Mulai tahun 2015 an, seiring dengan semakin naiknya trend kopi di kalangan anak muda, Yogyakarta menjelma menjadi kota yang penuh dengan kafe-kafe kopi. Setiap kafe kopi menampilkan desain-desain yang unik dan membuat orang betah berlama-lama berkunjung. Harapannya tentunya semakin lama berkunjung, semakin banyak pula uang yang akan dihabiskan sekadar hanya untuk menikmati kopi.
Namun apakah para pengunjung benar-benar menikmati kopi?
Seorang teman saya adalah pengusaha salah satu kafe kopi kecil di kawasan Sleman. Suatu hari saya mengunjunginya dan berkesempatan mengobrol mengenai bisnis kopinya. Ia bercerita bahwa rata-rata kafe kopi, termasuk kafe kopi yang ia kelola, menyediakan meja kursi yang nyaman seperti sofa empuk, agar pengunjung betah berlama-alam mengobrol di kafenya. Uniknya meja kursi yang disediakan rata-rata menampung lebih dari 4 orang dalam satu kelompok meja kursi. Ternyata ini adalah stategi pemilik kafe untuk merespon trend nongkrong di kalangan anak muda sambil ngopi. Lalu di benak saya muncul pertanyaan, "Jika nongkrong sambil ngopi, darimana mereka bisa menikmati kopi?"
Seringkali kita mengaku menikmati sesuatu, namun sebenarnya itu hanya ego kita agar terlihat keren. Kita sebenarnya tidak sedang benar-benar menikmati apa yang kita makan atau minum. Ketika nongkrong sambil ngopi dengan banyak orang, perhatian kita justru akan tercurah lebih banyak kepada obrolan-obrolan seru kita. Pikiran kita akan bergerak kesana kemari memikirkan topik obrolan selanjutnya agar situasi tidak menjadi sepi dan membosankan. Kita justru lupa pada secangkir kopi yang sudah kita pesan dengan harga mahal. Tidak ada proses menikmati rasa kopi yang sebenarnya. Manis pahit, enak tidak enak menjadi tidak penting dibanding obrolan obrolan seru bersama teman-teman kita. Lalu dimana "trend kopi" nya?
Untuk bisa menikmati sesuatu kita sebenarnya hanya perlu diam. Benar-benar merasakan panasnya kopi yang terinduksi melalui cangkir. Benar-benar membaui aroma kopi panas yang segar. Benar-benar merasakan air kopi pelan-pelan masuk ke tenggorokan sampai memanaskan perut kita. Namun rata-rata mereka yang mengaku "mengikuti trend kopi" justru minum kopi seperti hanya formalitas agar terlihat keren dan gaul. Mereka tidak pernah benar-benar merasakan rasa kopi yang sesungguhnya. Kopi hanya faktor kedua setelah obrolan. Makanya harusnya mereka mengubah sebutan "trend kopi" menjadi "trend nongkrong di kafe kopi".
Saya pernah melakukan sebuah peliputan di restoran chef terkenal Indonesia, William Wongso. Saat itu kami sedang melakukan peliputan dengan topik trend minuman anggur. Ketika itu William Wongso menuangkan dua gelas anggur, 1/6 gelas anggur merah dan 1/6 gelas anggur putih. Mengapa saya bilang 1/6? Karena anggur yang beliau tuang memang sedikit sekali. Namun katanya memang seperti itulah cara menikmati anggur yang berkelas. Beliau pun meminta saya dan reporter saya untuk mencoba menikmati anggur yang konon berumur tahunan dan berharga mahal tersebut. Saya yang buta pengetahuan tentang anggur, langsung menenggak habis anggur, yang takarannya mungkin jika diukur dengan satu botol anggur cap Orang Tua, porsi anggur yang saya tegak seperti sisa-sisa anggur yang telah habis diminum untuk mabuk. Chef William Wongso tertawa melihat saya menenggak habis anggur yang beliau tuang, dalam satu kali tenggakan. Beliau pun mengajari saya cara menikmati anggur secara "benar".
"Minumnya pelan-pelan saja. Sedikit saja diminum, pelan-pelan dikumur-kumur dulu untuk memberikan kesempatan lidah merasakan rasa anggur, batu ditelan. Jangan langsung diminum seperti minum air.."Kata beliau sambil tersenyum. Saya jadi tahu mengapa takaran untuk minum anggur sangat sedikit. Hal terpenting dari minum anggur adalah "merasakan" rasa anggur tersebut sehingga tidak perlu takaran besar untuk minum secangkir anggur. Anggur ini untuk dirasakan, dinikmati keindahan rasanya, kelembutan teksturnya, Bukan untuk diminum banyak-banyak dan menjadikan kita mabuk.
Saya jadi berpikir, mungkin jika anak-anak muda itu benar-benar menikmati "trend kopi", mereka akan minum kopi seperti cara minum anggur yang diajarkan chef William tadi, pelan-pelan dengan penuh kesadaran. Itulah yang dinamakan menikmati....