidupan. Jika dipergunakan dengan semestinya, otak manusia akan sangat berguna, tidak hanya bagi kehidupan manusia saja, namun juga kehidupan lainnya dan alam semesta. Bandingkan dengan bayi yang baru lahir dan tidak memiliki memori apa apa selain memori DNA nya?Apa yang bisa diperbuat bayi?

Kesimpulannya, ajaran agama dan spiritualitas mengajarkan kita untuk kembali tidak banyak pikiran seperti seorang bayi yang baru lahir. Pikiran harus sesedarhana mungkin dan digunakan untuk kebaikan peradaban manusia sendiri serta kehidupan lain di luar manusia. Hewan sakit bisa sehat karena teknologi kedokteran hewan. Padi yang tadinya asal tanam, menjadi gemuk-gemuk karena ilmu pertanian. Bahkan ajaran ajaran spiritualitas dan agama bisa dibuktikan karena adanya ilmu fisika, biologi, dan kimia. Manusia yang tidak memiliki sayap, bisa terbang seperti burung dan membantu memadamkan kebakaran hutan yang membuat mahluk lain menderita karena adanya teknik pemadaman udara. Dan masih banyak produk lain dari pikiran dan otak manusia yang berguna bagi mahluk lain dan alam semesta. Itulah yang dinamakan hamemayu hayuning bawono atau manusia adalah khalifah rahmatan lil alamin atau berkah bagi mahluk lain dan alam semesta. Manusia hanya tinggal mencari tahu bagaimana kembali menggunakan pikiran dan memori yang ada di otaknya sesekali untuk memecahkan permasalahan demi memudahkan kehidupan lain. Manusia hanya harus menjadi bayi, namun bayi yang juga memiliki pengetahuan luas demi kebaikan seluruh mahluk dan alam semesta. Itulah mengapa bayi tetap harus dibekali dengan data data dan pengetahuan seiring perkembangan tubuhnya. Ketika seorang bayi hanya menjadi seorang bayi, maka otak manusia tidak ada gunanya. Tidak akan ada kemajuan apapun yang dicapai peradaban manusia untuk memudahkan hidupnya sendiri dan kehidupan lain di alam semesta. Belajar menjadi bayi, berarti adalah belajar berpikir seperti bayi dengan pikiran yang sangat sederhana, namun tetap memiliki data memori yang lengkap dan canggih untuk mendukung kemajuan peradaban manusia. Dengan ini, kehadiran manusia menjadi berguna bagi alam semesta...



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

 Menjelang memasuki lautan, sungai kembali mengingat setiap jengkal perjalanannya. Ia lahir di indahnya pegunungan, mengalir melalui hutan belantara yang sunyi dan penuh kebahagiaan, melintasi kota yang penuh sampah, lalu tibalah ia di sebuah muara.


Di depannya terbentang lautan luas. Rasa takut pun muncul dan membuatnya bimbang. Ia harus meninggalkan semuanya dan tak mungkin kembali.
Namun begitulah sifat aliran air yang telah ditetapkan kepadanya. Sungai kemudian tahu bagaimana ketakutan ini akan hilang. Ini bukan bagaimana ia lenyap ke lautan, namun bagaimana ia lebur menjadi lautan..."



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...

Bukankah yang membuatmu kebingungan dengan kehidupan ini adalah karena pikiranmu sendiri yang terus mengajakmu bergerak?
Hingga saat diam-mu di penghujung malam pun, ia terus saja memaksamu bergerak dari posisi duduk heningmu. Pikiran tidak akan membiarkanmu berlama lama diam. Jadi percayalah, kamu melakukan hal sia sia ketika memerintahkan pikiranmu untuk diam, karena pikiran bekerja otomatis sesuai sistem tubuh manusiamu yang telah berevolusi selama ribuan tahun.

Jadi sambutlah ketika ia datang, namun tolak ketika ia mengajakmu pergi dari keheningan dan kesendirian. Banyak manusia yang mentasbihkan dirinya memiliki ilmu agama tinggi, namun tidak paham sama sekali mengenai kinerja pikiran. Mereka berpikir keruwetan hidup, emosi, dan stress disebabkan oleh faktor luar dan orang lain. Padahal kamu bisa diam, walau egomu terus memberontak untuk membuatmu menjadi yang paling hebat, paling dikagumi, paling pandai, paling kaya, paling berkuasa. Hanya satu bahasa ego....yakni "ter"....Aku terhebat, tercantik, terbaik, terkaya, tersuci, terpandai, memiliki ilmu tertinggi, dan ter-ter lainnya. Amati saja seolah pikiran, emosi, dan ego adalah tamu di rumahmu. Persilakan ia masuk ke pintu rumahmu dan minta ia duduk diam. Ketika ia mengajakmu pergi, sadari saja dan tolaklah dengan cinta kasih, karena pikiran, emosi, dan ego adalah keluargamu juga.

Pikiran akan selalu datang ketika kamu melihat, mendengar, mencium, meraba, dan merasa sesuatu. Ia adalah perangkat tubuhmu, yang memberikan beragam analisis untuk kebaikanmu agar kamu selamat dan tetap hidup di planet indah ini. Ia adalah seorang patih Sengkuni buat Duryudana. Ia adalah sang Prabu Bathara Kresna untuk para Pandawa. Penasehat ulung yang selalu menguntungkan dirimu. Tugasnya adalah sebagai penimbang, analis, sekaligus penasehat bagi setiap manusia. Ia lah yang membedakanmu dengan satwa dan tumbuh-tumbuhan sehingga kamu tidak hanya memiliki insting seperti mereka, namun juga pilihan yang menentukan nasib dan kemana kamu akan melangkah dalam hidup.

Sayangnya banyak manusia yang menyepelekan pikiran dan tidak mengetahui bahwa pikiran adalah iblismu. Iblis adalah malaikat yang menggerakkan ego serta emosimu yang membuat kamu memakan buah khuldi atau apel kehidupan. Buah yang membuatmu nyaman dan lupa diri, bahwa kenikmatan di hidupmu adalah semu. Ia akan kamu tinggalkan ketika tubuhmu tidak lagi kuat dan berfungsi membuatmu berjalan di atas tanah planet Bumi. Iblis tidak selamanya jahat karena ia juga malaikatmu. Begitulah manusia yang dikisahkan sebagai mahluk yang bisa menjelma menjadi iblis yang penuh api, atau malaikat yang bercahaya.

Pikiran adalah sumber dari keterpisahanmu dengan frekuensi alam semesta, dan kesejatian dirimu. Ia ibarat sebilah pisau yang jika digunakan dengan baik, akan sangat berguna. Namun ia juga sekaligus menjadi senjata pembunuh yang mematikan. Maka diperlukan kebijaksanaan untuk menggunakannya "hanya" saat kamu memerlukannya.

Pikiran juga lah yang menciptakan duniamu, dan dunia orang lain. Demikian juga pikiran orang lain lah yang menciptakan dunianya dan duniamu. Begitulah ketika setiap manusia saling menjadi pengamat atas dirinya sendiri dan kehidupan. Tanpa ada pikiranmu yang memiliki frekuensi pembentuk materi, mustahil dunia yang saling bersilangan ini akan terbentuk. Dan akan selalu ada mahluk yang berpikir, karena ketika semua mahluk tidak lagi berpikir, maka alam semesta ini akan lenyap menjadi keheningan tanpa bentuk. Dengan adanya pikiran, maka terbentuklah frekuensi-frekuensi yang tervibrasi dan kemudian menjadikan semua materi terbentuk.
Tanpa pikiran, tidak akan ada dualitas, tidak akan ada keindahan semesta, tidak akan ada matahari yang bersinar lembut di pagi hari.

Dia yang menjelma dalam setiap tubuh-tubuh manusia dan semua mahluk, menggunakan pikiran tubuh untuk menciptakan masing cerita bagi setiap individu sekaligus menciptakan habitat bagi individu tersebut. Yang perlu kamu lakukan adalah rawat pikiranmu dan gunakan dengan kebijaksanaan yang diajarkan para leluhur. Percayalah, bijaksana berada di atas level benar dan salah, karena benar dan salah adalah dualitas dan produk pikiranmu semata. Sementara kebijaksanaan adalah Dia yang merupakan sejatinya dirimu. Pikiran adalah kecerdasan tubuh manusiamu yang memberimu tugas berat di alam semesta, menjadi pencipta, pemelihara sekaligus pelebur bagi duniamu..



Wahyu Juniawan April 04, 2023
Read more ...