Pernahkah anda menonton konser atau pertunjukan?
Untuk menikmati sebuah pertunjukan, terlebih dahulu anda harus membeli tiketnya. Harga sebuah tiket pertunjukan tentulah berbeda-beda. Semakin bagus artisnya, semakin megah dan menarik pertunjukannya, maka tentulah harga tiketnya semakin mahal.
Demikianlah salah satu cara untuk mewujudkan keinginan.
Anda ingin mendapatkan sesuatu?. Maka sebelumnya belilah tiketnya. Tiket tidak mungkin anda beli setelah anda menikmati pertunjukan.
Artinya, untuk mendapatkan keinginan anda, maka sebelum keinginan anda terwujud, anda harus mengeluarkan sesuatu seharga keinginan yang ingin anda wujudkan. Semakin besar keinginan anda, maka anda juga harus mengeluarkan sesuatu yang juga lebih besar.
Jika anda ingin mendapatkan uang 100 juta rupiah, anda harus mengeluarkan uang terlebih dahulu. Bisa dengan bersedekah, menyantuni anak yatim, atau membantu pendidikan anak-anak orang miskin. Untuk mendapatkan uang 100 juta, nilainya tentu harus besar. Anda tidak bisa menginginkan uang 100 juta rupiah, namun nilai yang anda sedekahkan hanya 100 ribu rupiah. Nilai yang anda sedekahkan harus tidak mengikuti kata pikiran anda yang penuh kekhawatiran. Biasanya banyak orang yang bilang, sedekahkan semampu anda. Inilah doktrin yang salah kaprah. Ketika anda berkata sedekahkan semampu anda, otomatis anda akan membuat garis aman agar anda tidak khawatir. Padahal hukum tarik menarik, mengharuskan anda melampaui rasa khawatir. Namun anda juga perlu bijak dalam memberikan sedekah. Bijak berbeda dengan dilandasi rasa khawatir. bijak artinya anda yakin dengan uang sisa di kantong anda, anda tidak khawatir kekurangan dan tetap bisa hidup bahagia.
Simulasinya begini. Seumpama anda memiliki uang 1 juta rupiah, anda mungkin takut untuk bersedekah lebih dari 500 ribu. Jika anda bersedekah 500 ribu, tentu uang anda tinggal 500 ribu di kantong. Lalu anda bertanya, bagaimana jika uang saya tidak cukup untuk hidup?. Karena kekhawatiran itu, anda pun hanya berani menyumbang maksimal 200 ribu, karena lebih besar dari itu anda akan khawatir. Padahal sebelumnya, alam bisa saja tidak memberi anda 1 juta rupiah, namun 500 ribu saja. Berandai-andailah bagaimana jika sebelumnya uang di kantong anda hanya 500 ribu?. Anda tentu akan mencari cara bukan untuk hidup dengan uang 500 ribu?. Namun karena anda memiliki uang 1 juta, anda lantas menarik batas, karena anda membayangkan ketidaknyamanan memiliki uang kurang dari 1 juta, apalagi masih harus bersedekah 500 ribu.
Hal inilah yang dinamakan limitasi diri sendiri. anda merasa tidak bisa hidup jika uang anda 500 ribu. Padahal ketika rejeki anda hanya 500 ribu pun anda tentu masih bisa hidup, walau dengan cara yang berbeda, yang mungkin dianggap oleh pikiran anda sebagai ketidaknyamanan.
Pikiran kita akan memproteksi diri dari ketidaknyamanan. Itulah tugas pikiran, yakni mencegah hal hal yang dianggap membahayakan tubuh. itulah yang dinamakan limitasi. Limitasi ini tergantung dari mentalitas dan kepercayaan anda. Limitasi berada di dimensi ketiga alias dimensi material. Sementara keinginan anda masih berada di dimensi kuantum, alias sudah ada namun belum berbentuk.
Dalam agama pun teori sedekah ini telah disebutkan. Jika anda bersedekah, maka anda akan mendapatkan 10 kali lipatnya. Anggaplah jika anda ingin uang 100 juta rupiah, maka anda minimal harus bersedekah 10 juta rupiah. Atau jika anda tidak memiliki uang 10 juta, anda bisa bersedekah secara rutin. Namun syaratnya, lampaui limitasi anda akan kemampuan anda bersedekah. Jika anda hanya memiliki uang 1 juta, agar semakin cepat anda mendapatkan uang 100 juta, maka anda perlu bersedekah 500 ribu rupiah. Jika ini rutin anda lakukan dengan kepercayaan, tanpa rasa takut, tanpa tujuan, tanpa keluhan, alias pikiran anda diam, maka dalam 20 bulan anda akan mencapai sedekah 10 juta. Sekali lagi ini baru batas minimal menurut hitungan agama. Namun jangan salah, angka 10 juta ini hanyalah angka, karena alam semesta tidak mengenal hitung menghitung. Bagi semesta, semakin mahal anda membeli tiket, maka anda dijamin akan mendapatkan pertunjukan yang spektakuler!!
Sakit, pegal, gatal, gelisah, atau bosan ketika bermeditasi adalah objek untuk belajar menghayati penerimaan. Semua adalah produk pikiran kita. Yang berkata sakit, pegal, gatal, gelisah, atau bosan adalah pikiran kita. Pada dasarnya semua hanyalah sensasi ketika anda yang terus berlari dalam kehidupan, tiba-tiba dipaksa duduk diam.
Apa yang mengubah nasib anda? Mengapa banyak orang yang gagal mempraktekkan Law of Attraction?
Pertanyaan ini pasti relate dengan apa yang anda lakukan. Anda sudah berusaha mati-matian mengubah nasib anda, namun hasilnya justru sebaliknya. Nasib anda tidak berubah, bahkan lebih buruk dan jauh dari harapan anda. Hal ini berlaku juga bagi anda praktisi Law of Attraction. Anda sudah melakukan afirmasi secara detail, namun apa yang afirmasikan dan realitas yang anda jalani sungguh berbeda dan tak kunjung terwujud.
Perlu anda ingat, bahwa apa yang anda afirmasikan pastilah sesuatu yang baik, menguntungkan, dan anda sukai ingin anda wujudkan dalam realitas kehidupan anda. Artinya semua masih ada di masa depan dan belum nyata. Artinya juga semua masih berbentuk energi. Dalam penelitian ilmiah, partikel pembentuk materi tidak berwujud, atau katakanlah masih berbentuk elektron yang tak berwujud. Ia baru akan berwujud saat kita mengalokasikan perhatian kepada elektron tersebut. Elektron akan muncul ketika ada perhatian, dan sebaliknya akan hilang ketika perhatian kita pun hilang. Ia akan mewujud sesuai kondisi pikiran dan emosi kita. Artinya energi akan membentuk diri tidak hanya berupa hal-hal positif saja, melainkan juga hal-hal negatif. Ketika anda mengafirmasikan sesuatu, tentulah apa yang anda afirmasikan tersebut adalah hal-hal positif bagi kehidupan anda. Kekayaan, kesuksesan, kesehatan, keberuntungan, dan lain sebagainya. Namun banyak yang lupa, bahwa kekayaan, kesuksesan, kesehatan, dan lain lain memiliki getaran yang sangat tinggi. Berbeda dengan frustasi, kegagalan, ketidakyakinan, dan lain sebagainya yang berada dalam getaran rendah. Jika anda mengafirmasikan kekayaan misalnya, harusnya kekayaan tersebut akan membuat anda bahagia, merasa sukses, yakin, dan optimis. Ingat, nasib anda adalah apa yang anda pancarkan, bukan apa yang anda inginkan. Jika anda ingin kekayaan, anda harus memancarkan frekuensi kekayaan. Dalam bahasa energi, energi meminta anda untuk 'menjadi' terlebih dahulu, baru ia akan 'melakukan'. Banyak praktisi Law of Attraction gagal mewujudkan afirmasinya karena ia 'doing something' atau melakukan sesuatu, dibanding 'become the energy' atau menjadi energi itu sendiri. Jika diterjemahkan dalam praktek, seseorang yang 'doing something' terlebih dahulu selalu berpikir 'ia akan menjadi bahagia jika...', atau 'aku harus menghasilkan banyak uang karena aku kekurangan materi'. Berbeda dengan 'become the energy', dimana seseorang akan menjadi kaya jika ia saat ini memancarkan frekuensi kaya. Kaya adalah keberlimpahan, bukan kekurangan. Anda tidak perlu alasan apapun untuk menjadi kaya. Artinya anda saat itu menjadi kaya dan memancarkan energi kaya. Ketika anda saat ini merasa berkelimpahan, maka anda menjadi energi kaya itu sendiri. Saat anda menjadi energi kaya, maka kaya yang tadinya masih berupa energi akan mendapat perhatian yang selaras frekuensinya, sehingga kaya akan menjadi wujud realitas.
Berbeda ketika seseorang yang ingin kaya, namun pikiran bawah sadar dan emosinya, justru memancarkan frekuensi yang tidak selaras dengan energi kaya seperti merasa kekurangan, panik akan masa depan, terjepit kebutuhan, harus melakukan ini harus melakukan itu, mengeluh, dan lain sebagainya. Maka orang tersebut hanya menginginkan kekayaan, namun ia justru 'become the energy' atau menjadi energi miskin yang memiliki frekuensi sangat rendah. Apakah kekayaan akan mewujud?
Jadi energi ekuivalen dengan pikiran, rasa, dan emosi anda. Kekayaan justru akan datang ketika anda sudah merasa kaya. Tidak hanya kaya dalam pikiran dan keinginan anda saja. Frekuensi anda harus selaras dengan frekuensi energi yang ingin anda wujudkan. Inilah kunci mengapa Law of Attraction anda bekerja atau tidak bekerja. Semua harus dilatih. Jika anda ingin kaya, berlatihlah untuk mensyukuri apa yang anda miliki dan jalani saat ini, bukan nanti. Berlatihlah menjadi kaya, maka kekayaan akan mewujud ke dalam kehidupan anda.
Dalam meditasi Vipassana yang pernah saya ikuti di Vihara Mendut selama 3 hari 2 malam beberapa tahun lalu, kami para peserta tidak diperkenankan berbicara satu sama lain walau sepatah kata. Handphone juga dititipkan ke panitia penyelenggara. Dan saya baru merasakan jika diam itu sangat sulit.
Bicara adalah representasi pikiran dalam suara verbal. Setiap bicara, pasti ada pikiran yang bekerja, tidak mungkin tidak. Karena setiap kata mengandung arti atau identitas sesuatu. Kata adalah pengelompokan pengelompokan berdasarkan kesepakatan. Contoh kata "meja", adalah pengelompokan dari kayu, paku, lem yang dibentuk dengan bentuk tertentu sesuai kesepakatan dan fungsinya pun sesuai kesepakatan manusia. Dengan mengatakan kata "meja" artinya anda sedang melakukan penyingkatan elemen elemen meja tadi menjadi satu kata : "meja". Maka setiap anda berkata meja, otomatis anda sedang mengakses memori pikiran yang tertanam di otak anda tentang informasi mengenai meja. Maka di ajaran Hindu, Buddha, Siwa Buddha, Jawa, hingga spiritualisme suku Indian Amerika dikenalah mantra. Mantra adalah kumpulan kalimat tanpa makna. Hong, Ong, Om, Aum, Amen, Amin, Alif lam mim, Yaasin, atau mantra mantra lain yang tidak memiliki makna, namun tujuannya hanya untuk menggetarkan energi.
Jadi tidak hanya "kata" saja, dalam setiap bicara anda sedang menggetarkan energi. Energi yang bergetar otomatis akan menimbulkan gelombang. Jika frekuensi gelombangnya selaras dengan frekuensi alam, maka saat anda menggetarkan bunyi, anda sedang berkomunikasi tidak hanya dengan sesama manusia, melainkan juga alam semesta. Bedanya mantra dengan bicara adalah, mantra merupakan bunyi tanpa makna yang digetarkan, sementara bicara selalu mengandung bahasa yang memiliki arti. Sekali lagi, arti terkoneksi dengan memori makna dan kesepakatan manusia. Sementara ketika anda mengucapkan mantra tak bermakna, anda tidak memiliki memori apapun terkait arti dari sebuah kata atau kalimat yang anda dengungkan. Frekuensi bicara pun berbeda beda. Ketika anda bicara dengan nada tinggi, atau rendah, lawan bicara anda akan merespon dengan emosi yang berbeda beda. Namun ketika sebelah anda mengucapkan mantra, apakah anda memiliki respon emosi? Yang ada adalah respon energi karena ketika mantra itu selaras dengan organ tubuh tertentu misalnya jantung, vibrasi energi dari mantra itu akan membuat molekul molekul jantung menjadi dinamis. Seperti deretan lonceng gantung yang anda getarkan salah satunya, maka yang lain akan ikut bergetar. Cobalah perhatikan, jika anda seorang muslim dan sedang melakukan ibadah sholat jamaah di masjid yang besar. Ketika semua jamaah melafalkan amin secara bersamaan, rasakan getarannya di tubuh anda.
Bahasa dan bicara adalah pedang bermata dua. Di satu sisi bermanfaat, di sisi lainnya sangat berbahaya. Seseorang bisa melakukan pembunuhan hanya karena salah bicara, karena kalimat yang diucapkan mempengaruhi pikiran orang lain. Apa yang mempengaruhi? Tentunya makna, intonasi (frekuensi), dan vibrasi tak terlihat yang dihasilkannya. Belum lagi dampak ke orang yang berbicara karena sekali lagi dengan anda berbicara, otomatis anda sedang berpikir.
Itulah mengapa, dalam beberapa ajaran kuno, "Tuhan" dinamai dengan nama yang tak memiliki makna. Selain karena tak ada yang bisa menjelaskan atau menggambarkan secara makna, nama "Tuhan" dalam beberapa ajaran berkonotasi dengan bunyi (frekuensi). Ketika dilafalkan, maka bunyi yang dihasilkan tanpa makna (otomatis pikiran menjadi tidak aktif), dan frekuensinya selaras dengan frekuensi "Tuhan" sendiri. Ketika dilafalkan berulang, maka gelombang otak akan menurun menjadi theta bahkan gamma. Atau dalam bahasa spiritual disebut meditasi mendalam.
Saya sendiri selalu mempraktekkan untuk diam, atau puasa berbicara ketika saya mulai terseret oleh emosi dan arus pikiran. Saya selalu menyendiri di ruang meditasi di sudut rumah saya barang sejenak atau sampai saya kembali kepada kesadaran. Bahkan uniknya selalu setiap pikiran saya diam (bukan berarti tidak ada), saya sendiri hanya hidup dalam kesadaran. Kadang untuk menulispun saya tidak memiliki ide, karena ide muncul ketika pikiran bekerja. Mengapa? Karena tulisan adalah bentuk lain dari berbicara. Maka saya kadang heran, ketika banyak orang berpuasa, namun justru banyak berbicara, menulis, atau menghabiskan waktu dengan ngobrol sambil menunggu berbuka puasa. Apanya yang puasa jika yang puasa hanya perutnya saja, namun pikirannya tidak.
Maka puasa berbicara adalah salah satu metode yang cukup efektif untuk melatih mendiamkan pikiran dalam meditasi Vipassana. Anda bisa melihat, banyak guru guru suci yang sangat irit berbicara ketika ilmunya semakin tinggi. Bicara hanya seperlunya saja... Tidak seperti saya yang masih banyak berbicara, termasuk di tulisan ini...
- www.youtube.com/berbagicahaya -
Apa yang membuat Law of Attraction atau hukum tarik menarik gagal adalah karena anda masih mengira waktu itu ada atau eksis. Pikiran anda masih mempercayai adanya masa lalu dan masa depan. Padahal semua adalah konsep buatan manusia semata. Yang disebut masa lalu adalah memori yang tersimpan di otak anda, sementara masa depan adalah sesuatu yang ada di angan angan semata.
Jika anda menemui guru-guru yang telah mencapai tingkat ilmu yang tinggi, anda akan menjumpai kesamaan : rata-rata beliau beliau ini lebih banyak diam, tidak ingin muncul ke publik, atau ribut dengan urusan politik, urusan orang lain, ataupun urusan negara.
Sebelum ini saya bertanya kepada diri saya sendiri, apa
korelasi antara banyak diam dengan pemahaman akan ilmu kehidupan?
Dulu saya berpikir beliau beliau ini semakin banyak tahu,
maka semakin merasa tidak tahu banyak,
sehingga memilih diam. Setelah saya observasi kepada diri saya sendiri,
ada benarnya juga.
Namun ternyata setelah saya praktekkan ke diri saya sendiri,
semakin tinggi ilmu seseorang,
ditentukan oleh semakin heningnya pikiran. Ia hanya sadar dan mengalir
saja. Ia tahu dengan segala konsekuensi sebab akibat (yang akan saya bagi di
tulisan selanjutnya), sehingga segala sesuatu yang ia lakukan adalah untuk
dirinya sendiri. Hal ini berbeda dengan ego yang hanya ingin menguntungkan diri
sendiri. Sadar dan hanya fokus kepada diri sendiri sangat berbeda dengan egois.
Sadar dan hanya fokus kepada diri sendiri berhubungan dengan tahu segala resiko
yang ditimbulkan dari setiap tindakan.
Lantas seperti apa pikiran yang hening yang membuat kita
menjadi diam?Sederhananya adalah begini. Setiap manusia selalu menganalisa
apapun yang masuk melalui panca indera bukan?Analisa itulah pikiran. Ia akan
menghasilkan analisa yang ujung ujungnya akan memberikan anda emosi serta pertimbangan apa yang akan anda lakukan untuk
merespon sesuatu. Inilah sistem ego atau sistem bertahan hidup manusia yang
terdiri dari lingkar kerja yang berpusat pada pikiran. Itulah mengapa meditasi
yang benar, mengajarkan anda untuk mengenali kesadaran. Setelah anda sadar
barulah anda akan benar benar mengenali sistem pikiran anda.
Pikiran yang sibuk menganalisa dan menilai sana sini, akan
berpengaruh pada berisiknya percakapan dalam diri anda. Percakapan inilah yang
disebut batin. Batin seolah olah berada di hati atau jantung, namun sebenarnya
batin, atau mind dalam bahasa Inggris, adalah suara dari pikiran anda sendiri.
Batin adalah rahasia setiap manusia. Tidak ada satupun manusia yang tahu batin
orang lain.
Selama ribuan tahun, leluhur manusia menciptakan sebuah
teknologi canggih, yang nantinya digunakan untuk menguasai dunia, bernama
komunikasi. Komunikasi adalah dengung suara yang keluar dari mulut manusia,
berisi simbol simbol dalam bentuk suara yang mewakili pikiran seseorang.
Akibatnya dengan berkomunikasi, seorang manusia bisa 'bertukar pikiran' dengan
manusia lain. Pikiran yang tadinya rahasia pun bisa diungkapkan kepada orang
lain dengan simbol simbol bunyi bernama bahasa, dan simbol berupa huruf atau
tulisan. Jadi setiap percakapan anda sebenarnya adalah cara anda untuk mengungkapkan
pikiran pikiran anda. Semakin banyak omongan maka korelasinya anda pasti
memiliki banyak pikiran, entah yang remeh temeh hingga yang paling penting.
Namun ada pula jenis orang yang tidak banyak berkomunikasi namun pikirannya
banyak. Biasanya orang seperti ini bukan
telah mencapai keheningan, melainkan justru karena ia minder, dan tidak merasa
pandai berkomunikasi. Lagi lagi, rasa minder muncul karena pikiran juga.
Artinya pikiran anda tidak tunggal, namun berlapis-lapis. Semakin banyak
pikiran, hidup anda menjadi semakin berisik dan tidak tenang, karena apapun
yang masuk ke panca indera pasti anda pikirkan. Bahkan kadang hal hal sepele
anda pikirkan, contohnya suatu hari anda melihat teman anda memakai celana
berwarna merah. Pikiran anda langsung menganalisa : "mengapa, merk apa,
beli di mana, kok aneh pakai celana merah, dan lain lain".
Sampai sini anda mungkin akan paham mengapa meditasi melatih
anda, intinya UNTUK MENDIAMKAN PIKIRAN. Jika anda berpikir mendiamkan pikiran
harus mati terlebih dahulu, maka anda masih jauh sekali dari pemahaman akan
sistem pikiran anda. Itulah mengapa para guru besar selalu berhati hati dalam
berbicara, karena berbicara sama dengan membuka rahasia pikiran anda. Dan
ketika para guru besar yang telah berhasil mengheningkan pikirannya, tidak ada
lagi yang dapat beliau beliau katakan selain hal hal yang memang penting untuk
dikatakan. Karena sekali lagi, setiap kalimat yang anda ucapkan = apa yang sedang anda pikirkan. Lalu bagaimana
cara berlatih mengheningkan pikiran? Persedikit untuk melihat keluar,
banyak-banyaklah melihat ke dalam diri anda sendiri...
Bukankah yang membuatmu kebingungan dengan kehidupan ini adalah karena pikiranmu sendiri yang terus mengajakmu bergerak?
Hingga saat diam-mu di penghujung malam pun, ia terus saja
memaksamu bergerak dari posisi duduk heningmu. Pikiran tidak akan membiarkanmu
berlama lama diam. Jadi percayalah, kamu melakukan hal sia sia ketika
memerintahkan pikiranmu untuk diam, karena pikiran bekerja otomatis sesuai
sistem tubuh manusiamu yang telah berevolusi selama ribuan tahun.
Jadi sambutlah ketika ia datang, namun tolak ketika ia mengajakmu
pergi dari keheningan dan kesendirian. Banyak manusia yang mentasbihkan dirinya
memiliki ilmu agama tinggi, namun tidak paham sama sekali mengenai kinerja
pikiran. Mereka berpikir keruwetan hidup, emosi, dan stress disebabkan oleh
faktor luar dan orang lain. Padahal kamu bisa diam, walau egomu terus
memberontak untuk membuatmu menjadi yang paling hebat, paling dikagumi, paling
pandai, paling kaya, paling berkuasa. Hanya satu bahasa ego....yakni
"ter"....Aku terhebat, tercantik, terbaik, terkaya, tersuci,
terpandai, memiliki ilmu tertinggi, dan ter-ter lainnya. Amati saja seolah
pikiran, emosi, dan ego adalah tamu di rumahmu. Persilakan ia masuk ke pintu
rumahmu dan minta ia duduk diam. Ketika ia mengajakmu pergi, sadari saja dan
tolaklah dengan cinta kasih, karena pikiran, emosi, dan ego adalah keluargamu
juga.
Pikiran akan selalu datang ketika kamu melihat, mendengar,
mencium, meraba, dan merasa sesuatu. Ia adalah perangkat tubuhmu, yang
memberikan beragam analisis untuk kebaikanmu agar kamu selamat dan tetap hidup
di planet indah ini. Ia adalah seorang patih Sengkuni buat Duryudana. Ia adalah
sang Prabu Bathara Kresna untuk para Pandawa. Penasehat ulung yang selalu
menguntungkan dirimu. Tugasnya adalah sebagai penimbang, analis, sekaligus
penasehat bagi setiap manusia. Ia lah yang membedakanmu dengan satwa dan
tumbuh-tumbuhan sehingga kamu tidak hanya memiliki insting seperti mereka,
namun juga pilihan yang menentukan nasib dan kemana kamu akan melangkah dalam
hidup.
Sayangnya banyak manusia yang menyepelekan pikiran dan tidak
mengetahui bahwa pikiran adalah iblismu. Iblis adalah malaikat yang
menggerakkan ego serta emosimu yang membuat kamu memakan buah khuldi atau apel
kehidupan. Buah yang membuatmu nyaman dan lupa diri, bahwa kenikmatan di
hidupmu adalah semu. Ia akan kamu tinggalkan ketika tubuhmu tidak lagi kuat dan
berfungsi membuatmu berjalan di atas tanah planet Bumi. Iblis tidak selamanya jahat karena ia juga
malaikatmu. Begitulah manusia yang dikisahkan sebagai mahluk yang bisa menjelma
menjadi iblis yang penuh api, atau malaikat yang bercahaya.
Pikiran adalah sumber dari keterpisahanmu dengan frekuensi
alam semesta, dan kesejatian dirimu. Ia ibarat sebilah pisau yang jika
digunakan dengan baik, akan sangat berguna. Namun ia juga sekaligus menjadi
senjata pembunuh yang mematikan. Maka diperlukan kebijaksanaan untuk
menggunakannya "hanya" saat kamu memerlukannya.
Pikiran juga lah yang menciptakan duniamu, dan dunia orang
lain. Demikian juga pikiran orang lain lah yang menciptakan dunianya dan
duniamu. Begitulah ketika setiap manusia saling menjadi pengamat atas dirinya
sendiri dan kehidupan. Tanpa ada pikiranmu yang memiliki frekuensi pembentuk
materi, mustahil dunia yang saling bersilangan ini akan terbentuk. Dan akan
selalu ada mahluk yang berpikir, karena ketika semua mahluk tidak lagi
berpikir, maka alam semesta ini akan lenyap menjadi keheningan tanpa bentuk.
Dengan adanya pikiran, maka terbentuklah frekuensi-frekuensi yang tervibrasi
dan kemudian menjadikan semua materi terbentuk.
Tanpa pikiran, tidak akan ada dualitas, tidak akan ada
keindahan semesta, tidak akan ada matahari yang bersinar lembut di pagi hari.
Dia yang menjelma dalam setiap tubuh-tubuh manusia dan semua
mahluk, menggunakan pikiran tubuh untuk menciptakan masing-masing cerita bagi
setiap individu sekaligus menciptakan habitat bagi individu tersebut. Yang
perlu kamu lakukan adalah rawat pikiranmu dan gunakan dengan kebijaksanaan yang
diajarkan para leluhur. Percayalah, bijaksana berada di atas level benar dan
salah, karena benar dan salah adalah dualitas dan produk pikiranmu semata.
Sementara kebijaksanaan adalah Dia yang merupakan sejatinya dirimu. Pikiran
adalah kecerdasan tubuh manusiamu yang memberimu tugas berat di alam semesta,
menjadi pencipta, pemelihara sekaligus pelebur bagi duniamu..
Setiap kali saya merasakan momen "saat ini" yang begitu berharga, saya memutus koneksi pikiran masa lalu dan masa depan saya. Caranya adalah menyadari segalanya. Sadar, merasakan penuh, dan hidup benar benar di saat ini. Ketika saya merasakan momen "saat ini", saya menjadi tidak lagi terburu-buru dalam bergerak. Yang membuat kita gelisah saat kita diam adalah pikiran kita sendiri yang terus menerus mengajak kita memikirkan masa depan dan masa lalu. Mengapa?Karena begitulah tugas pikiran : memory dan menganalisa data untuk kepentingan anda bergerak.
Dan ketika kita diam di saat ini dengan kesadaran penuh,
otomatis pikiran akan diam. Jadi anda tidak akan berhasil menyuruh pikiran anda
diam. Menyuruh pikiran diam adalah kehendak, dan kehendak adalah produk pikiran
juga. Saat pikiran anda diam, maka anda sedang menginvestasikan energi anda
untuk hal hal yang lebih berguna. Mengapa?Saya sudah sebutkan di tulisan lain,
bahwa dari 100 % energi tubuh, 25% sudah anda alokasikan untuk memelihara
energi otak anda saat anda tidur. Diantara semua organ tubuh, otak adalah
konsumer terbesar energi anda. Ia ibarat super komputer canggih yang memerlukan
daya listrik sangat besar. Bahkan menurut penelitian, untuk menghidupkan otak,
anda memerlukan listrik bermega mega watt. Listrik di rumah anda tidak akan cukup
untuk menghidupkan otak anda. Hal ini berarti, otomatis ketika anda dalam
posisi tidak tidur dan berpikir, maka akan lebih banyak energi yang anda
alokasikan untuk menggerakkan pikiran. Artinya anda bisa jadi kehabisan energi
untuk memelihara sel sel sehat, membangun imunitas, dan bahkan menggerakkan
daya cipta anda terhadap sesuatu yang ingin anda alami. Daya cipta ini mirip
dengan analogi gelas teh. Gelas anggaplah pikiran kita. Ketika anda memiliki
segelas berisi air teh, dan anda tiba tiba ingin meminum kopi, maka yang anda
lakukan bukanlah membuat seduhan kopi di dalam gelas yang masih berisi teh.
Anda juga tidak perlu mencari gelas lain. Yang anda lakukan adalah habiskan
tehnya, cuci gelasnya hingga bersih, lalu seduh kopi di gelas yang sudah kosong.
Jika tidak mengosongkan gelasnya terlebih dahulu, anda tidak akan mendapatkan
rasa kopi yang nikmat, karena seduhan kopi tadi bercampur dengan teh.
Dalam dunia pikiran, ketika seseorang ingin mewujudkan
sesuatu, satu satunya cara adalah dengan mendiamkan pikiran anda terlebih
dahulu. Inilah rahasia Law of Attraction yang terkenal itu, namun tidak banyak
dipahami orang orang yang mempraktekkannya. Saat diam, artinya gelas anda telah
kosong. Di gelas kosong itu, anda bebas menuang air apapun yang anda suka. Diam
tidak harus anda latih bertahun tahun. Saat ini juga anda bisa mendiamkan
pikiran dengan cara menyadari semuanya di momen saat ini.
Kebanyakan manusia, tanpa sadar, telah mendikte dan
menciptakan masa depannya sendiri. Selepas bangun tidur dan sebelum tidur
adalah waktu ketika pikiran anda belum banyak anda gunakan, seharusnya....
Sehingga di ajaran manapun, bangun tidur dan sebelum tidur,
adalah waktu yang baik untuk mendiamkan pikiran dan hanya berada di momen saat
ini saja. Namun saat ini, banyak sekali manusia yang justru saat bangun tidur
langsung diisi dengan pikiran berisi jadwal pekerjaan dan hal hal yang anda
akan lakukan. Artinya, saat pikiran anda sedang minim, anda justru langsung
mengisinya dengan mendikte masa depan anda. Akibatnya, masa depan anda sudah
bisa diketahui sebelum anda masuk ke waktunya. Akhirnya muncul rasa gelisah,
khawatir, takut, yang kemudian membuat anda terburu buru untuk bergerak.
Musnahlah sudah momen berharga anda di pagi hari. Saat sebelum tidur pun sama.
Seharusnya pikiran anda diam, namun malah anda isi dengan rekaman masa lalu
atau kekhawatiran masa depan esok hari. Akibatnya saat tubuh harus tidur,
pikiran anda tetap bangun, dan menyebabkan energi anda terus terkuras habis
walau anda dalam posisi tidur.
Dalam tradisi Islam, hal ini dengan indah diterjemahkan
dengan sholat shubuh, mendiamkan pikiran setelah bangun tidur di jam jam dimana
energi Bumi masih sangat bersih, dan belum terkontaminasi pikiran banyak
manusia. Saat saya belajar di Vihara Mendut, Magelang pun sama. Bikkhu bikhhu
dan para samanera (calon Bikkhu) bangun di pagi buta untuk melakukan meditasi
jalan. Setelah itu mereka meneruskan dengan meditasi duduk hingga pukul 7 pagi.
Kembali ke daya cipta tadi, pikiran diam ibarat gelas kosong
yang bisa anda isi dengan apapun. Dalam dunia sains dan spiritual kuno, daya
cipta dimulai ketika pikiran diam. Ketika pikiran diam, apapun yang anda ingin
ciptakan, akan mewujud dengan bantuan sistem hukum semesta yang telah
dianugerahkan Tuhan dengan begitu sempurna. (Saya tidak akan membahas caranya
karena sudah saya tulis berkali kali di tulisan lain). Ketika pikiran anda
diam, anda telah memutus pendiktean anda akan masa depan anda sendiri. Anda
juga tidak terkoneksi dengan hal hal yang anda ketahui sebelum terjadi (prediksi
seperti jadwal kerja, rencana, dll). Anda juga terputus dengan memori masa lalu
secara otomatis.
Jadi sangat penting untuk mendiamkan pikiran anda, tidak
hanya untuk kedamaian anda, namun juga untuk membentuk masa depan anda
sendiri..
Tidak ada yang istimewa dari manusia dibandingkan mahluk lain di alam semesta. Manusia hanya bagian kecil dari sebuah mega sistem peredaran tata surya, pergerakan antar bintang, dan simbiosis kehidupan yang saling terkait, menjalin kerja sama sesuai fungsi dan peran masing-masing.
Tidak hanya manusia, setiap virus, protein, molekul, bakteri,
debu kosmik, gelombang elektromagnetik, dan semua bagian memiliki kecerdasannya
masing-masing. Ketika manusia berfungsi sebagai "manusia", maka
otomatis kecerdasan manusia adalah kecerdasan sistemik dalam sistem besar alam
semesta. Namun ketika manusia tidak berfungsi sebagai manusia, maka kecerdasan
manusia adalah sel sel kanker yang perkembangannya terus diawasi, dan siap
dihancurkan kapan saja dengan antivirus untuk menjaga mega sistem alam semesta
tetap berjalan..
Tahukah kamu, "pengetahuan" yang sebenarnya adalah mengetahui banyaknya hal yang tidak kita ketahui di dalam diri kita?
Gerbang semesta ada di dalam dirimu. Cinta kasih dan
kedamaian selalu ada bersamamu. Namun kau terlalu sibuk menilai orang lain dan
memperjuangkan segala hal yang tak akan kau bawa pulang.
Ketika kamu lelah dengan hidupmu, kamu pun sibuk mencari
cinta dan kedamaian kesana sini.
Kamu sibuk memohon mohon kepada Tuhanmu yang tak pernah ada,
karena Tuhan yang kau minta sama dengan Tuhan yang kau tunjuk sebagai syirik :
Tuhan berbentuk materi.
Namun bukankah itu yang dikatakan oleh para penceramah yang
kau percayai? Bukankah mereka juga orang-orang yang tidak tahu, sama seperti
dirimu?Lantas mengapa kau lebih percaya mentah mentah perkataan mereka daripada
menyelam ke dalam dirimu sendiri dan menemui Sang Hening yang sebenarnya?
Kita adalah pecahan cermin yang merefleksikan sebuah objek
yang sama. Kita tidak pernah tahu apa apa karena ada yang lebih Maha Tahu dari
segalanya. Jadi berhentilah percaya para penjual kedamaian, para penjual surga,
dan para renternir spiritual. Percayalah kepada dirimu yang tidak tahu, karena
di balik ketidaktahuan itu ada "Mata Sang Maha Tahu.."