Pikiran dan perhatian tidaklah sama. Banyak yang mengira perhatian berasal dari pikiran. Pikiran adalah kinerja otak dalam menganalisa data dari luar yang ditangkap panca indera. Sementara itu perhatian berada pada ranah kesadaran. Anda tidak akan memusatkan perhatian jika pikiran masih menguasai. Untuk bisa fokus, diamkan dulu pikiran anda.


Karena tidak bisa membedakan, akibatnya banyak orang yang gagal bermeditasi. Banyak yang mengira sedang fokus kepada keluar masuk nafas, padahal sebenarnya ia sedang tidak fokus. Pikiran terus menganalisa dengan pertanyaan pertanyaan ketika "fokus" pada nafas. Akibatnya kebebasannya justru terbatasi oleh apa yang ia sebut sebagai "fokus".Dampaknya ia akan menolak segala macam hal yang tidak terkait dengan nafas.

Berbeda dengan memperhatikan. Memperhatikan hanya bisa dilakukan ketika pikiran diam. Memperhatikan dilakukan dengan kesadaran, bukan sebaliknyasebaliknya, artinya fokus tidak menjadikan sadar. Sadar baru anda bisa fokus. Kerena ketika anda dalam mode kesadaran, tidak ada pikiran yang menghalangi. Anda bisa memberikan perhatian atau fokus pada apapun tanpa teralihkan oleh pikiran.




Wahyu Juniawan Januari 15, 2024
Read more ...
Hukum semesta tidak memilah milah berapapun jumlah uang anda, demikian pula status kaya atau miskin. Bahasa semesta adalah rasa. Kaya miskin diciptakan oleh identifikasi pikiran manusia sendiri. 
Seseorang yang memiliki uang 10 ribu dan harus melepaskan sebagian uangnya, sama dengan yang memiliki uang 1 juta dan harus melepaskan uangnya. Yang sama adalah kadar rasa takut dan khawatirnya. Ketika keduanya berhasil mengatasi rasa takut dan khawatir, di situlah semua keinginan akan terwujud dalam bentuk keberuntungan-keberuntungan yang tidak terduga.
 
Orang yang merasa miskin selalu menciptakan alasan untuk membatasi diri karena ketakutan dan kekhawatiran. Sementara orang yang merasa kaya tidak menciptakan alasan apapun untuk melepas, karena rasa kelimpahan. 

Kuncinya, kalahkan rasa takut dan khawatir, karena takut dan khawatir berada di frekuensi rasa kekurangan. Sementara keberuntungan berada di level frekuensi kelimpahan. Tidak masalah berapapun jumlah uang yang anda miliki.. 

Wahyu Juniawan Januari 13, 2024
Read more ...
Ketika hujan deras mengguyur di minggu siang, ada sebuah kegelisahan yang mungkin dirasakan oleh semua ayah di seluruh dunia. Sedikit-sedikit melihat keluar jendela. Ketika ada suara motor mendekat ke rumah, pikiran langsung menebak, apakah Mika anak saya sudah sampai di rumah?. Oh, ternyata bukan.. 
Dan kegelisahan pun terus berlanjut. Inilah rasanya menjadi seorang ayah dari dua anak yang beranjak dewasa. Ketika anak-anak tidak lagi hanya di rumah, dan tidak lagi kita antar jemput ketika keluar rumah. 
Ketika mereka sudah beranjak remaja, dan ingin pergi sendiri, saat itulah kegelisahan selalu ada, apalagi ketika situasi hujan deras di luar sana. Dilarangpun percuma, karena mereka telah memiliki kemauan sendiri. Untuk apa melarang  kecuali hal itu hanya akan membuat mereka terkekang dan tidak mandiri. Anak-anak memiliki hak untuk bebas. Orang tua hanya mengarahkan dan memberi nasehat saja. Karena hidup anak-anak bukan hidup orang tuanya. Mereka memiliki hak untuk hidup dengan caranya sendiri. Agar mampu hidup, mereka harus merasakan bagaimana kehidupan itu sendiri berlangsung.. 

Pikiran saya pun melayang ke tahun 93 dan ketika saya beranjak remaja. Saya bahkan lebih nakal karena ingin kemana-mana sendiri dengan motor tua saya. Biasanya bapak hanya menyarankan, 
"mbok nggak usah pergi.. di rumah saja.. Masih hujan...jalanan licin..". 
Namun sebagai remaja baru gedhe, saya membantah dan tetap pergi. Akhirnya bapak pun mengalah dan hanya berkata, 
"Yo wes... Yang penting hati-hati...". 

Tanpa memperdulikan kegelisahan bapak saya, saya pun tancap gas keluar. Belakangan setelah bapak meninggal di tahun 2010, ibu bercerita, bahwa ketika saya pergi keluar rumah, bapak selalu bertanya apa saya sudah pulang?. 
Ketika bapak mendengar ada suara motor mendekat ke rumah, ia langsung melongok di balik tirai jendela depan untuk melihat apakah suara itu adalah suara motor saya yang telah sampai ke rumah?. 
Ternyata bukan. 
Bapak pun kembali duduk di kursi kesayangannya dengan rasa cemas. “Kok Wawan durung bali?” Tanya bapak kepada ibu. Tentu saja ibu tidak punya jawaban selain berusaha menenangkan bapak. 

Hal itulah yang kini saya rasakan kepada anak saya. Sekeras-kerasnya saya mendidik Mika, anak sulung saya yang kini berusia 17 tahun, namun kegelisahan seorang ayah tak bisa disembunyikan. Mungkin ini hukum karma akibat dulu saya juga tidak pernah memperhatikan bapak yang selalu gelisah ketika saya pergi dari rumah. Namun meskipun gelisah, seorang bapak tidak mungkin melarang anaknya untuk pergi, karena ia tahu, di usia remaja seorang anak sedang berlatih terbang. Jika ia tidak pernah berlatih terbang, maka selamanya ia tidak akan menjadi burung yang terbang tinggi ke sudut-sudut bumi. Walau gelisah karena takut jatuh ketika belajar terbang, seorang ayah yang sudah mengarungi kehidupan yang penuh suka duka hanya akan berkata, "Yang penting hati-hati.... 

Di tengah kegelisahan, seorang ayah hanya berusaha meyakinkan dirinya, jika semesta pasti menjaga anaknya dimanapun juga, sehingga dimanapun sang anak akan selalu dilindungi dalam keselamatan dan kebaikan.. 





Wahyu Juniawan Januari 07, 2024
Read more ...

Pernahkah anda menonton konser atau pertunjukan?

Untuk menikmati sebuah pertunjukan, terlebih dahulu anda harus membeli tiketnya. Harga sebuah tiket pertunjukan tentulah berbeda-beda. Semakin bagus artisnya, semakin megah dan menarik pertunjukannya, maka tentulah harga tiketnya semakin mahal. 

Demikianlah salah satu cara untuk mewujudkan keinginan. 

Anda ingin mendapatkan sesuatu?. Maka sebelumnya belilah tiketnya. Tiket tidak mungkin anda beli setelah anda menikmati pertunjukan. 

Artinya, untuk mendapatkan keinginan anda, maka sebelum keinginan anda terwujud, anda harus mengeluarkan sesuatu seharga keinginan yang ingin anda wujudkan. Semakin besar keinginan anda, maka anda juga harus mengeluarkan sesuatu yang juga lebih besar. 


Jika anda ingin mendapatkan uang 100 juta rupiah, anda harus mengeluarkan uang terlebih dahulu. Bisa dengan bersedekah, menyantuni anak yatim, atau membantu pendidikan anak-anak orang miskin. Untuk mendapatkan uang 100 juta, nilainya tentu harus besar. Anda tidak bisa menginginkan uang 100 juta rupiah, namun nilai yang anda sedekahkan hanya 100 ribu rupiah. Nilai yang anda sedekahkan harus tidak mengikuti kata pikiran anda yang penuh kekhawatiran. Biasanya banyak orang yang bilang, sedekahkan semampu anda. Inilah doktrin yang salah kaprah. Ketika anda berkata sedekahkan semampu anda, otomatis anda akan membuat garis aman agar anda tidak khawatir. Padahal hukum tarik menarik, mengharuskan anda melampaui rasa khawatir. Namun anda juga perlu bijak dalam memberikan sedekah. Bijak berbeda dengan dilandasi rasa khawatir. bijak artinya anda yakin dengan uang sisa di kantong anda, anda tidak khawatir kekurangan dan tetap bisa hidup bahagia. 


Simulasinya begini. Seumpama anda memiliki uang 1 juta rupiah, anda mungkin takut untuk bersedekah lebih dari 500 ribu. Jika anda bersedekah 500 ribu, tentu uang anda tinggal 500 ribu di kantong. Lalu anda bertanya, bagaimana jika uang saya tidak cukup untuk hidup?. Karena kekhawatiran itu, anda pun hanya berani menyumbang maksimal 200 ribu, karena lebih besar dari itu anda akan khawatir. Padahal sebelumnya, alam bisa saja tidak memberi anda 1 juta rupiah, namun 500 ribu saja. Berandai-andailah bagaimana jika sebelumnya uang di kantong anda hanya 500 ribu?. Anda tentu akan mencari cara bukan untuk hidup dengan uang 500 ribu?. Namun karena anda memiliki uang 1 juta, anda lantas menarik batas, karena anda membayangkan ketidaknyamanan memiliki uang kurang dari 1 juta, apalagi masih harus bersedekah 500  ribu.  

Hal inilah yang dinamakan limitasi diri sendiri. anda merasa tidak bisa hidup jika uang anda 500 ribu. Padahal ketika rejeki anda hanya 500 ribu pun anda tentu masih bisa hidup, walau dengan cara yang berbeda, yang mungkin dianggap oleh pikiran anda sebagai ketidaknyamanan.  

Pikiran kita akan memproteksi diri dari ketidaknyamanan. Itulah tugas pikiran, yakni mencegah hal hal yang dianggap membahayakan tubuh. itulah yang dinamakan limitasi. Limitasi ini tergantung dari mentalitas dan kepercayaan anda. Limitasi berada di dimensi ketiga alias dimensi material. Sementara keinginan anda masih berada di dimensi kuantum, alias sudah ada namun belum berbentuk.

Dalam agama pun teori sedekah ini telah disebutkan. Jika anda bersedekah, maka anda akan mendapatkan 10 kali lipatnya. Anggaplah jika anda ingin uang 100 juta rupiah, maka anda minimal harus bersedekah 10 juta rupiah. Atau jika anda tidak memiliki uang 10 juta, anda bisa bersedekah secara rutin. Namun syaratnya, lampaui limitasi anda akan kemampuan anda bersedekah. Jika anda hanya memiliki uang 1 juta, agar semakin cepat anda mendapatkan uang 100 juta, maka anda perlu bersedekah 500 ribu rupiah. Jika ini rutin anda lakukan dengan kepercayaan, tanpa rasa takut, tanpa tujuan, tanpa keluhan, alias pikiran anda diam, maka dalam 20 bulan anda akan mencapai sedekah 10 juta. Sekali lagi ini baru batas minimal menurut hitungan agama. Namun jangan salah, angka 10 juta ini hanyalah angka, karena alam semesta tidak mengenal hitung menghitung. Bagi semesta, semakin mahal anda membeli tiket, maka anda dijamin akan mendapatkan pertunjukan yang spektakuler!!



Wahyu Juniawan Desember 21, 2023
Read more ...

Sakit, pegal, gatal, gelisah, atau bosan ketika bermeditasi adalah objek untuk belajar menghayati penerimaan. Semua adalah produk pikiran kita. Yang berkata sakit, pegal, gatal, gelisah, atau bosan adalah pikiran kita. Pada dasarnya semua hanyalah sensasi ketika anda yang terus berlari dalam kehidupan, tiba-tiba dipaksa duduk diam.


Segala rasa yang dialami seseorang dalam meditasi adalah alarm yang diciptakan oleh pikiran. Sifat pikiran adalah terus mengajak sesorang untuk bergerak. Kekhawatiran dan ketakutan adalah senjata utama pikiran untuk memaksa tubuh terus bergerak. Jangan sampai tubuh diam, karena diamnya tubuh anda akan dibaca sebagai ancaman untuk kelangsungan hidup tubuh. Tubuh harus hidup. Oleh karena itulah tubuh harus mengantisipasi segala ancaman di masa depan. Saat itulah apa yang dinamakan kekhawatiran dan ketakutan muncul dan memaksa tubuh untuk terus bergerak.

Lalu bagaimana jika tubuh "dipaksa" duduk diam dan bermeditasi? Tentunya ini tidak diinginkan oleh pikiran yang terus menerus bertugas membuat anda bergerak, guna menjamin tubuh anda tidak celaka atau mati. Pikiran terus membuat anda mengejar kenyamanan. Dalam hal ini kenyamanan berarti anda melakuka semua yang anda sukai. Ketika tidak suka, artinya itu tidak nyaman. Ketika bermeditasi dan anda memaksa tubuh anda diam, hal yang pertama dilakukan pikiran adalah berkata, ini tidak nyaman. Tubuh tidak boleh diam. Harus terus bergerak. Diam adalah ancaman!

Maka ketika anda bermeditasi, tubuh anda tentu merespon postur diam anda. Rasa pegal, sakit, dan lain lain akan hadir. Namun sebenarnya itu bukan masalah sebelum akhirnya pikiran membujuk anda untuk bergerak melawan rasa sakit, pegal, dan lain lain yang dianggap ancaman bagi tubuh. Pikiran akan berkata, ini harus segera berakhir! Dan ketika anda menyerah, maka pikiran anda menang. Anda kembali bergerak, dimana setiap gerakan adalah pikiran.

Tiap orang yang baru bermeditasi atau mungkin bahkan yang telah lama bermeditasi, rasa sakit, pegal, bosan, atau gelisah sangat lumrah dialami. Tidak perlu dilawan, ditolak, atau berusaha anda terima. Karena berusaha juga bagian dari gerakan pikiran. Jangan ada usaha apapun. Anda cukup menyadari segala sensasi yang muncul ketika bermeditasi. Sadarilah jika semua yang dinamai sakit, pegal, bosan, gelisah hanyalah sensasi tubuh dan gerakan pikiran yang menyimpan memori, bahwa sensasi sensasi yang anda rasakan dinamai gelisah, sakit, bosan, atau pegal. Bagaimana jika anda tidak pernah mengenal nama-nama yang mewakili sensasi yang anda rasakan?. Semua hanya akan menjadi sensasi saja. Segala macam sensasi yang anda rasakan, seperti sebuah perjalanan ke puncak gunung. Ketika sampai ke puncak, maka tentu yang kemudian anda lakukan adalah turun gunung. Hal itu juga berlaku bagi sensasi dalam meditasi. Ketika anda merasa ada bagian tubuh anda yang sakit, maka ia akan terus menerus meninggi hingga mencapai puncak, dan ketika telah sampai di puncak rasa sakit, rasa sakit itu akan menuruh dan perlahan hilang. Hal ini juga berlaku bagi rasa pegal, bosan, dan gelisah. Namun rata-rata orang yang bermeditasi tidak tahan untuk menerima sensasi-sensasi tersebut. Pelan-pelan pikiran logisnya akan memasukkan khawatir dan takut, hingga akhirnya orang tersebut menyerah kalah sebelum sensasi yang ia rasakan sampai pada puncaknya. Padahal ketika sensasi tersebut telah mencapai puncak, maka secara alamiah ia akan menurun dan hilang. Kuncinya adalah penerimaan. Menerima adalah diam pasif tanpa usaha apapun. Menerima adalah netral. Seperti batang ilalang yang tertiup angin, Kemanapun angin bertiup, ia akan mengikuti arah angin tanpa melawan. Apakah menerima sama dengan terombang ambing? Tentu berbeda. Terombang ambing adalah seperti rumput kering yang terbang kesana kemari tertiup angin. Sementara batang ilalang bukanlah rumput kering. Akar membuat ia tetap pada tempatnya walau batangnya mengikuti gerak tarian angin.

Menerima seperti anda mendayung perahu di tengah arus sungai. Ikuti saja arusnya, jangan dilawan. Terus gerakkan dayung anda agar arah perahu anda tetap terjaga. Berbeda dengan terombang ambing, dimana anda hanya diam saja tanpa menggerakkan dayung ketika arus sungai menghanyutkan anda. Ketika sensasi-sensasi dalam meditasi anda terima saja seberapapun sakitnya, pegalnya, bosannya, atau gelisahnya, maka pelan-pelan, semuanya akan mengecil dan hilang. Namun bagi anda yang memiliki sakit yang agak berat, maka ketika anda tidak tahan lagi dengan rasa sakit, segera akhiri meditasi anda. Jangan pula paksa tubuh anda dengan keras. Pelan pelan saja dan bertahap, agar tubuh tidak kaget. Pertama mungkin anda bisa bermedita si 10 menit. Jika semua baik baik saja, tambah durasinya pelan pelan, hingga anda bisa melakukan meditasi minimal satu jam. Perlu kemauan dan disiplin untuk meningkatkan kualitas meditasi anda....



Wahyu Juniawan September 18, 2023
Read more ...
Banyak yang protes ketika saya menulis sebuah status : "Hidup yang benar adalah ketika anda hidup dengan adaptif, bukan kompetitif.."

Sebagian besar yang protes mengatakan, jika tidak kompetitif bagaimana kita bisa hidup di tengah persaingan?.

Justru itu yang kurang tepat. Dunia yang penuh persaingan justru menjadi level peradaban terendah dalam sejarah umat manusia. Mengapa? Karena ketika kita bicara persaingan, berarti yang aktif adalah pikiran anda. Saya pernah menulis di beberapa tulisan lalu, jika fungsi pikiran adalah UNTUK TUBUH KITA BERTAHAN HIDUP DARI ANCAMAN. Ketika anda merasa harus bersaing, artinya semua yang ada di sekitar anda adalah ancaman bagi kehidupan anda. 

Lalu apa yang salah??

Ketika pikiran anda sangat aktif, maka yang terjadi adalah frekuensi anda di alam semesta ini menjadi sangat rendah. Ketika frekuensi anda rendah, maka apapun yang sefrekuensi dengan anda akan tertarik ke kehidupan anda. Kesialan, ketidakberuntungan, kehilangan, dan lain-lain adalah semua yang berfrekuensi rendah. Biasanya hal-hal tersebut ditarik oleh emosi emosi iri hati, marah, trauma, ketakutan, kekhawatiran, putus asa, rendah diri, dan lain-lain. Hal ini kemudian ekuivalen dengan kondisi mental masyarakat modern saat ini, dimana di tengah persaingan, orang-orang dengan emosi emosi berfrekuensi rendah tersebut mudah kita jumpai. Celakanya pola pikir 'hidup harus kompetitif' ini telah ditanamkan di pendidikan kita sejak usia dini. Anak-anak kita tanamkan untuk bersaing dengan teman temannya, sehingga ketika mereka beranjak dewasa, anak anak kita akan membentuk diri menjadi orang orang yang egois, mudah marah, stress, memiliki beragam penyakit, tidak bahagia, dan justru dikelilingi oleh kegagalan. 

Berbeda dengan hidup yang adaptif, dimana seseorang akan fleksibel seperti air. Ia mengalir saja dalam arus kehidupan. Namun di sisi lain, ia juga tetap mengarahkan kehidupan ke arah yang ia inginkan. Kapan harus memaksimalkan potensi, mencipta, atau bekerja, maka ia akan melakukan dengan optimal. Sebaliknya, ia juga akan berhenti ketika saatnya harus berhenti. Seorang yang adaptif tahu kapan harus menginjak pedal gas, atau kapan harus menginjak pedal rem. Berbeda dengan mereka yang harus selalu kompetitif, terus menginjak pedal gas. Bisa dibayangkan betapa melelahkannya. 
Menjadi adaptif di masa sekarang tidak mudah, karena sama saja anda menginstall ulang software baru di pikiran anda. Namun ketika software baru ini telah terinstall, anda akan menemukan kebahagiaan, kedamaian, rejeki melimpah, keberuntungan, kesehatan, dan kesuksesan. Semua bisa anda lakukan ketika anda tidak lagi menjadikan pikiran sebagai tuan anda, melainkan sebagai pembantu anda. Artinya pikiran tetap berfungsi, namun andalah yang menentukan langkah-langkah yang harus anda ambil dalam merespon permasalahan anda. Ketika pikiran telah anda jinakkan, maka anda akan menyadari sebuah energi misterius bernama keberlimpahan. Mendadak anda akan memasuki kesadaran yang menyadari jika anda telah memiliki semuanya. Yang ada adalah rasa bersyukur dan terima kasih. Frekuensi keberlimpahan ini sangat tinggi. Artinya ketika anda masuk kepada frekuensi keberlimpahan, maka anda akan mengakses atau membuka pintu dimana didalam ruangan yang anda buka tersebut berisi kekayaan, ketentraman, kemakmuran, kecukupan, keberuntungan, kesehatan, dan kedamaian. Apapun yang ada di ruang frekuensi keberlimpahan itu akan tertarik menuju kehidupan anda. Jika diterjemahkan dalam bentuk wujud dan materi, ketika pikiran anda adanya persaingan, maka yang akan tertarik ke kehidupan anda adalah pesaing pesaing yang ingin menjatuhkan anda. Namun sebaliknya jika anda menjadi orang yang adaptif, otomatis segala hal yang membantu anda akan mendatangi kehidupan anda.

Guru saya pernah berkata, "Semesta tidak mewujudkan keinginanmu. Semesta hanya akan mewujudkan apapun yang kamu pancarkan...."

cara hidup yang benar


Wahyu Juniawan Agustus 17, 2023
Read more ...

Apa yang mengubah nasib anda? Mengapa banyak orang yang gagal mempraktekkan Law of Attraction?

Pertanyaan ini pasti relate dengan apa yang anda lakukan. Anda sudah berusaha mati-matian mengubah nasib anda, namun hasilnya justru sebaliknya. Nasib anda tidak berubah, bahkan lebih buruk dan jauh dari harapan anda. Hal ini berlaku juga bagi anda praktisi Law of Attraction. Anda sudah melakukan afirmasi secara detail, namun apa yang afirmasikan dan realitas yang anda jalani sungguh berbeda dan tak kunjung terwujud.

Perlu anda ingat, bahwa apa yang anda afirmasikan pastilah sesuatu yang baik, menguntungkan, dan anda sukai ingin anda wujudkan dalam realitas kehidupan anda. Artinya semua masih ada di masa depan dan belum nyata. Artinya juga semua masih berbentuk energi. Dalam penelitian ilmiah, partikel pembentuk materi tidak berwujud, atau katakanlah masih berbentuk elektron yang tak berwujud. Ia baru akan berwujud saat kita mengalokasikan perhatian kepada elektron tersebut. Elektron akan muncul ketika ada perhatian, dan sebaliknya akan hilang ketika perhatian kita pun hilang. Ia akan mewujud sesuai kondisi pikiran dan emosi kita. Artinya energi akan membentuk diri tidak hanya berupa hal-hal positif saja, melainkan juga hal-hal negatif. Ketika anda mengafirmasikan sesuatu, tentulah apa yang anda afirmasikan tersebut adalah hal-hal positif bagi kehidupan anda. Kekayaan, kesuksesan, kesehatan, keberuntungan, dan lain sebagainya. Namun banyak yang lupa, bahwa kekayaan, kesuksesan, kesehatan, dan lain lain memiliki getaran yang sangat tinggi. Berbeda dengan frustasi, kegagalan, ketidakyakinan, dan lain sebagainya yang berada dalam getaran rendah. Jika anda mengafirmasikan kekayaan misalnya, harusnya kekayaan tersebut akan membuat anda bahagia, merasa sukses, yakin, dan optimis. Ingat, nasib anda adalah apa yang anda pancarkan, bukan apa yang anda inginkan. Jika anda ingin kekayaan, anda harus memancarkan frekuensi kekayaan. Dalam bahasa energi, energi meminta anda untuk 'menjadi' terlebih dahulu, baru ia akan 'melakukan'. Banyak praktisi Law of Attraction gagal mewujudkan afirmasinya karena ia 'doing something' atau melakukan sesuatu, dibanding 'become the energy' atau menjadi energi itu sendiri. Jika diterjemahkan dalam praktek, seseorang yang 'doing something' terlebih dahulu selalu berpikir 'ia akan menjadi bahagia jika...', atau 'aku harus menghasilkan banyak uang karena aku kekurangan materi'. Berbeda dengan 'become the energy', dimana seseorang akan menjadi kaya jika ia saat ini memancarkan frekuensi kaya. Kaya adalah keberlimpahan, bukan kekurangan. Anda tidak perlu alasan apapun untuk menjadi kaya. Artinya anda saat itu menjadi kaya dan memancarkan energi kaya. Ketika anda saat ini merasa berkelimpahan, maka anda menjadi energi kaya itu sendiri. Saat anda menjadi energi kaya, maka kaya yang tadinya masih berupa energi akan mendapat perhatian yang selaras frekuensinya, sehingga kaya akan menjadi wujud realitas. 

Berbeda ketika seseorang yang ingin kaya, namun pikiran bawah sadar dan emosinya, justru memancarkan frekuensi yang tidak selaras dengan energi kaya seperti merasa kekurangan, panik akan masa depan, terjepit kebutuhan, harus melakukan ini harus melakukan itu, mengeluh, dan lain sebagainya. Maka orang tersebut hanya menginginkan kekayaan, namun ia justru 'become the energy' atau menjadi energi miskin yang memiliki frekuensi sangat rendah. Apakah kekayaan akan mewujud?

Jadi energi ekuivalen dengan pikiran, rasa, dan emosi anda. Kekayaan justru akan datang ketika anda sudah merasa kaya. Tidak hanya kaya dalam pikiran dan keinginan anda saja. Frekuensi anda harus selaras dengan frekuensi energi yang ingin anda wujudkan. Inilah kunci mengapa Law of Attraction anda bekerja atau tidak bekerja. Semua harus dilatih. Jika anda ingin kaya, berlatihlah untuk mensyukuri apa yang anda miliki dan jalani saat ini, bukan nanti. Berlatihlah menjadi kaya, maka kekayaan akan mewujud ke dalam kehidupan anda.







Wahyu Juniawan Agustus 14, 2023
Read more ...

Dalam meditasi Vipassana yang pernah saya ikuti di Vihara Mendut selama 3 hari 2 malam beberapa tahun lalu, kami para peserta tidak diperkenankan berbicara satu sama lain walau sepatah kata. Handphone juga dititipkan ke panitia penyelenggara. Dan saya baru merasakan jika diam itu sangat sulit. 

Bicara adalah representasi pikiran dalam suara verbal. Setiap bicara, pasti ada pikiran yang bekerja, tidak mungkin tidak. Karena setiap kata mengandung arti atau identitas sesuatu. Kata adalah pengelompokan pengelompokan berdasarkan kesepakatan. Contoh kata "meja", adalah pengelompokan dari kayu, paku, lem yang dibentuk dengan bentuk tertentu sesuai kesepakatan dan fungsinya pun sesuai kesepakatan manusia. Dengan mengatakan kata "meja" artinya anda sedang melakukan penyingkatan elemen elemen meja tadi menjadi satu kata : "meja". Maka setiap anda berkata meja, otomatis anda sedang mengakses memori pikiran yang tertanam di otak anda tentang informasi mengenai meja. Maka di ajaran Hindu, Buddha, Siwa Buddha, Jawa, hingga spiritualisme suku Indian Amerika dikenalah mantra. Mantra adalah kumpulan kalimat tanpa makna. Hong, Ong, Om, Aum, Amen, Amin, Alif lam mim, Yaasin, atau mantra mantra lain yang tidak memiliki makna, namun tujuannya hanya untuk menggetarkan energi. 

Jadi tidak hanya "kata" saja, dalam setiap bicara anda sedang menggetarkan energi. Energi yang bergetar otomatis akan menimbulkan gelombang. Jika frekuensi gelombangnya selaras dengan frekuensi alam, maka saat anda menggetarkan bunyi, anda sedang berkomunikasi tidak hanya dengan sesama manusia, melainkan juga alam semesta. Bedanya mantra dengan bicara adalah, mantra merupakan bunyi tanpa makna yang digetarkan, sementara bicara selalu mengandung bahasa yang memiliki arti. Sekali lagi, arti terkoneksi dengan memori makna dan kesepakatan manusia. Sementara ketika anda mengucapkan mantra tak bermakna, anda tidak memiliki memori apapun terkait arti dari sebuah kata atau kalimat yang anda dengungkan. Frekuensi bicara pun berbeda beda. Ketika anda bicara dengan nada tinggi, atau rendah, lawan bicara anda akan merespon dengan emosi yang berbeda beda. Namun ketika sebelah anda mengucapkan mantra, apakah anda memiliki respon emosi? Yang ada adalah respon energi karena ketika mantra itu selaras dengan organ tubuh tertentu misalnya jantung, vibrasi energi dari mantra itu akan membuat molekul molekul jantung menjadi dinamis. Seperti deretan lonceng gantung yang anda getarkan salah satunya, maka yang lain akan ikut bergetar. Cobalah perhatikan, jika anda seorang muslim dan sedang melakukan ibadah sholat jamaah di masjid yang besar. Ketika semua jamaah melafalkan amin secara bersamaan, rasakan getarannya di tubuh anda. 

Bahasa dan bicara adalah pedang bermata dua. Di satu sisi bermanfaat, di sisi lainnya sangat berbahaya. Seseorang bisa melakukan pembunuhan hanya karena salah bicara, karena kalimat yang diucapkan mempengaruhi pikiran orang lain. Apa yang mempengaruhi? Tentunya makna, intonasi (frekuensi), dan vibrasi tak terlihat yang dihasilkannya. Belum lagi dampak ke orang yang berbicara karena sekali lagi dengan anda berbicara, otomatis anda sedang berpikir. 

Itulah mengapa, dalam beberapa ajaran kuno, "Tuhan" dinamai dengan nama yang tak memiliki makna. Selain karena tak ada yang bisa menjelaskan atau menggambarkan secara makna, nama "Tuhan" dalam beberapa ajaran berkonotasi dengan bunyi (frekuensi). Ketika dilafalkan, maka bunyi yang dihasilkan tanpa makna (otomatis pikiran menjadi tidak aktif), dan frekuensinya selaras dengan frekuensi "Tuhan" sendiri. Ketika dilafalkan berulang, maka gelombang otak akan menurun menjadi theta bahkan gamma. Atau dalam bahasa spiritual disebut meditasi mendalam. 

Saya sendiri selalu mempraktekkan untuk diam, atau puasa berbicara ketika saya mulai terseret oleh emosi dan arus pikiran. Saya selalu menyendiri di ruang meditasi di sudut rumah saya barang sejenak atau sampai saya kembali kepada kesadaran. Bahkan uniknya selalu setiap pikiran saya diam (bukan berarti tidak ada), saya sendiri hanya hidup dalam kesadaran. Kadang untuk menulispun saya tidak memiliki ide, karena ide muncul ketika pikiran bekerja. Mengapa? Karena tulisan adalah bentuk lain dari berbicara. Maka saya kadang heran, ketika banyak orang berpuasa, namun justru banyak berbicara, menulis, atau menghabiskan waktu dengan ngobrol sambil menunggu berbuka puasa. Apanya yang puasa jika yang puasa hanya perutnya saja, namun pikirannya tidak. 

Maka puasa berbicara adalah salah satu metode yang cukup efektif untuk melatih mendiamkan pikiran dalam meditasi Vipassana. Anda bisa melihat, banyak guru guru suci yang sangat irit berbicara ketika ilmunya semakin tinggi. Bicara hanya seperlunya saja... Tidak seperti saya yang masih banyak berbicara, termasuk di tulisan ini... 

- www.youtube.com/berbagicahaya -



Wahyu Juniawan Juli 17, 2023
Read more ...

Apa yang membuat Law of Attraction atau hukum tarik menarik gagal adalah karena anda masih mengira waktu itu ada atau eksis. Pikiran anda masih mempercayai adanya masa lalu dan masa depan. Padahal semua adalah konsep buatan manusia semata. Yang disebut masa lalu adalah memori yang tersimpan di otak anda, sementara masa depan adalah sesuatu yang ada di angan angan semata.


Bagaimana bisa waktu itu tidak ada?

Waktu adalah penanda, hanya sekadar penanda. Waktu tidak berlaku linier berjalan dari masa lalu menuju masa depan, atau bergerak dari belakang ke depan. Apa yang dinamakan waktu adalah kehidupan itu sendiri, yakni gerakan energi, persepsi yang mewujudkan sesuatu, dan kondisi yang kita anggap sebagai realitas saat ini. Bayangkan kehidupan adalah roda sepeda yang menggelinding di sebuah turunan. Tidak ada gas, tidak ada kayuhan kaki, dan semua terjadi begitu saja. Anda adalah roda yang menggelinding di turunan. Atau bisa juga anda adalah air yang mengalir begitu saja menuju ke bidang lebih bawah tanpa adanya dorongan. Baik roda maupun air sama sama mematuhi hukum semesta dalam bergerak. Apakah air yang anda lihat di depan anda terpisah dari air di belakang atau depannya seperti anda memisahkan masa lalu, masa depan, dan saat ini? Tidak. Air mengalir yang anda lihat di depan anda adalah satu kesatuan dengan air yang ada di belakang atau depannya. Tidak terpisah maupun terputus oleh waktu. Yang membedakan adalah dimana posisi anda melihat air yang mengalir?

Untuk lebih memahami tiadanya konsep waktu ini, coba bayangkan anda ada di pinggir sebuah sungai dan melihat air sungai mengalir. Lalu anda bagi posisi sungai menjadi tiga, A adalah air yang mengalir paling depan, B adalah air yang mengalir di depan anda atau di belakang A, dan C adalah air yang mengalir paling belakang atau di belakang B. Anggaplah A adalah masa depan, B adalah saat ini, dan C adalah masa lalu. Ini adalah konsep ketika anda berdiri di posisi B atau yang anda anggap saat ini. Namun bagaimana jika anda saat ini berdiri di titik A dimana anda sekarang melihat air A (masa depan) yang tadinya ada di depan air B (saat ini), sekarang ada di hadapan anda atau sekarang menjadi air B, dan air yang tadinya B (saat ini) menjadi air C (masa lalu). Lalu bagaimana jika anda berdiri di titik air C? Air C yang tadinya ketika anda berdiri di titik air B adalah masa lalu, bukankah ketika anda melihatnya di titik C kini menjadi "saat ini"?
Sebenarnya aliran A, B, dan C adalah satu kejadian, dan menjadi seperti seolah ada air di depan, tengah, dan belakang tergantung darimana anda melihatnya.
Sekarang cobalah melihat sungai dari atas. Apakah ada titik A, B, dan C yang membuat seolah olah ada aliran di depan (A), aliran di tengah (B), dan aliran (C)? Semua hilang... Aliran itu ternyata satu kesatuan!

Begitulah waktu, ia hanya perspektif dan permainan pikiran kita saja. Masa lalu, saat ini, dan masa depan bukanlah sesuatu yang linier. Semua tergantung dari perspektif dimana anda memandangnya. Masa sekarang akan menjadi masa lalu ketika anda hidup di masa lalu yang tersimpan di pikiran anda. Anda juga bisa hidup di masa depan ketika anda terus menerus berkhayal. Inilah yang membuat saya tertawa ketika ada orang yang berkata sok menasehati, "Bermimpilah setinggi langit". Bermimpi?? Jika anda bermimpi anda akan terus hidup dalam angan angan masa depan.

Dalam hukum tarik menarik, atau Law of attaraction, tidak ada yang namanya mimpi. Tidak ada yang namanya "halu" jika anda paham. Namun ketika anda paham bahwa waktu itu tidak ada, maka anda akan bisa hidup di saat ini dengan desain masa depan yang anda rancang. Ini bukan bermimpi, berangan angan, atau bercita cita. Masa depan itu nyata dalam rasa, pikiran, tindakan, dan emosi yang selaras. Alam semesta tidak mengenal masa lalu, saat ini, atau masa depan. Hukum hukum semesta membaca energi anda yang anda ciptakan dengan keselarasan rasa, pikiran, tindakan, dan emosi. Yang akan anda ciptakan sebenarnya bukan masa depan, karena masa depan tidak pernah ada. Yang sebenarnya terjadi adalah anda sedang berpindah dari melihat air di titik B ke titik A untuk melihat air di titik A.

Agak sulit, namun semoga bisa dipahami. Jika belum paham, jangan khawatir, mungkin nanti anda akan paham jika anda tekun berproses. Semua ada waktunya. Satu yang pasti, kehidupan hanya sebuah proses tanpa jeda...



Wahyu Juniawan Juli 07, 2023
Read more ...

Jika anda menemui guru-guru yang telah mencapai tingkat ilmu yang tinggi, anda akan menjumpai kesamaan : rata-rata beliau beliau ini lebih banyak diam, tidak ingin muncul ke publik, atau ribut dengan urusan politik, urusan orang lain, ataupun urusan negara.

Sebelum ini saya bertanya kepada diri saya sendiri, apa korelasi antara banyak diam dengan pemahaman akan ilmu kehidupan?

Dulu saya berpikir beliau beliau ini semakin banyak tahu, maka semakin merasa tidak tahu banyak,  sehingga memilih diam. Setelah saya observasi kepada diri saya sendiri, ada benarnya juga.

Namun ternyata setelah saya praktekkan ke diri saya sendiri, semakin tinggi ilmu seseorang,  ditentukan oleh semakin heningnya pikiran. Ia hanya sadar dan mengalir saja. Ia tahu dengan segala konsekuensi sebab akibat (yang akan saya bagi di tulisan selanjutnya), sehingga segala sesuatu yang ia lakukan adalah untuk dirinya sendiri. Hal ini berbeda dengan ego yang hanya ingin menguntungkan diri sendiri. Sadar dan hanya fokus kepada diri sendiri sangat berbeda dengan egois. Sadar dan hanya fokus kepada diri sendiri berhubungan dengan tahu segala resiko yang ditimbulkan dari setiap tindakan.

Lantas seperti apa pikiran yang hening yang membuat kita menjadi diam?Sederhananya adalah begini. Setiap manusia selalu menganalisa apapun yang masuk melalui panca indera bukan?Analisa itulah pikiran. Ia akan menghasilkan analisa yang ujung ujungnya akan memberikan anda emosi serta  pertimbangan apa yang akan anda lakukan untuk merespon sesuatu. Inilah sistem ego atau sistem bertahan hidup manusia yang terdiri dari lingkar kerja yang berpusat pada pikiran. Itulah mengapa meditasi yang benar, mengajarkan anda untuk mengenali kesadaran. Setelah anda sadar barulah anda akan benar benar mengenali sistem pikiran anda.

Pikiran yang sibuk menganalisa dan menilai sana sini, akan berpengaruh pada berisiknya percakapan dalam diri anda. Percakapan inilah yang disebut batin. Batin seolah olah berada di hati atau jantung, namun sebenarnya batin, atau mind dalam bahasa Inggris, adalah suara dari pikiran anda sendiri. Batin adalah rahasia setiap manusia. Tidak ada satupun manusia yang tahu batin orang lain.

Selama ribuan tahun, leluhur manusia menciptakan sebuah teknologi canggih, yang nantinya digunakan untuk menguasai dunia, bernama komunikasi. Komunikasi adalah dengung suara yang keluar dari mulut manusia, berisi simbol simbol dalam bentuk suara yang mewakili pikiran seseorang. Akibatnya dengan berkomunikasi, seorang manusia bisa 'bertukar pikiran' dengan manusia lain. Pikiran yang tadinya rahasia pun bisa diungkapkan kepada orang lain dengan simbol simbol bunyi bernama bahasa, dan simbol berupa huruf atau tulisan. Jadi setiap percakapan anda sebenarnya adalah cara anda untuk mengungkapkan pikiran pikiran anda. Semakin banyak omongan maka korelasinya anda pasti memiliki banyak pikiran, entah yang remeh temeh hingga yang paling penting. Namun ada pula jenis orang yang tidak banyak berkomunikasi namun pikirannya banyak. Biasanya orang seperti ini  bukan telah mencapai keheningan, melainkan justru karena ia minder, dan tidak merasa pandai berkomunikasi. Lagi lagi, rasa minder muncul karena pikiran juga. Artinya pikiran anda tidak tunggal, namun berlapis-lapis. Semakin banyak pikiran, hidup anda menjadi semakin berisik dan tidak tenang, karena apapun yang masuk ke panca indera pasti anda pikirkan. Bahkan kadang hal hal sepele anda pikirkan, contohnya suatu hari anda melihat teman anda memakai celana berwarna merah. Pikiran anda langsung menganalisa : "mengapa, merk apa, beli di mana, kok aneh pakai celana merah, dan lain lain".

Sampai sini anda mungkin akan paham mengapa meditasi melatih anda, intinya UNTUK MENDIAMKAN PIKIRAN. Jika anda berpikir mendiamkan pikiran harus mati terlebih dahulu, maka anda masih jauh sekali dari pemahaman akan sistem pikiran anda. Itulah mengapa para guru besar selalu berhati hati dalam berbicara, karena berbicara sama dengan membuka rahasia pikiran anda. Dan ketika para guru besar yang telah berhasil mengheningkan pikirannya, tidak ada lagi yang dapat beliau beliau katakan selain hal hal yang memang penting untuk dikatakan. Karena sekali lagi, setiap kalimat yang anda ucapkan =  apa yang sedang anda pikirkan. Lalu bagaimana cara berlatih mengheningkan pikiran? Persedikit untuk melihat keluar, banyak-banyaklah melihat ke dalam diri anda sendiri...



Wahyu Juniawan Mei 28, 2023
Read more ...

Bukankah yang membuatmu kebingungan dengan kehidupan ini adalah karena pikiranmu sendiri yang terus mengajakmu bergerak?

Hingga saat diam-mu di penghujung malam pun, ia terus saja memaksamu bergerak dari posisi duduk heningmu. Pikiran tidak akan membiarkanmu berlama lama diam. Jadi percayalah, kamu melakukan hal sia sia ketika memerintahkan pikiranmu untuk diam, karena pikiran bekerja otomatis sesuai sistem tubuh manusiamu yang telah berevolusi selama ribuan tahun.

Jadi sambutlah ketika ia datang, namun tolak ketika ia mengajakmu pergi dari keheningan dan kesendirian. Banyak manusia yang mentasbihkan dirinya memiliki ilmu agama tinggi, namun tidak paham sama sekali mengenai kinerja pikiran. Mereka berpikir keruwetan hidup, emosi, dan stress disebabkan oleh faktor luar dan orang lain. Padahal kamu bisa diam, walau egomu terus memberontak untuk membuatmu menjadi yang paling hebat, paling dikagumi, paling pandai, paling kaya, paling berkuasa. Hanya satu bahasa ego....yakni "ter"....Aku terhebat, tercantik, terbaik, terkaya, tersuci, terpandai, memiliki ilmu tertinggi, dan ter-ter lainnya. Amati saja seolah pikiran, emosi, dan ego adalah tamu di rumahmu. Persilakan ia masuk ke pintu rumahmu dan minta ia duduk diam. Ketika ia mengajakmu pergi, sadari saja dan tolaklah dengan cinta kasih, karena pikiran, emosi, dan ego adalah keluargamu juga.

Pikiran akan selalu datang ketika kamu melihat, mendengar, mencium, meraba, dan merasa sesuatu. Ia adalah perangkat tubuhmu, yang memberikan beragam analisis untuk kebaikanmu agar kamu selamat dan tetap hidup di planet indah ini. Ia adalah seorang patih Sengkuni buat Duryudana. Ia adalah sang Prabu Bathara Kresna untuk para Pandawa. Penasehat ulung yang selalu menguntungkan dirimu. Tugasnya adalah sebagai penimbang, analis, sekaligus penasehat bagi setiap manusia. Ia lah yang membedakanmu dengan satwa dan tumbuh-tumbuhan sehingga kamu tidak hanya memiliki insting seperti mereka, namun juga pilihan yang menentukan nasib dan kemana kamu akan melangkah dalam hidup.

Sayangnya banyak manusia yang menyepelekan pikiran dan tidak mengetahui bahwa pikiran adalah iblismu. Iblis adalah malaikat yang menggerakkan ego serta emosimu yang membuat kamu memakan buah khuldi atau apel kehidupan. Buah yang membuatmu nyaman dan lupa diri, bahwa kenikmatan di hidupmu adalah semu. Ia akan kamu tinggalkan ketika tubuhmu tidak lagi kuat dan berfungsi membuatmu berjalan di atas tanah planet Bumi.  Iblis tidak selamanya jahat karena ia juga malaikatmu. Begitulah manusia yang dikisahkan sebagai mahluk yang bisa menjelma menjadi iblis yang penuh api, atau malaikat yang bercahaya.

Pikiran adalah sumber dari keterpisahanmu dengan frekuensi alam semesta, dan kesejatian dirimu. Ia ibarat sebilah pisau yang jika digunakan dengan baik, akan sangat berguna. Namun ia juga sekaligus menjadi senjata pembunuh yang mematikan. Maka diperlukan kebijaksanaan untuk menggunakannya "hanya" saat kamu memerlukannya.

Pikiran juga lah yang menciptakan duniamu, dan dunia orang lain. Demikian juga pikiran orang lain lah yang menciptakan dunianya dan duniamu. Begitulah ketika setiap manusia saling menjadi pengamat atas dirinya sendiri dan kehidupan. Tanpa ada pikiranmu yang memiliki frekuensi pembentuk materi, mustahil dunia yang saling bersilangan ini akan terbentuk. Dan akan selalu ada mahluk yang berpikir, karena ketika semua mahluk tidak lagi berpikir, maka alam semesta ini akan lenyap menjadi keheningan tanpa bentuk. Dengan adanya pikiran, maka terbentuklah frekuensi-frekuensi yang tervibrasi dan kemudian menjadikan semua materi terbentuk.

Tanpa pikiran, tidak akan ada dualitas, tidak akan ada keindahan semesta, tidak akan ada matahari yang bersinar lembut di pagi hari.

Dia yang menjelma dalam setiap tubuh-tubuh manusia dan semua mahluk, menggunakan pikiran tubuh untuk menciptakan masing-masing cerita bagi setiap individu sekaligus menciptakan habitat bagi individu tersebut. Yang perlu kamu lakukan adalah rawat pikiranmu dan gunakan dengan kebijaksanaan yang diajarkan para leluhur. Percayalah, bijaksana berada di atas level benar dan salah, karena benar dan salah adalah dualitas dan produk pikiranmu semata. Sementara kebijaksanaan adalah Dia yang merupakan sejatinya dirimu. Pikiran adalah kecerdasan tubuh manusiamu yang memberimu tugas berat di alam semesta, menjadi pencipta, pemelihara sekaligus pelebur bagi duniamu..



Wahyu Juniawan Mei 28, 2023
Read more ...

Setiap kali saya merasakan momen "saat ini" yang begitu berharga, saya memutus koneksi pikiran masa lalu dan masa depan saya. Caranya adalah menyadari segalanya. Sadar, merasakan penuh, dan hidup benar benar di saat ini. Ketika saya merasakan momen "saat ini", saya menjadi tidak lagi terburu-buru dalam bergerak. Yang membuat kita gelisah saat kita diam adalah pikiran kita sendiri yang terus menerus mengajak kita memikirkan masa depan dan masa lalu. Mengapa?Karena begitulah tugas pikiran : memory dan menganalisa data untuk kepentingan anda bergerak.

Dan ketika kita diam di saat ini dengan kesadaran penuh, otomatis pikiran akan diam. Jadi anda tidak akan berhasil menyuruh pikiran anda diam. Menyuruh pikiran diam adalah kehendak, dan kehendak adalah produk pikiran juga. Saat pikiran anda diam, maka anda sedang menginvestasikan energi anda untuk hal hal yang lebih berguna. Mengapa?Saya sudah sebutkan di tulisan lain, bahwa dari 100 % energi tubuh, 25% sudah anda alokasikan untuk memelihara energi otak anda saat anda tidur. Diantara semua organ tubuh, otak adalah konsumer terbesar energi anda. Ia ibarat super komputer canggih yang memerlukan daya listrik sangat besar. Bahkan menurut penelitian, untuk menghidupkan otak, anda memerlukan listrik bermega mega watt. Listrik di rumah anda tidak akan cukup untuk menghidupkan otak anda. Hal ini berarti, otomatis ketika anda dalam posisi tidak tidur dan berpikir, maka akan lebih banyak energi yang anda alokasikan untuk menggerakkan pikiran. Artinya anda bisa jadi kehabisan energi untuk memelihara sel sel sehat, membangun imunitas, dan bahkan menggerakkan daya cipta anda terhadap sesuatu yang ingin anda alami. Daya cipta ini mirip dengan analogi gelas teh. Gelas anggaplah pikiran kita. Ketika anda memiliki segelas berisi air teh, dan anda tiba tiba ingin meminum kopi, maka yang anda lakukan bukanlah membuat seduhan kopi di dalam gelas yang masih berisi teh. Anda juga tidak perlu mencari gelas lain. Yang anda lakukan adalah habiskan tehnya, cuci gelasnya hingga bersih, lalu seduh kopi di gelas yang sudah kosong. Jika tidak mengosongkan gelasnya terlebih dahulu, anda tidak akan mendapatkan rasa kopi yang nikmat, karena seduhan kopi tadi bercampur dengan teh.

Dalam dunia pikiran, ketika seseorang ingin mewujudkan sesuatu, satu satunya cara adalah dengan mendiamkan pikiran anda terlebih dahulu. Inilah rahasia Law of Attraction yang terkenal itu, namun tidak banyak dipahami orang orang yang mempraktekkannya. Saat diam, artinya gelas anda telah kosong. Di gelas kosong itu, anda bebas menuang air apapun yang anda suka. Diam tidak harus anda latih bertahun tahun. Saat ini juga anda bisa mendiamkan pikiran dengan cara menyadari semuanya di momen saat ini.

Kebanyakan manusia, tanpa sadar, telah mendikte dan menciptakan masa depannya sendiri. Selepas bangun tidur dan sebelum tidur adalah waktu ketika pikiran anda belum banyak anda gunakan, seharusnya....

Sehingga di ajaran manapun, bangun tidur dan sebelum tidur, adalah waktu yang baik untuk mendiamkan pikiran dan hanya berada di momen saat ini saja. Namun saat ini, banyak sekali manusia yang justru saat bangun tidur langsung diisi dengan pikiran berisi jadwal pekerjaan dan hal hal yang anda akan lakukan. Artinya, saat pikiran anda sedang minim, anda justru langsung mengisinya dengan mendikte masa depan anda. Akibatnya, masa depan anda sudah bisa diketahui sebelum anda masuk ke waktunya. Akhirnya muncul rasa gelisah, khawatir, takut, yang kemudian membuat anda terburu buru untuk bergerak. Musnahlah sudah momen berharga anda di pagi hari. Saat sebelum tidur pun sama. Seharusnya pikiran anda diam, namun malah anda isi dengan rekaman masa lalu atau kekhawatiran masa depan esok hari. Akibatnya saat tubuh harus tidur, pikiran anda tetap bangun, dan menyebabkan energi anda terus terkuras habis walau anda dalam posisi tidur.

Dalam tradisi Islam, hal ini dengan indah diterjemahkan dengan sholat shubuh, mendiamkan pikiran setelah bangun tidur di jam jam dimana energi Bumi masih sangat bersih, dan belum terkontaminasi pikiran banyak manusia. Saat saya belajar di Vihara Mendut, Magelang pun sama. Bikkhu bikhhu dan para samanera (calon Bikkhu) bangun di pagi buta untuk melakukan meditasi jalan. Setelah itu mereka meneruskan dengan meditasi duduk hingga pukul 7 pagi.

Kembali ke daya cipta tadi, pikiran diam ibarat gelas kosong yang bisa anda isi dengan apapun. Dalam dunia sains dan spiritual kuno, daya cipta dimulai ketika pikiran diam. Ketika pikiran diam, apapun yang anda ingin ciptakan, akan mewujud dengan bantuan sistem hukum semesta yang telah dianugerahkan Tuhan dengan begitu sempurna. (Saya tidak akan membahas caranya karena sudah saya tulis berkali kali di tulisan lain). Ketika pikiran anda diam, anda telah memutus pendiktean anda akan masa depan anda sendiri. Anda juga tidak terkoneksi dengan hal hal yang anda ketahui sebelum terjadi (prediksi seperti jadwal kerja, rencana, dll). Anda juga terputus dengan memori masa lalu secara otomatis.

Jadi sangat penting untuk mendiamkan pikiran anda, tidak hanya untuk kedamaian anda, namun juga untuk membentuk masa depan anda sendiri..



Wahyu Juniawan Mei 28, 2023
Read more ...

Tidak ada yang istimewa dari manusia dibandingkan mahluk lain di alam semesta. Manusia hanya bagian kecil dari sebuah mega sistem peredaran tata surya, pergerakan antar bintang, dan simbiosis kehidupan yang saling terkait, menjalin kerja sama sesuai fungsi dan peran masing-masing.

Tidak hanya manusia, setiap virus, protein, molekul, bakteri, debu kosmik, gelombang elektromagnetik, dan semua bagian memiliki kecerdasannya masing-masing. Ketika manusia berfungsi sebagai "manusia", maka otomatis kecerdasan manusia adalah kecerdasan sistemik dalam sistem besar alam semesta. Namun ketika manusia tidak berfungsi sebagai manusia, maka kecerdasan manusia adalah sel sel kanker yang perkembangannya terus diawasi, dan siap dihancurkan kapan saja dengan antivirus untuk menjaga mega sistem alam semesta tetap berjalan..



Wahyu Juniawan Mei 28, 2023
Read more ...